Topswara.com -- Sampah masih terus jadi permasalahan ditengah tengah masyarakat saat ini. Meski berbagai cara terus dilakukan untuk menyelesaikan masalah sampah, namun sampai saat ini masih juga belum menemui titik terang.
Seperti yang sempat terjadi di Pasar Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu yang lalu. Pjs Bupati Bandung Dikky Achmad Sidik melakukan kunjungan ke pasar Baleendah untuk meninjau lokasi tempat pengelolaan sampah (TPS) disekitar pasar Baleendah, Rabu 16/10/2024 majalah Hibar.
Solusi yang diberikan oleh Pjs Bupati Bandung adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat pasar tentang kemampuan untuk memilah sampah organik dan non organik.
Karena sampah yang dihasilkan di pasar lebih banyak yang organik, sehingga sampah yang ada bisa dikelola terlebih dahulu sebelum pada akhirnya di kirim ke TPA Sarimukti kabupaten Bandung Barat (KBB).
Melihat lebih dalam terkait permasalahan sampah, tentu sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat itu sendiri. Pola hidup konsumtif menyebabkan masyarakat menyukai belanja yang sekedar memenuhi keinginan atau menjadi koleksi saja.
Terlebih didorong dengan zaman dan manusia semakin menginginkan yang serba instan dan praktis. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan jumlah sampah.
Adanya pola hidup konsumtif dari masyarakat sangat dipengaruhi dengan pandangan hidup mereka dan orientasi kehidupan. Masyarakat hari ini, yang hidup dengan penerapan sistem kapitalisme sekular menjadikan profit dan materi sebagai standar kebahagiaannya.
Asas kebebasan menjadi pedoman dalam bertindak atas nama 'Hak Asasi Manusia'. Ditambah tidak ada aturan kepemilikan dalam aturan sekular.
Maka menjadi suatu kewajaran di sistem kapitalisme, jika masyarakat selalu menginginkan untuk membeli barang branded dan keluaran terbaru. Walaupun sudah memiliki barang-barang semisal bahkan masih berfungsi dengan baik.
Tetapi karena alasan gengsi yang menjadikan masyarakat harus terus mengikuti trend dan tidak puas jika hidup dengan menerapkan konsep wara' dan zuhud.
Sebuah kepuasan dan kebanggaan jika masyarakat bisa berpakaian dan bergaya mengikuti tren baru, mengoleksi barang-barang yang sebetulnya bukan kebutuhannya, hingga mengonsumsi berbagai macam makanan karena tak mau ketinggalan tren.
Strategi marketing penjajahan kapitalisme telah berhasil menyihir masyarakat melalui food dan fashion untuk menjadikan materi sebagai orientasi kehidupan.
Namun, mereka tak sadar jika pola hidup mereka yang konsumtif ditambah dengan meningkatnya jual beli online berimbas pada peningkatan pemakaian kemasan, pembungkus, bubble wrap, dan kantong plastik pada saat pengemasan dan pengiriman barang-barang. Hal inilah yang menyebabkan jumlah sampah makin banyak.
Bila kita kembalikan kepada Islam, karena Islam agama sempurna yang tidak hanya mengatur masalah ritual saja, melainkan juga mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk masalah sampah. Maka kita akan temukan kesempurnaan yang menjadikan Islam memiliki segala solusi yang bisa menyelesaikan masalah manusia dan lingkungannya.
Islam mengajarkan kepada pemeluknya bagaimana harus menjaga, mengelola, dan mengolah dengan baik lingkungan sekitarnya maupun hasilnya. Islam juga melarang manusia untuk membuat kerusakan di bumi atau yang menjadi sebab kerusakanannya.
Maka dari itu masalah sampah bisa diatasi dengan adanya kesadaran dan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh setiap individu, masyarakat, dan negara.
Pertama, individu. Islam mendorong setiap Muslim memiliki kesadaran terhadap kebersihan dan melestarikan lingkungan. Sehingga dengan kesadaran ini, akan menumbuhkan tindakan setiap individu untuk melakukan pemilahan sampah, pengelolaan sampah rumah tangga, dan mengurangi konsumsinya.
Salah satu cara untuk mengurangi penggunaan sampah adalah dengan mengonsumsi sesuatu secukupnya. Membeli pakaian, barang, hingga makanan hanya yang diperlukan saja, bukan membeli karena keinginan apalagi untuk menumpuknya. Karena Islam melarang hal tersebut.
Begitulah konsep wara dan zuhud harus dipegang. Sebab yang menjadi standar hidup seorang Muslim adalah ridha Allah berdasarkan halal-haram. Dengan begitu ia paham bahwa setiap sesuatu yang dibeli akan dihisab (ditanya akan pemanfaatannya).
Kedua, masyarakat. Pengelolaan sampah secara individu dikondisi tertentu sangat terbatas. Maka diperlukan adanya kepekaan dan kerjasama di antara masyarakat untuk mengolah sampah komunal.
Seperti, masyarakat membuat program bergilir untuk membakar, memilah, atau mengelola sampah rumah tangga yang tidak bisa diselesaikan secara individu. Di sisi lain masyarakat terus melakukan kewajiban amar makruf nahi mungkar, termasuk mengenai bab pelestarian dan pengelolaan lingkungan.
Ketiga, negara. Negara memiliki peran yang sangat penting untuk mengatasi masalah sampah melalui peraturan yang diambil berdasarkan hukum syarak dengan upaya preventif maupun kuratif.
Terlebih pengelolaan sampah juga merupakan upaya preventif dalam menjaga kesehatan. Di mana kesehatan termasuk kebutuhan sosial primer yang harus dijamin oleh negara, selain kebutuhan pendidikan dan keamanan.
Adanya pemukiman masyarakat yang heterogen yang menghasilkan sampah komunal dan tidak bisa ditangani oleh individu ataupun masyarakat, pelaku industri kecil maupun industri besar yang menghasilkan sampah dalam jumlah banyak, hingga macam-macam sampah yang beda penanganannya, maka dibutuhkan adanya peran negara sebagai pelayan masyarakat untuk menyediakan sistem dan instalasi pengelolaan sampah.
Pemerintah juga harus menyediakan segala sumber daya hingga dana untuk mengadakan instalasi pengelolaan sampah agar sampah terkelola dengan baik. Pemerintah juga mendorong para ilmuwan untuk menciptakan teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan sehingga bisa diadopsi dan digunakan oleh pabrik besar maupun masyarakat.
Oleh karena itu, dengan adanya kesadaran dan tanggung jawab setiap individu, masyarakat, dan negara menjadikan seluruh komponen masyarakat akan lebih peduli terhadap lingkungan. Sebab apapun yang diperbuat harus terikat dengan hukum syarak dan setiap perbuatan yang dilakukan akan dihisab di akhirat kelak, termasuk tindakannya dalam menjaga lingkungan.
Maka, tidak ada solusi yang mengakar selain solusi Islam kaffah. Sebab Islam bukan hanya fokus pada akibat yang nampak dari problematika sampah. Tetapi juga penyebab yang melatarbelakangi sampah bisa membludak yaitu karena diterapkannya sistem kapitalisme sekular.
Wallahu a'lam bish shawwab.
Oleh: Eva Lingga
Aktivis Muslimah
0 Komentar