Topswara.com -- Memilih sosok pemimpin tentu tidak cukup hanya melihat kapasitas dan kapabilitas saja. Apalagi jika menjatuhkan pilihan hanya mengacu pada sosok individu, popularitas dan tampilan fisik semata.
Pemikiran ini pun yang mendorong generasi Z di Kabupaten Bandung untuk menguji kapabillitas calon Bupati Bandung dalam diskusi yang digagas Galuh Muda di Teras Sentani, Cangkuang, Sabtu 19/10/2024. (ketik.co.id, 26/10/2024)
Sebagai seorang muslim, kita tentu mempunyai standar tersendiri dalam menyikapi suatu pilihan. Tentulah yang menjadi standar bagi kaum muslim dalam menentukan pilihan adalah pemikiran dan hukum-hukum Islam yang bersumber dari Al- Qur’an dan Sunnah.
Begitupun dalam masalah memilih calon pemimpin, tidak cukup hanya melihat sosok calon namun juga kebijakan dan aturan apa yang akan dia pakai untuk menjalankan kepemimpinannya.
Gen Z seharusnya mengorek lebih dalam calon pemimpin bukan hanya dari personalitas, kapasitas dan kapabilitasnya saja, gen Z juga harus memastikan apakah sosok calon pemimpin pilihan mereka itu bisa melaksanakan amanah kepemimpinannya dengan adil atau tidak.
Sementara keadilan pemimpin itu dapat dilihat dari komitmen dan kesiapannya menjalankan kepemimpinan sesuai dengan hukum- hukum Allah SWT.
Meski secara personal seorang pemimpin terkenal santun, baik, ramah, cerdas dan memiliki kapabilitas sebagai pemimpin.
Namun apabila ia enggan berhukum dan mengurus urusan rakyat dengan hukum syariat maka ia tetap terkategori sebagai pemimpin yang zalim atau pemimpin yang fasik.
Sebagaimana yang termaktub dalam potongan ayat Q.S Al Maidah: 45
“…Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang- orang zalim,”
Dan potongan ayat Q.S Al- Maidah: 47
“…Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang- orang fasik,”
Apalagi jika sudah diketahui sosok calon pemimpin itu ternyata ahli maksiat ditambah lagi anti terhadap syariat, maka ia tidak layak untuk menjadi pilihan.
Perlu gen Z ketahui juga bahwa setiap pilihan mereka akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Begitu pun dengan perkara memilih pemimpin, jika salah dalam menentukan pilihan bisa saja penderitaan tidak hanya dirasakan selama hidup dibawah kepemimpinannya.
Namun penderitaan itu juga berlanjut hingga di akhirat, menderita karena sudah memilih orang yang salah untuk diberikan kekuasaan kepadanya. Bahkan menderita karena pemimpin yang dipilih tidak taat syariat, hingga mengundang murka Allah SWT. Naudzubillah.
Sejatinya peran dan partisipasi politik gen Z tidak berhenti pada tataran memilih pemimpin dan mewakili kaumnya untuk memimpin. Lebih jauh lagi, partisipasi politik gen Z harusnya juga dilakukan dengan cara mengawal jalannya politik pengurusan umat agar pelaksanaanya pun sesuai syariat.
Untuk dapat mewujudkan semua itu, gen Z z perlu dididik dan dibina dengan tsaqafah politik Islam yang sesuai dengan akidah Islam.
Dengan tsaqafah politik Islam yang dimiliki, gen Z akan mampu mengoreksi dan meluruskan kekeliruan pemimpin serta melakukan edukasi di tengah- tengah masyarakat mengenai pelaksanaan politik dalam Islam.
Wallahu’alam bishawab.
Oleh: Selly Amelia
Aktivis Muslimah
0 Komentar