Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ini Dia, Lima Dampak dari Pelecehan Seksual pada Anak

Topswara.com -- Fantasi liar manusia terbukti merusak jika tidak dibatasi syariat. Apalagi fantasi syahwat. Ia bisa menjelma lebih sadis dari iblis, dan lebih hina dari hewan. 

Perilaku abnormal itu, telah merusak jiwa-jiwa lemah yang tak berdaya. Menodai wajah-wajah polos tak berdosa. Meninggalkan jejak nestapa sepanjang usia.

Diolah dari berbagai sumber, setidaknya ada lima dampak yang dirasakan korban pencabul4n pada anak yang pastinya tidak mudah untuk disembuhkan: 

1. Trauma Psikologis Mendalam

Korban sering mengalami mimpi buruk, kilas balik, dan kecemasan yang berkepanjangan terkait peristiwa traumatis. Diliputi perasaan sedih, putus asa, dan khawatir yang berlebihan, hingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Korban mungkin menjadi lebih menarik diri, agresif, atau mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Tak hanya itu, korban akan menyalahkan diri sendiri atas kejadian yang menimpa mereka.

2. Gangguan Kesehatan Fisik

Korban akan mengalami insomnia, mimpi buruk, atau gangguan tidur lainnya. Bahkan bisa bermasalah pada pencernaan. Seperti rasa mual, muntah, diare, atau gangguan makan. Yang paling bahaya, tentu saja rawan mengalami Infeksi menular s3ksu4l (IMS) dan gangguan kesehatan lainnya pada organ reproduksinya.

3. Menarik Diri dari Pergaulan Sosial

Korban akan menarik diri dari pergaulan sosial. Ia akan menghindari kontak fisik dengan orang lain. Merasa tidak aman berada di sekitar lingkungan. 

4. Gangguan Perkembangan

Tahap perkembangan emosional akan terganggu, karena korban kesulitan mengelola emosi, membangun kepercayaan, dan membentuk ikatan yang sehat dengan orang lain. Perkembangan kognitif juga terganggu, seperti sulit berkonsentrasi belajar, dan mengingat informasi. 

Perkembangan aspek reproduksi juga menjadi salah, karena ia mendapatkan pengalaman yang keliru tentang s3ks. Apalagi mendapat perilaku s3ksu4l yang tidak sesuai usia.

5. Rusak Jiwanya sebagai Manusia 

Korban akan mengalami gangguan hubungan Interpersonal. Ia akan sulit membangun hubungan yang sehat dengan siapapun, khususnya pasangannya kelak. 

Ini karena ia sulit mempercayai orang lain. Terutama, tidak percaya pada figur yang memiliki kuasa atau otoritas atas dirinya. Akhirnya ia membantah, tidak patuh dan curiga terus menerus. 

Sebagai bentuk pelarian, korban bisa terjerumus dalam penggunaan narkoba, alkohol dan penyimpangan lainnya yang lebih berisiko. Lebih parah lagi jika dia melampiaskan pada perilaku salah. Seperti, berubah menjadi predator. Maka korban akan terlibat dalam tindakan kriminal sebagai akibat dari trauma yang dialami. Kalau sudah demikian, rusaklah jiwanya sebagai manusia.

Memang, dampak pada setiap orang akan sangat individual dan dapat bervariasi tergantung pada usia anak, durasi pelecehan, hubungan antara pelaku dan korban, serta dukungan yang diterima korban. 

Lantas bagaimana mengatasi trauma dan memulihkannya? Tentu itu butuh bantuan tenaga ahli, baik psikiater maupun ulama. Jangan biarkan mereka sendiri. Mentalnya tidak baik-baik saja. Sangat butuh pendampingan dalam proses penyembuhan. 

Lazimnya penyakit batin, sembuhnya pun tidak akan menjadikan ia normal kembali seperti semula. Kalau sudah begini, akankah perilaku busuk kaum Luth itu akan terus dibiarkan dan bahkan dinormalisasi? Na’udzubillahi mindzalik

Sungguh, masyarakat rindu sistem yang bersih dari para penjahat. Apalagi penjahat k3lam1n. Rindu suasana keimanan dalam naungan peradaban Islam. Masyarakat yang bersih dari perilaku penyimpangan. 

Jika pun ada oknum-oknum pelaku maksiat, setidaknya jumlahnya bisa dihitung dengan jari dan skala kejahatannya pun tidak sekeji di sistem ini. Karena, jika pelaku maksiat itu satu-dua, artinya ulah oknum individu semata. Tetapi kalau jumlahnya banyak, dan terus berulang kasusnya, ada lagi-ada lagi, itu artinya diproduksi oleh sistem hidup.

Sistem apa? Apalagi kalau bukan sistem sekuler yang menyebabkan masyarakat rata-rata tidak takut Tuhan. Masyarakat yang malah mempertuhankan syahwat dan materi semata.


Oleh: Asri Supatmiati 
Founder Salehah Institute 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar