Topswara.com -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad mengatakan, setiap ketaatan pasti akan mendekatkan pada pintu rezeki, sebaliknya setiap kemaksiatan akan menjauhkan dari pintu rezeki.
"Setiap ketaatan pasti akan mendekatkan kepada rezeki, sebaliknya apapun bentuk kemaksiatan itu yang akan menjauhkan diri kita dari pintu rezeki dari Allah," ungkapnya dalam Mengelola Harta Dalam Islam, di kanal YouTube Supremacy, Senin (21/10/2024).
Ia mengutip hadis:
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ
"Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan". (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi)
Ia menjelaskan konsep harta dalam Islam tidak membolehkan segala cara ketika seseorang dihimpit ekonomi, ketika diuji dengan kebutuhan ekonomi yang makin meningkat, sementara jalan pendapatan makin sulit, orang yang meyakini, orang yang paham tentang konsep harta, mereka tidak akan terjerumus kepada menghalalkan segala cara.
Jadi ketika mereka tahu bahwa mencuri diharamkan oleh Allah, korupsi, menjual diri, merampok, menjual narkoba, mengambil alih kepemilikan harta milik umum diharamkan oleh Allah, maka mereka tidak akan menempuh upaya tersebut. Sesulit apapun masalah kehidupan tidak akan menjerumuskan kita kepada melakukan keharaman.
"Ini pula yang harus kita hujamkan pada diri kita, pada keluarga kita, pada suami kita. Ekonomi boleh sulit, kehidupan boleh banyak ujian, tetapi jangan sampai menjerumuskan kita kepada pelanggaran hukum syarak. Jangan sampai karena tekanan ekonomi kita melakukan keharaman. Nah tentu saja ini juga harus dibarengi dengan keyakinan bahwa Allah pemberi rezeki yang harus kita lakukan bukan mengupayakan hal yang haram tapi bagaimana kita membuka gerbang pertolongan Allah. Kita mengupayakan mendekatkan rezeki dari Allah itu, supaya hadir di tengah-tengah keluarga kita dan Islam pun sudah memberikan petunjuknya," paparnya.
Ia mengutip hadis riwayat Imam Hakim yang artinya: 'Rabb kalian telah berkata wahai bani adam bersibuk-sibuklah kalian untuk beribadah kepadaku, maka aku memenuhi hati kalian dengan rezeki'
Dia mengatakan Allah mengingatkan yang harus dilakukan adalah beribadah kepadaNya. Jadi salah satu upaya untuk memudahkan hadirnya rezeki adalah bagaimana makin mendekat kepada Allah, menyibukkan diri dengan ibadah kepada Allah. Tentu saja ibadah kepada Allah bukan ibadah yang dalam arti yang sempit, tetapi ibadah kepada Allah dengan melakukan berbagai ketaatan.
Mulai ibadah individual. Bagaimana perbanyak berdoa meminta rezeki kepada Allah, perbanyak istighfar dari dosa-dosa yang dilakukan, kemudian juga seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. shalat hajat, shalat dhuha, juga berupaya bagaimana menempuh upaya-upaya untuk mendatangkan rezeki tersebut, berupaya dengan semangat bekerja.
"Maka pada saat itu Allah akan menjamin rezeki kita. Kemudian yang terakhir terkait harta ini, Allah pun akan bertanya, untuk apa? Karena, itu maka prinsip seorang Muslim ketika dia akan belanja harta, betul-betul dengan penuh perhitungan apakah itu dibutuhkan atau tidak, apakah diizinkan syarak atau tidak, apakah ada kontribusinya untuk nilai ibadah kepada Allah atau tidak? Sehingga dia betul-betul selektif dalam membelanjakan harta," pungkasnya.[] Alfia Purwanti
0 Komentar