Topswara.com -- Kerusakan mental ini, terjadi bukan tanpa alasan. Sumbernya, bisa dari eksternal atau internal. Berbagai macam platform TikTok, YouTube, Instragram, Facebook, Snapchat, dan lainnya semua itu datang dari budaya luar.
Para pengguna justru makin terlena, sehingga tidak bisa memanfaatkan waktu yang lainnya. Tanpa sadar virus Fomo telah menular pada dirinya itulah yang sedang tren terjadi saat ini, di kalangan remaja.
Mengutip dari laman media sosial bahwa, remaja Indonesia mengalami kecanduan internet yang berdampak pada kesehatan mental. Fomo membuat remaja selalu merasa perlu memeriksa media sosial bahkan saat belajar dan bersosialisasi. Akibatnya muncul perasaan cemas, depresi, hingga gangguan tidur karena terbebani konten media sosial. Remaja perempuan sangat rentan mengalami Fomo yang merusak harga diri. bandungbergerak.com (10/1/2024).
Seorang yang terinfeksi gejala Fomo, perasaan takut ketinggalan, cemas yang berlebihan terhadap apa yang diikutinya. Fomo, bisa saja ada dalam kehidupan sosial, hobi, bidang pendidikan, bahkan asmara.
Jika perasaan ini tidak terkendali oleh otak yang berfungsi untuk mengendalikan emosi, dan menjelaskan sesuatu apa yang diinderanya. Maka hasilnya akan riskan, dan dapat menyebabkan terhadap gejala yang mengganggu pikirannya.
Memang, kehidupan remaja saat ini yang menjadi bagian tak terpisahkan adalah media sosial. Kemungkinan besar konektivitasnya selalu terhubung, secara intensif dalam berbagi momen di kehidupannya.
Ternyata dibalik itu, ada efek samping yang berbahaya. Hubungan yang mendalam terhadap media sosial yang mempesona, ternyata berpotensi merusak kesehatan mental remaja. Sebut saja, Fomo atau Fear of Missing Out.
Gejala virus Fomo ini, bisa menjalar pada kesehatan mental, yang berdampak pada perasaan cemas berlebihan, stress, kurang tidur, tidak nafsu makan, akhirnya berujung pada depresi. Seseorang yang memiliki gejala ini, lebih parahnya lagi memilih menyendiri, dibandingkan berinteraksi dengan temannya.
Bisa marah-marah saat tidak sesuai dengan kehendaknya. Sedih yang tak beralasan, merasa galau jika tidak berpacaran. Inilah penyakit yang tak disadari oleh penderitanya, secara fisik badan sehat, tetapi merusak kesehatan mental.
Merasa ketinggalan zaman, apabila tidak memilki pacar. Tenang, sekarang ini, platform telah menyediakan aplikasi terkait dengan asmara. Pendaftarannya bisa online, kerjanya secara nyata. Profesi sebagai jasa rental pacar sewaan, sedang tren dikalangan anak muda.
Pacar sewaan sebagai obat pelipur lara bagi sang jomblo. Dia boleh dirangkul, pegangan tangan, pendengar setia, humoris, mengasikkan saat ngobrol dengan tuannya. Tarif pacar sewaan hanya per-jam, jika lebih dari satu jam argonya ditambah lagi.
Itulah sebagian contoh kerusakan dunia maya, sampai dunia nyata. Kerusakan mental ini lahir dari sistem liberal, yang mana selalu menyamakan pekerja sex dengan buruh. Meski mereka membantah tidak sampai melakukan hubungan seksual. Padahal rumus orang berpacaran itu kalau gak mau dipegang dan dicium enggak asik.
Fomo, yang dapat merusak kesehatan mental generasi Z ini. Sejatinya berdiri di atas landasan yang tak aneh, yaitu Liberal alias kebebasan. Negara yang menerapkan paham sekuler dan liberal, tiada lain lahir dari ideologi kapitalisme.
Maka, kasus kriminal merajalela, salah satunya kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak, sanksi bagi si pelanggaran tidak menimbulkan efek jera. Akibatnya jalan bagi predator mencuat tak mampu dibendung lagi. Banyaknya bunuh diri di kalangan remaja, hanya gegara ditolak cintanya.
Sekali lagi penulis tekankan bahwa Fomo, dapat merusak kesehatan mental generasi Z. Sejatinya berdiri di atas landasan yang tak aneh, yaitu Liberal alias kebebasan. Negara yang menerapkan paham sekuler dan liberal, tiada lain lahir dari ideologi kapitalis.
Maka, kasus kriminal merajalela, salah satunya kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak, dan sanksi bagi si pelanggar tidak menimbulkan efek jera.
Akibatnya jalan bagi predator mencuat tak mampu dibendung lagi. Banyaknya bunuh diri di kalangan remaja, hanya gegara ditolak cintanya. Sungguh tidak aman, remaja yang hidup di alam ideologi kapitalisme sekulerisme ini. Di mana aturannya hanyalah nafsu untuk mempertahankan paham liberalisme semata tanpa mempertimbangkan moral generasi muda.
Jika paham ini terus dibiarkan, jangan harap program menuju generasi emas akan tercapai. Karena mental anak remaja sudah rusak oleh cara berpikirnya yang liberal. Semua serba bebas, mulai dari perilaku, cara berpakaian, kesehariannya mau diisi apa. Semua bebas tanpa batas. Maka tak aneh, jika generasi Z terinfeksi virus Fomo.
Untuk mengembalikan posisi dan fungsi remaja agar sesuai dengan tuntutan Islam, harus ada institusi dan sistem yang berasal dari Islam. Sudah saatnya agar menjadikan Islam sebagai sumber inspirasi dalam segala hal.
InsyaaAllah mata, dan kebersihan jiwa akan terjaga. Sehingga dengan ilmu yang telah melekat padanya tidak akan bisa memberi celah sedikitpun tsaqofah Barat yang liberal masuk dan menguasai dirinya. Walaupun dengan kecanggihan teknologi informasi.
Dengan Islam dapat membuat pemuda tangguh berjiwa sehat penuh semangat. Sehingga media sosial dan informasi modern hanya untuk syiar dakwah Islam, dan menjaga kemuliaan Islam.
Pemuda Islam, setiap relung-relung hidupnya senantiasa memancarkan sejuta kebaikan. Mereka benar-benar potret manusia luar biasa dalam mengelola hidupnya.
Yuk! ngaji kaffah dari akar sampai daun dan merealisasikannya. Semoga Allah Swt. Menjaga akidah pemuda muslim Indonesia, dari semua perkara yang bisa merusakkannya, yang dapat menyimpangkan remaja muslim dari akidah yang shahih (benar).
Wallahu'alam bishshawwab.
Oleh: Fitri Sholihah
Komunitas Ibu Peduli Generasi
0 Komentar