Topswara.com -- Dunia ini benar-benar tidak aman untuk anak-anak. Bahkan keluarga, sebagai tempat teraman, telah menjadi neraka bagi mereka. Ibu kandung, tempat di rahimnya anak berlindung, justru merusak dan menodai masa kecilnya yang suci. Sungguh, kita kehabisan kata-kata untuk menggambarkan buruknya berita ini.
Di Bengkulu, seorang anak perempuan berusia 15 tahun dijual ibu kandungnya Ye (47) ke kekasihnya AN seharga Rp100.000. Ironisnya, anak itu sebelumnya adalah korban pemerkosaan kakak kandungnya, AJ (25) (Kompas).
Di Sumenep, ibu E (41), tega menjual anak kandungnya T (13) kepada J (41). Ternyata, J telah lima kali mencabuli T. Gilanya lagi, J dan E ternyata pasangan selingkuh yang sama-sama ASN. J kepala sekolah dan E guru TK (Koran Madura).
Di Bekasi, AK (26) mencabuli anak laki-laki kandungnya berumur 10 tahun. Gilanya, dia merekam aksi bejatnya itu hingga viral (Antaranewa). Na’udzubillah mindzalik. Dunia macam apa ini? Serusak itukah otak manusia, hingga anak-anak polos tak berdosa itu harus menanggung nasib begitu memilukan? Di manakah letak sisi kemanusiaan mereka? Bahkan binatang pun tidak ada yang sebejat itu.
Kita sebagai orang tua yang masih waras, kehabisan kata-kata untuk menggambarkan hancurnya dunia anak-anak di peradaban sekuler kapitalis ini. Tugas kita untuk menjaga dan melindungi mereka sungguh berat. Apa ikhtiar yang harus kita lakukan?
1. Jadilah Ibu yang Takut pada Allah
Ibu adalah teladan dalam ketakwaan. Ibu adalah contoh dalam akhlak mulia. Mengasuh, menjaga dan mendidik anak agar bertakwa adalah tugas utamanya. Jika ibu tidak mendudukkan dirinya di posisi ini, bagaimana karakter anak akan terbentuk?
Ibu, takutlah pada Allah Swt. Anakmu adalah tanggungjawabmu yang akan dihisab-Nya. Bimbing anak sesuai fitrahnya, baik anak laki-laki maupun perempuan. Kenalkan mereka dengan Allah Swt dengan aqidah yang kokoh. Jangan rusak fitrahnya dengan hawa nafsumu. Mereka adalah kertas kosong yang putih bersih, jangan kotori oleh rusaknya fitrah keibuanmu.
2. Dengarkan Hati Nurani untuk Melindungi
Cinta paling murni adalah cinta ibu kepada anak. Ibu seharusnya mengalirkan cinta itu tanpa batas dan tanpa balas. Sejak anak dalam kandungan, hingga anak-anak dewasa. Cinta itu muncul dari hati nurani yang bersih. Itulah anugerah terindah menjadi seorang ibu.
Ibu harus peka dan mengikuti naluri alaminya dalam menjaga dan melindungi anak-anak dari mara bahaya. Dengarkan hati nurani yang terdalam, yang tak ingin anak-anak mengalami derita dalam hidupnya. Kehidupan memang keras, tapi anak tak minta dilahirkan. Jangan jadikan mereka tumbal atas masalah hidupmu. Masalahmu harus kau pecahkan sendiri, tanpa mengorbankan anakmu.
3. Dudukkan Anak sebagai Manusia yang Punya Hak Hidup Bahagia
Ibu mana yang tega melihat seorang anak kecil dicabuli, diperkosa dan digauli laki-laki dewasa. Seharusnya tidak ada, jika ia menempatkan anak sebagai manusia yang berhak meraih hak-haknya. Melihat anak orang lain digituin saja kita tidak tega, apalagi anak sendiri. Astaghfirullah. Jangan sampai itu terjadi.
Anak memiliki hak sebagaimana manusia, meski ia belum dewasa. Bahkan, hak anak harus dipenuhi oleh orang dewasa yang menjadi penanggung jawabnya. Setiap anak berhak hidup aman, tercukupi kebutuhan pokoknya, dilindungi, diisayangi dan dibahagiakan.
Mereka juga memiliki hak untuk dididik dan diperlakukan secara baik. Mereka adalah calon-calon manusia harapan bangsa. Calon generasi penerus peradaban mulia. Dudukkan mereka sebagai manusia yang punya hati untuk tidak disakiti, punya fisik untuk tidak dirusak tapi dilindungi.
4. Ajarkan Anak Berani Berkata Tidak
Seorang ibu seharusnyamembentuk anaknya agar bersyakhsiyah Islamiyah atau berkepribadian Islam yang kokoh. Bisa mendidik anaknya agar hanya takut kepada Allah Swt dan tidak takut pada manusia. Menanamkan pada diri anak agar berani menolak hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, meski itu yang memerintahkan adalah orang tuanya.
Anak harus kreatif dan berani mencari solusi ketika dihadapkan pada situasi atau pilihan yang buruk. Misal, berani menolak diajak maksiat. Berani melawan orang dewasa apapun risikonya, jika ia diperlakukan dengan keji. Berani memberontak penindasan terhadap dirinya, sesuai kemampuannya.
Bertekad untuk menjaga kehormatan dirinya, meski nyawa taruhannya. Berani speak up, melaporkan tindakan tak senonoh. Keberanian yang hanya bisa dilandasi oleh iman dan takwa kepada Allah Swt.
5. Jadikan Keluarga Benteng yang Kokoh
Keluarga adalah benteng terakhir seorang manusia mencari perlindungan dan keamanan. Apalagi di tengah kondisi lingkungan dan masyarakat yang rusak saat ini. Seorang ibu berperan penting dalam menjaga dan menguatkan moral keluarga, agar tetap kokoh di bawah naungan iman dan ketakwaan.
Bersama sang ayah, berjuang sekuat tenaga untuk menjaga anak-anaknya dari kerusakan sistem. Melindungi mereka dari pengaruh buruk yang merusak fitrah anak.
Demikianlah, semoga para orang tua dapat menjalankan peran dan fungsinya melindungi anak dengan sebaik-baiknya berdasarkan syariat Islam. Hanya Islamlah yang bisa menjadi pondasi kokoh dalam membangun keluarga yang aman dan nyaman.
Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute
0 Komentar