Topswara.com -- Kaum muda dengan jiwa yang identik penuh semangat, kreatif, aktif, dan inovatif, membuatnya bebas berkelana. Didukung dengan raga yang kuat, jiwa sedang haus-hausnya. Sehingga butuh diisi banyak hal. Ini membuatnya senang mencoba hal-hal baru. Bahkan yang menantang adrenalinnya. Akhirnya tidak sedikit dari kaum muda melakukan hal di luar nalar, demi memuaskan keingintahuannya.
Jeratan Manis bagi Kaum Muda
Memang tidak mudah menjalani kehidupan di masa muda. Banyak godaan yang melenakan. Dan memang sengaja dirancang aneka tipu daya untuk menjerat kaum muda. Ibaratnya, kaum muda seperti hidangan kue yang lezat, yang siap disantap oleh mereka yang kelaparan.
Terlebih kehidupan hari ini dinaungi oleh sistem kapitalis liberal, menjadikan kaum muda hidup dalam buaian konsumerisme dan hedonisme. Ini pun berimbas pada kaum muda Muslim.
Kehidupan konsumerisme dan hedonisme telah memalingkan pemuda Muslim dari identitas Islam. Industri gaya hidup, hiburan, dan digital yang mengeksploitasi kesenangan seperti film, konser musik, media sosial, fashion telah membuat pemuda Islam tidak lagi berpikir mendalam tentang aktivitas kehidupannya.
Bukan hanya itu saja, dengan balutan kebebasan asal bertanggung jawab, kaum muda dijerat dengan kehidupan seks bebas, hubungan sesama jenis, miras, dan narkoba. Data dari Reckitt Benckiser Indonesia yang melakukan survei pada 2019 menyebutkan, 33 persen remaja Indonesia telah melakukan hubungan seksual.
Kejahatan narkoba dan psikotropika di Indonesia menembus angka 15.455 kasus dalam semester pertama di 2022, bahkan data di Pusiknas Bareskrim Polri menunjukkan perkara narkoba menjadi kejahatan tertinggi kedua setelah pencurian dengan pemberatan atau curat.
Total pengguna narkoba sampai tahun 2019 saja sudah mencapai 4,5 juta orang di seluruh Indonesia. Dan tidak menutup kemungkinan jika di tahun ini angka-angka tersebut mengalami peningkatan.
Insecure terhadap Identitas Pribadi Muslim
Tentu hal ini berdampak pada makin jauhnya kaum muda Muslim dari kepribadian Islam. Mereka insecure dengan identitas dirinya sebagai Muslim, bahkan enggan untuk mengkaji Ä°slam. Karena lebih memikirkan kesenangan kehidupan duniawi semata.
Akibatnya kaum muda Muslim makin lemah keimanannya kepada Allah SWT. Bahkan mereka menganggap aturan Allah sebagai beban yang menghalangi kesenangan dan keinginan mereka.
Kondisi ini diperparah dengan derasnya arus moderasi yang diserukan Barat kepada kaum muda Muslim. Mereka harus toleran, tidak radikal, dan menerima beragamnya budaya lokal. Akibatnya, moderasi beragama malah berefek pada kerancuan berpikir pemuda Muslim.
Apa yang sudah jelas-jelas terlarang dalam Islam menjadi kabur di mata pemuda saat ini, baik dan buruk, terpuji dan tercela tidak bisa lagi dibedakan karena standarnya tidak jelas.
Efek ikutan dari lemahnya iman telah mengakibatkan pemuda hari ini rentan dengan penyakit mental. Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP), Sandersan Onie, mengungkapkan bahwa mental Gen-Z saat ini memang lebih rentan depresi.
Terutama ketika mereka menghadapi tantangan dan persaingan kehidupan. Didukung media sosial, membuat mereka jadi sibuk membandingkan diri sendiri dengan personal sempurna yang diunggah di dunia maya. Wajar jika mental kaum muda lebih mudah rapuh, karena tak ada pijakan kuat yang menopang mereka.
Bersatu Selamatkan Pemuda
Melihat potret menyedihkan kaum muda hari ini, umat harus bersinergi menyelamatkan mereka agar tidak terus-menerus menjadi korban sistem kapitalis-sekuler. Karena jika masa muda mereka baik, maka ini menjadi penentu baik pula corak kehidupan di masa depan. Namun jika pemudanya rusak, maka rusaklah peradaban yang akan datang.
Oleh karena itu mereka harus dikembalikan akal dan kesadarannya sebagai hamba Allah. Manusia diciptakan hidup di dunia tidak serta-merta begitu saja. Ada proses terencana dari Sang Pencipta. Bukan sekadar menciptakan saja, tetapi Allah SWT juga membuat rancangan tentang untuk apa manusia diciptakan dan mau ke mana manusia setelah kehidupan dunia ini berakhir.
Kaum muda bukan makhluk bebas tanpa aturan. Kaum muda juga hamba Allah, yang setiap helaan nafasnya akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban, untuk apa masa mudanya digunakan.
Karena itu, masa muda semestinya digunakan untuk hal-hal penuh makna. Mencoba banyak hal yang dibolehkan syariat. Mengukir prestasi, memperbanyak karya. Inilah kaum muda sejati. Kaum muda sejati juga tidak akan mudah hanyut oleh arus.
Sekuat apa pun arusnya, jika tidak sejalan dengan prinsip hidup yang digenggam, ia akan bertahan untuk melawan derasnya arus kehidupan. Ä°nilah pemuda istimewa harapan masa depan umat.
Untuk itu umat Islam harus bersatu membangun visi hidup dan politik bersama dengan kaum muda mewujudkan generasi khairu ummah. Umat harus mampu menggambarkan bahwa Islam adalah sebuah tawaran dan solusi, bukan beban.
Tentu agar pemuda bisa berubah menuju lebih baik, lebih kritis, dan mampu menjadi agen of change, membangun peradaban yang lebih baik. []
Oleh: Sari Diah Hastuti
(Aktivis Muslimah di Yogyakarta)
0 Komentar