Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sekularisme Mematikan Naluri Ibu

Topswara.com -- Rusaknya kehidupan saat ini ternyata sudah berada di level yang sangat menghawatirkan. Bila ada peribahasa yang menyatakan sejahat-jahatnya harimau tidak akan memakan anaknya sendiri, tampaknya ini sudah tak berlaku lagi. Faktanya kini banyak ibu yang bertindak jahat kepada buah hatinya sendiri.

Hal ini seperti pada kasus seorang ibu di Kalianget, Sumenep, yang dengan tega menyerahkan anaknya kepada seorang oknum kepala sekolah (J) untuk dicabuli. Menurut Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, pencabulan itu bukan hanya sekali. 

Dari penyelidikan diketahui bahwa J mengakui aksi pencabulan terjadi setidaknya 5 kali. Salah satu hotel di Surabaya diakui pelaku sebagai tempat ia memperkosa dan mencabuli korban. (kumparan.com, 1/9/2024)

Sungguh miris mendengar berita semacam ini. Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa terhadap anak kandungnya sendiri. Sudah sedemikian parahkah kondisi ibu saat ini? Di mana naluri keibuan yang secara fitrah diberikan Sang Pencipta untuk melindungi anak-anaknya?

Tercabutnya Fitrah Keibuan

Beragamnya kasus kekerasan yang dilakukan seorang ibu kepada anak kandungnya sendiri merupakan bukti nyata betapa rusaknya pribadi ibu dalam kehidupan saat ini. Fitrah keibuan yang secara langsung diberikan Allah terkikis oleh hawa nafsu akan materi. 

Ketika hawa nafsu tersebut menguasai ibu hingga rela menjual putrinya demi mendapatkan uang dan harta benda yang diinginkan.

Kondisi ini terjadi karena lemahnya keimanan yang membuat akal dan logika menjadi rusak. Akibatnya, manusia tak mampu berpikir dengan bijak dan hati pun menjadi mati. Lemahnya iman ini membuat manusia sanggup bertindak keji. 

Kasus ibu di Sumenep menjadi bukti bagaimana iman yang rusak merusak fitrah keibuan yang seharusnya melindungi buah hatinya.

Kesalahan tidak pada individu dari seorang ibu saja, melainkan dari tatanan kehidupan tempatnya tinggal. Ibu juga merupakan bagian dari masyarakat yang berjalan di bawah aturan yang sekuler. 

Aturan yang memisahkan agama dari kehidupan ini tidak sejalan dengan fitrah manusia dan pada akhirnya mengikis fitrah ibu hingga hilang tak bersisa.

Sekularisme Biang Keroknya

Bila kita lihat dengan pikiran jernih, akan didapati bahwa tercabutnya fitrah ibu telah menjadi sebuah fenomena. Kondisi ini terjadi tidak hanya di satu tempat, tetapi di berbagai tempat di dunia. 

Ini menunjukkan bahwa hilangnya fitrah ibu adalah persoalan sistemik yang berkaitan dengan penerapan sistem sekularisme kapitalisme. Inilah akar dari semua kerusakan yang terjadi. 

Sekularisme telah menjauhkan kehidupan dunia dari aturan-aturan Sang Pencipta yang sejatinya diberikan untuk kemaslahatan manusia sendiri. Sistem ini telah berhasil memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan di berbagai lini. Bagaimana tidak? 

Sistem ini menjadikan materi atau harta sebagai tujuan dan sumber kebahagiaan hidup seseorang. Akibatnya, manusia menganggap materi sebagai segalanya sehingga harus diraih dengan segala cara. Apa pun yang menghalangi akan ditabraknya, termasuk aturan dari Allah.

Tidak ada lagi pertimbangan halal haram ketika melakukan segala sesuatu. Kebaikan hanya dinilai jika menghasilkan materi. Sebaliknya, nilai-nilai luhur yang tak menghasilkan materi akan ditinggalkan karena dianggap tidak menguntungkan. 

Demikian pula dengan fitrah keibuan dan kasih sayang sesama yang dipandang tidak menghasilkan manfaat atau menghalangi untuk meraih materi akan dibuang jauh-jauh.

Sekularisme bertentangan dengan fitrah manusia. Sistem ini menghilangkan fitrah ibu yang mulia sehingga rusaklah ibu. Bila ibu telah rusak, maka anak-anak pun ikut menjadi rusak. 

Islam Memuliakan Ibu

Berbeda halnya keadaan ibu dalam sistem Islam. Posisi ibu sangat mulia dalam Islam, yakni sebagai pendidik pertama dan utama generasi. Islam sangat menjaga agar peran mulia ini dapat dijalankan secara maksimal oleh ibu. 

Untuk itulah, melalui berbagai mekanisme, Islam menjamin kebutuhan ibu. Tidak hanya kebutuhan jasmaninya, tetapi juga rasa aman dari segala ancaman.

Islam juga menetapkan bahwa kaum ibu tidaklah menjadi tulang punggung keluarga. Wanita atau ibu tidak wajib bekerja, justru mereka berhak mendapatkan nafkah dari suaminya. Tanggung jawab mencari nafkah ada pada pundak suami. 

Dengan adanya sistem ekonomi Islam, memungkinkan kaum lelaki untuk bekerja mencari nafkah di bidang apa pun. Sistem ekonomi Islam yang mengharamkan air, hutan, dan energi dikuasai swasta akan menjadikan negara mampu membuka lapangan pekerjaan yang padat karya dan menyerap banyak tenaga kerja. 

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang sangat baik, di mana akidah Islam menjadi landasan kurikulumnya. Tujuan pendidikan adalah mencetak manusia berkepribadian Islam sempurna sehingga dihasilkan individu-individu yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. 

Dengan begitu, syariat Islam menjadi landasan dalam bertingkah laku. Tidak akan mungkin seorang ibu bertindak ataupun berpikir yang menyimpang dari syariat seperti banyak terjadi saat ini. 

Sebaliknya, ibu akan menjadi teladan dalam kebaikan sekaligus mendidik anaknya agar menjadi generasi tangguh pengisi peradaban gemilang.

Semua ini hanya bisa terwujud bila Islam diterapkan secara menyeluruh oleh negara. Daulah Khilafah sebagai pelaksana syariat Islam kaffah akan mampu menjaga fitrah ibu dan anak secara baik.


Oleh: Esti Dwi
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar