Topswara.com -- Guru adalah garda terdepan dalam membentuk generasi masa depan. Mereka memegang tanggung jawab besar dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik generasi agar tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, cerdas, dan berdaya saing.
Namun, dalam sistem pendidikan saat ini, para guru sering kali dihadapkan pada dilema besar dalam menjalankan tugas tersebut. Di satu sisi, mereka dituntut untuk mendisiplinkan siswa, sementara di sisi lain, mereka harus berhati-hati agar tidak dituduh melakukan kekerasan terhadap anak, terutama dengan adanya undang-undang perlindungan anak yang semakin ketat.
Dilema Antara Pendidikan dan Perlindungan Anak
Undang-Undang Perlindungan Anak memberikan perlindungan hukum bagi anak-anak dari segala bentuk kekerasan, baik fisik maupun psikis. Meskipun tujuan dari undang-undang ini adalah untuk melindungi hak dan kesejahteraan anak, namun beberapa interpretasi dapat membuat guru merasa terbatasi dalam mendidik siswa.
Dalam beberapa kasus, tindakan disiplin sederhana yang ditujukan untuk mendidik malah dianggap sebagai kekerasan, yang menyebabkan guru rentan dikriminalisasi.
Di tengah ketakutan akan tuntutan hukum, banyak guru yang menjadi enggan untuk menasihati atau mendisiplinkan siswa.
Akibatnya, proses pendidikan yang semestinya mengarah pada pembentukan karakter dan disiplin anak justru terhambat. Siswa yang seharusnya mendapatkan bimbingan dan arahan menjadi tidak terkontrol karena guru merasa ragu dalam mengambil tindakan tegas.
Hal ini menciptakan situasi di mana otoritas guru semakin melemah di hadapan siswa, dan dampaknya, kualitas pendidikan karakter siswa ikut terganggu.
Masalah ini semakin rumit karena adanya perbedaan persepsi tentang pendidikan di antara orang tua, guru, masyarakat, dan negara.
Setiap pihak memiliki pandangan dan tujuan masing-masing terkait pendidikan anak. Bagi sebagian orang tua, pendidikan mungkin sekadar aspek akademis dan pencapaian nilai, sementara bagi guru, pendidikan mencakup aspek moral dan karakter.
Negara pun memiliki tujuan tersendiri dalam hal kebijakan pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah.
Kesenjangan pemahaman ini menyebabkan terjadinya gesekan antara berbagai pihak, terutama saat menyangkut tindakan guru dalam mendidik anak.
Dalam beberapa kasus, ketika guru mencoba mendisiplinkan siswa, orang tua merasa tidak setuju karena menganggap tindakan tersebut berlebihan atau tidak tepat. Hal ini membuat guru berada dalam posisi yang sulit, karena peran mereka sebagai pendidik utama di sekolah sering kali terhambat oleh pandangan berbeda dari orang tua dan kebijakan yang ada.
Di tengah situasi ini, guru harus menghadapi tekanan untuk menyeimbangkan peran mereka di antara berbagai kepentingan yang terkadang saling bertentangan. Ini menjadikan banyak guru merasa ragu untuk mengambil langkah tegas dalam membimbing siswa, khususnya dalam aspek kedisiplinan dan moral.
Akibatnya, proses pendidikan yang seharusnya mendukung pengembangan karakter siswa menjadi kurang efektif.
Islam Menghargai Peran Guru
Dalam Islam, guru menempati posisi yang sangat mulia. Mereka diakui sebagai orang yang berilmu dan memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk generasi berakhlak. Islam mengajarkan bahwa guru harus dihormati dan diberikan perlakuan yang baik, tidak hanya oleh siswa, tetapi juga oleh masyarakat.
Penghargaan terhadap guru bukan hanya secara simbolis, tetapi juga dengan dukungan konkret dari masyarakat dan negara, termasuk sistem penggajian yang layak untuk memastikan kesejahteraan guru.
Pendidikan dalam perspektif Islam tidak hanya mementingkan aspek akademis, tetapi juga penanaman nilai-nilai akidah. Dengan demikian, guru memiliki kewenangan penuh dalam mendidik siswa secara komprehensif, yang meliputi aspek pengetahuan, akhlak, dan perilaku.
Islam memandang guru sebagai figur yang memiliki otoritas dalam pendidikan, dan oleh karena itu, guru dilindungi dan diberikan kepercayaan penuh untuk mendidik sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Islam menawarkan sistem pendidikan yang holistik dan menciptakan sinergi antara semua pihak, termasuk orang tua, guru, masyarakat, dan negara.
Pendidikan dalam Islam memiliki tujuan yang jelas, yaitu membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam yakni pola pikir dan pola sikap senantiasa berjalan diatas akidah Islam yang tentu saja disamping itu mereka berilmu dan siap memimpin peradaban mulia.
Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kerja sama dan pemahaman yang sama dari seluruh pihak.
Negara dalam sistem pendidikan Islam berperan penting dalam mendukung tugas guru. Negara tidak hanya menjamin kesejahteraan guru melalui gaji yang layak, tetapi juga memberikan perlindungan hukum bagi guru dalam menjalankan tugasnya.
Negara turut andil dalam memastikan bahwa masyarakat memahami dan mendukung peran guru, sehingga guru dapat mendidik siswa dengan penuh keyakinan dan tanpa rasa takut akan tindakan hukum.
Sinergi ini akan memperkuat proses pendidikan dan menjadikan guru lebih tenang dan fokus dalam menjalankan amanahnya. Guru dapat dengan leluasa mendidik siswa tanpa harus ragu atau takut akan tuduhan kekerasan, karena seluruh masyarakat memahami bahwa tindakan guru semata-mata bertujuan untuk mendidik dan membentuk karakter anak.
Dalam kondisi ini, pendidikan akan berjalan lebih efektif karena guru mendapat dukungan penuh dari seluruh pihak.
Oleh karenanya apa yang guru hadapi saat ini merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan solusi dari berbagai aspek. Islam menawarkan konsep pendidikan yang mengutamakan keharmonisan dan sinergi antara semua pihak dalam mendukung peran guru.
Dengan pemahaman yang sama tentang pendidikan, guru dapat menjalankan tugasnya dengan tenang, fokus, dan penuh tanggung jawab. Kondisi ini pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi perkembangan karakter dan kecerdasan siswa, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi cemerlang pemimpin peradaban.
Melalui penerapan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan, guru tidak hanya dihargai dan dilindungi, tetapi juga diberdayakan untuk menjalankan peran penting mereka dalam membentuk generasi masa depan yang lebih baik.
Wallahu a’lam bishawwab.
Oleh: Ema Darmawaty
Praktisi Pendidikan
0 Komentar