Topswara.com -- Denting notifikasi pesan masuk datang bertubi-tubi, menggodaku untuk mengusap dan memandangi si pipih bergelar telepon pintar yang kusimpan di dalam tas. Akan tetapi, penasaran itu harus kutahan hingga usai mengantar anak-anak ke sekolah.
Sesaat tiba di rumah, segera kuusap penanda waktu, "Selasa, 8 Oktober 2024" yang tertera pada layar gawai. Kubuka aplikasi percakapan, tampak Grup CwOJ 5 (Coaching with Om Joy Angkatan ke-5) berada di urutan atas dengan sejumlah notifikasi pesan belum dibaca.
Grup CwOJ 5 ini adalah ruang diskusi dari kelas jurnalistik yang dibimbing oleh Joko Prasetyo, jurnalis yang akrab dipanggil Om Joy. Adanya ruang diskusi di grup aplikasi percakapan selain tatap muka secara daring menjadi kelebihan kelas menulis ini. Sebab, peserta bisa mengikuti dan menyimak diskusi kapan saja dan di mana saja. Terlebih lagi, peserta kelas beragam profesi dan domisili. CwOJ 5 ini bahkan diikuti oleh peserta dari negeri jiran, Malaysia.
Mendapat teman baru di samping ilmu dan pengalaman baru, jadi keuntungan tersendiri mengikuti CwOJ 5 ini. Sekalipun aku alumni CwOJ 1, tetap kutemukan hal baru di sini. Tak kalah penting, ibarat baterai, semangat menulis yang meredup, kembali terisi dengan ikut kelas. Seperti dalam diskusi pagi ini, ulasan-ulasan Om Joy menggugah semangat dakwah. Betapa dakwah lewat tulisan punya peluang yang sangat besar di Indonesia.
"Coba deh kalau kita hanya dakwah secara lisan, berapa orang yang berkumpul mendengarkan kita? 2 orang? 20 orang? 200 orang? 2 ribu orang? Tapi kalau menulis, ada potensi 282 juta orang. Satu persen saja dari 282 juta orang kan sudah 2.820.000 orang, buanyak banget kan?" tutur Om Joy.
Sungguh, realitas ini belum terpikirkan olehku sebelumnya. Tak hanya itu, paparan Om Joy juga membuatku belajar membaca fakta dari perspektif yang berbeda. Misalnya, dalam memandang fakta minat baca masyarakat Indonesia. Om Joy tak menampik bahwa minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah. Akan tetapi ia menilai, jika dihitung dari total jumlah penduduk Indonesia, angka yang didapat tetaplah besar.
"Rendah. Cuma 1 dari 1000 orang, yang suka baca," kata Om Joy.
Namun, ia melanjutkan, jika berdasarkan data Dirjen Dukcapil Kemendagri tahun 2024 penduduk Indonesia berjumlah 282.477.584 jiwa, maka artinya ada sebanyak 477 ribu orang Indonesia gemar membaca, jumlah yang besar.
"Kita hitung saja 282.477.584 X 0,001 = 282.477,584. Tuh, banyak banget kan 282 juta, 477 ribu orang lho! Itu banyak banget," ujarnya.
Sebelumnya, dalam diskusi Om Joy membagikan sebuah tautan berita berjudul "Miris, Minat Baca Orang Indonesia Rendah Cuma 1 dari 1000 Orang yang Suka Baca." Di sana dikabarkan, berdasarkan data yang diterima dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen atau satu dari 1.000 orang yang gemar membaca.
Tidak hanya itu, berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), pada tahun 2019 Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara dalam hal literasi.
Menanggapi hal itu, merasa sedih, Bunda Adinda menyatakan keprihatinannya seraya berdoa agar minat menulis tidak surut. Keprihatinannya tampak dari emoji yang menampakkan kesedihan yang ia bubuhkan. "Miris. Semoga hasil survey itu tidak menyurutkan minat menulis kami, ya Allah," ungkapnya.
Tidak ayal, Om Joy seketika mengingatkan bahwa hasil survey itu tidak semestinya menyurutkan, sebaliknya harus meningkatkan minat baca.
"Justru seharusnya meningkatkan minat baca. Mengapa? Karena Alhamdulillah, dari 1000 orang ternyata ada 1 orang yang gemar baca. Satu dari seribu itu banyak lho!" ujarnya.
Pernyataan itu, ditambah paparannya perihal luasnya jangkauan dakwah tulisan, sangat menggugah semangat menulis dan membacaku yang meredup. Aku jadi teringat penggalan lirik sebuah nasyid Seribu Mujahid (Tsabat) dari Madani, "Bila ada seribu mujahid, akulah satu di antaranya." Aku berharap, satu di antara seribu orang yang gemar membaca, satu di antara seribu orang yang berdakwah lewat tulisan, itu aku.[] Saptaningtyas
0 Komentar