Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rusaknya Hubungan Keluarga akibat Penerapan Sistem Sekularisme Kapitalisme

Topswara.com -- "Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya." (HR. At-Tirmidzi no 3895).

Keluarga adalah bagian terkecil dalam sebuah masyarakat. Tempat istirahat setelah lelah seharian melakukan aktivitas yang padat. Tempat mencurahkan segala isi hati, melepaskan semua penat dan resah. 

Namun hari ini, banyak keluarga yang tidak dapat merasakan manisnya kebahagiaan. Rusak fungsi keluarga karena adanya kecemburuan, kebencian dan amarah sesaat yang pada akhirnya bisa menghancur binasakan hubungan keluarga.

Berkaca pada beberapa kasus yang akhir-akhir ini terjadi, sungguh sangat mengiris hati sanubari, hubungan darah keluarga bisa hancur porak poranda bahkan dengan sadis nyawa pun melayang.

Seorang ibu bernama Hj. RK meninggal secara tragis dibunuh oleh anak kandungnya sendiri bernama AR, sang ibu dibunuh menggunakan parang hingga menembus lehernya. AR diduga mengalami gangguan jiwa. (Prokal.co. 24/08/2024).

Tidak kalah kejinya, ditemukan mayat anak berisinial NAA usia 6 tahun dalam kondisi mengenaskan terbungkus dalam karung. Polisi melakukan pra rekontruksi kasus pembunuhan ini, ternyata pelakunya adalah ibu tirinya sendiri. 

Usut punya usut, sebelum dibunuh, sang anak kerap kali mendapatkan penyiksaan berupa tindak kekerasan dari pelaku tidak lain adalah ibu tirinya. Motif pembunuhan adanya rasa cemburu karena sang suami atau ayah korban tidak perhatian kepada pelaku saat hamil. (Sindonews.com.24/08/2024)

Terlihat dengan jelas dari beberapa kasus di atas, menggambarkan bahwa hubungan darah yang sudah tertanam antara ayah, ibu, dan anak bisa musnah karena hawa nafsu sesaat yang tidak bisa diredam. Amarah yang membutakan akal sehat. 

Rasa kasih sayang yang sudah terpupuk sejak dalam kandungan, merawat dan membesarkan dengan cucuran keringat, seolah-olah musnah tidak bersisa karena emosi dan stres dalam jiwa.

Mudahnya tersulut amarah, hawa nafsu dan emosi dalam diri menandakan bahwa individu tersebut sedang tidak baik-baik saja. Ada beberapa faktor penyebabnya mulai dari faktor internal ataupun faktor eksternal. 

Termasuk salah satu faktor internal adalah kurangnya komunikasi antar anggota keluarga atau adanya tekanan yang cukup besar dari banyak orang sehingga bisa meningkatkan sensitivitas seseorang. 

Sedangkan faktor eksternal meliputi salah satunya adalah keadaan keluarga yang serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya atau dari kondisi lingkungan sosial dimana seseorang tinggal.

Tidak bisa dipungkiri, faktor internal dan eksternal ini sangat didukung oleh sistem yang saat ini sedang digunakan oleh mayoritas masyarakat. Tidak lain dan tidak bukan adalah sistem sekukarisme kapitalisme.

Penerapan sekularisme kapitalisme membuat hubungan keluarga kalah dengan materi. Komunikasi yang terjalin dilakukan hanya sebatas jika ada perlunya saja, orang tua dan anak sibuk dengan tugasnya masing-masing, peran orang tua hanya bertugas untuk mencari materi agar semua kebutuhan anak terpenuhi. 

Begitu pun anak, tidak mendapatkan bimbingan penuh dari ayah ibu nya maka sedikit demi sedikit hubungan emosional antara orang tua dan anak semakin menipis bahkan menghilang. Maka wajar, jika emosi tersulut membuat lupa adanya hubungan keluarga yang parahnya bisa menghilangkan nyawa.

Penanaman paham sekularisme semenjak usia dini menjadi penyebab juga, pada saat melakukan tindak kekerasan yang keji sampai menghabisi nyawa tidak ada rasa bersalah apalagi takut akan dosa. 

Melakukan tindakan untuk memuaskan hawa nafsunya tanpa dikaitkan apakah perbuatan ini boleh atau tidak, sesuai atau tidak dengan aturan agama. Maka begitu maraknya kasus membunuh anak atau membunuh orang tua oleh dengan yang mempunyai hubungan aliran darah yang sama.

Negara juga mempunyai peran dalam kasus ini. Negara menjadi salah satu yang menyebabkan hilangnya atau rusaknya hubungan antar anggota keluarga. Ini bukti adanya kegagalan dalam sistem pendidikan, ekonomi, dan politik. 

Pendidikan yang diterapkan saat ini orientasinya hanya kepada materi, perolehan nilai yang tinggi dapat ditempuh dengan cara apapun, kurang adanya penanaman nilai karakter dan agama yang kuat. 

Begitu pun dengan sistem ekonomi, melahirkan generasi yang hedonis, mencari kekayaan dengan berbagai jalan tanpa melihat halal atau haram, terjadinya kesenjangan antara orang kaya dan miskin. 

Oleh karena itu banyak kecemburuan yang melahirkan tindak kejahatan yang berujung pada kasus pembunuhan. Tidak hanya itu, sistem politik pun menggunakan aturan yang dibuat oleh manusia dan disesuaikan dengan kepentingan golongan tertentu, maka jelas terbukti lahirlah kekacauan dan kerusakan bahkan pada tatanan kehidupan keluarga.

Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin tentunya mempunyai solusi terhadap semua permasalahan. Dimulai dari Islam menjadikan negata sebagai ra'in atau mengurusi seluruh kebutuhan masyarakat, termasuk akan menjaga fungsi dan peran keluarga.

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang berkualitas, berasaskan akidah, membentuk generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai dengan Islam, menciptakan generasi ungguk dalam IMTAQ dan IPTEK yang standarnya aturan Islam, tidak lupa juga penanaman karakter dan adab sesuai dengan nilai-nilai Islam maka akan menjaga hubungan keluarga tetap harmonis.

Negara menerapkan Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari kehidupan bersosial bermasyarakat saling menjaga dan menasehati dalam kebaikan, mengingatkan jika ada yang melakukan kesalahan sehingga terwujud sistem kehidupan yang baik, dan keluarga pun akan baik dan terjaga.

Negara mewujudkan maqashid syariah yang meliputi memelihara dalam bidang agama, jiwa, akal, keturunan dan harta sehingga kebaikan akan terwujud di dalam keluarga dan juga masyarakat serta negara.

Wallahu 'alam bishawwab.


Oleh: Irma Legendasari 
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar