Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tak Ada Istilah Marriage is Scary, jika Rasullullah Jadi Contoh

Topswara.com -- Menyoal kasus KDRT yang dialami oleh selebgram Cut Intan Nabila oleh suaminya Armor Toreador yang terkuak dari video unggahan sang selebgram di media sosial Instagram. Dalam video kekerasan tersebut nampak Armor mengenai bayi mereka yang belum genap berusaha satu bulan (Kompas.com, 16/08/2024). 

Kasus ini menambah rentetan kasus KDRT yang terjadi. Hingga dampaknya saat ini, banyak yang menjadi takut menempuh kehidupan berumah tangga hingga ada istilah marriage is scary ynga hangat diperbincangkan di media sosial. 

Kasus KDRT adalah kasus serius yang akan berdampak panjang lintas generasi. Hal ini harus menjadi fokus perhatian bagi para pasangan yang akan menikah. Tugas dan peran masing-masing perlu dikuliti. Walaupun pada kenyataannya, menjadi suami istri adalah sebuah pembelajaran panjang tanpa henti. 

Mirisnya, banyak kasus KDRT yang menimpa keluarga-keluarga di negeri ini. Masalah KDRT perlu pengendalian diri dari kedua belah pihak terutama dalam lingkungan yang sekuler saat ini. 

Sang Pencipta harus menjadi poros kembalinya suami istri ketika ada pertengkaran. Akhirat harus menjadi tujuan akhir manusia agar selalu tercermin dalam setiap perilaku dan pemikirannya. 

Sebagai keluarga muslim, sudah sewajarnya kita bertingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran yang diturunkan oleh Allah dan diajarkan oleh Rasulullah saw. Keluarga muslim memiliki banyak kisah contoh yang ada dalam siroh yang bisa dijadikan sebagai figur contoh. Rasulullah adalah manusia sempurna. Tidak ada cela padanya, sehingga sangat patut dijadikan sebagai suri tauladan. 

Michael H. Hart, seorang penulis buku dan sejarawan non muslim mengakui bahkan mengategorikan Rasulullah sebagai orang yang berpengaruh di dunia melalui bukunya yang berjudul The 100: A Ranking of The Most Infuential Persons in History.

Nabi Muhammad adalah sosok suami terbaik sepanjang masa yang harus dijadikan contoh oleh para suami masa kini. Rasulullah tak pernah sekalipun melukai istri-istrinya walaupun ketika beliau dalam keadaan marah. 

Beliau mampu dengan sangat bijak mengendalikan emosi. Marahnya Rasulullah adalah ketika adanya pelanggaran syariat Allah, bukan oleh selainnya. 

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah”. 

Sikap suami di dalam rumah itu merupakan cerminan dari imannya. Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istri mereka.” (HR Tirmidzi).

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW. pernah ditanya tentang hak istri dari suaminya oleh seorang sahabat. Kemudian beliau menjawab, “Engkau memberinya makan jika engkau makan. Engkau memberinya baju jika engkau berpakaian. Dan janganlah engkau memukul wajah, jangan menghinakannya, dan jangan memisahkannya, kecuali di dalam rumah.” Termasuk segera pulang ke rumah setelah salat Isya’ apabila tidak ada keperluan yang sangat penting agar mereka tidak cemas dan melahirkan kecemburuan.  

Walau ada hal-hal yang tak disukai dari si istri, tak lantas menjadikan kehalalan untuk kasar padanya. Sepanjang hidup Rasulullah SAW tak pernah beliau memukul istri-istrinya. Seperti diterangkan dalam hadis riwayat Aisyah :

‎مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Rasulullah sama sekali tidak pernah memukul siapa pun dengan tangannya, baik itu perempuan maupun pelayan, kecuali saat berjihad di jalan Allah.” (HR Muslim no 2328).

Malah, dalam riwayat lain, Nabi SAW menyindir laki-laki yang melakukan kekerasan terhadap istrinya :

‎لاَ يَجْلِدُ أَحَدُكُمُ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ، ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِي آخِرِ الْيَوْمِ

“Janganlah salah seorang dari kalian memukul istrinya seperti ia memukul seorang budak, sedangkan di penghujung hari ia pun menggaulinya.” (HR Bukhari no 5204).

Begitu mulianya akhlak Rasulullah menjadikan beliau panutan dan teladan sepanjang masa. Muslim harus bangga atas Rasulullah yang mulia. Tanpa mencintai sosok beliau, kita tak akan mampu meneladaninya. Tanpa meneladani sikapnya, perlu dipertanyakan kembali keislaman kita. 

Wallahu’alam bishawab.


Oleh Hima Dewi, S.Si., M.Si.
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar