Topswara.com -- Keluarga adalah sebuah bangunan kecil yang berada di tengah-tengah masyarakat. Sebagai tempat pembelajaran pertama dan utama tentang kehidupan bagi anggota-anggotanya. Tempat lahirnya generasi penerus peradaban. Namun kini bangunan keluarga telah rusak.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, kejahatan terjadi di kecamatan Balikpapan Barat pada Jumat (23/8/2024). Seorang ibu berinisial Hj RK telah meninggal secara tragis, ia telah dibunuh oleh anak kandungnya sendiri berinisial AR. Kejadian tersebut seketika membuat warga geger dan ngeri. Balpos.com (24/8/2024).
Kasus pembunuhan dalam keluarga juga terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat, Nizam Ahmad Alfahri (6), ditemukan tewas di dalam karung setelah dilaporkan hilang oleh ayahnya, Ichan (37). Bocah tersebut tewas setelah dianiaya oleh ibu tirinya, Iftahurrahmah (24). Detik.com, Jumat (24 Agustus 2024)
Peristiwa penganiayaan yang berujung pembunuhan juga dilakukan seorang kakak berinisial K (29) membunuh ayah kandungnya yang bernama Jana (79) ditusuk menggunakan pisau. Setelah melakukan pembunuhan, pelaku menganiaya adiknya, Aam dengan menggunakan balok kayu. Kejadian ini terjadi di Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Tribunnews.com, Senin (26 Agustus 2024)
Rapuhnya Ketahanan Keluarga dalam Sistem Sekularisme Kapitalisme
kasus di atas hanya sekelumit masalah yang diangkat ke media sosial. Entah berapa banyak lagi kasus yang tidak terangkat. Banyaknya kasus tersebut merupakan bukti bahwa buruknya penerapan sistem sekuler saat ini.
Adanya kasus kejahatan seorang anak tega membunuh orang tuanya ataupun sebaliknya, semua ini merupakan hasil bentukan dari sistem sekuler, yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan.
Maka tidak ayal jika keluarga muslim saat ini masih diwarnai oleh suasana yang kelam, penerapan sekularisme kapitalisme membuat hubungan keluarga kalah dengan materi, hubungan keluarga diabaikan sehingga tega melakukan tindak kekerasan bahkan membunuh.
Kapitalisme dengan asas sekularisme (pemisahan agama atas kehidupan) telah menjadikan orientasi kehidupan manusia adalah materi baik dalam bentuk harta, kekuasaan popularitas, hingga kepuasan atas perilaku yang diinginkan dan disukainya.
Pemikiran ala kapitalisme menganggap bahwa kebahagiaan hanya akan dicapai dengan perolehan materi sebanyak-banyaknya.
Selain itu bangunan akidah yang dimiliki pada setiap individu keluarga sangat lemah, sehingga menjadi salah satu faktor rapuhnya ketahanan keluarga. Ditambah lagi ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT tidak tertanam kuat dalam diri seseorang.
Maka tidak heran jika anggota keluarga sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Saling mengambil pemahaman hak dan kewajiban masing-masing. Tidak ada standar yang shahih dalam bertindak dan berperilaku.
Sistem kapitalisme pun telah berhasil mencetak generasi jauh dari kebaikan, generasi selalu dipenuhi dengan berbagai masalah, dan beratnya tekanan hidup yang dijalani sehingga pada akhirnya generasi kehilangan aspek terhadap kemanusiaan.
Serta sekularisme juga menjadikan emosi seseorang tidak stabil mudah menggebu-gebu hingga berujung aktivitas menyimpang. Ibu yang stres karena biaya kehidupan yang kian menjerat, ibu yang kehilangan jiwa sabar dalam pengasuhan, bawaannya selalu emosi dan marah.
Bahkan, tidak segan melampiaskan kemarahannya kepada sang buah hati dengan cara menganiaya, bahkan membunuh anaknya.
Dengan demikian banyaknya kasus penganiayaan dan pembunuhan yang terjadi diantara anggota keluarga menggambarkan bahwa jenis kriminalitas ini telah menjadi fenomena.
Kapitalisme telah membuat agama disisihkan dalam mengatur kehidupan, sehingga siapapun yang hidup di dalamnya tidak lagi memperhatikan perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan syariat atau tidak.
Ketahanan Keluarga dalam Islam
Islam adalah agama sekaligus ideologi yang lahir darinya sebuah peraturan yang akan membawa keberkahan bagi seluruh manusia. Penerapan Islam secara kafah dalam kehidupan di bawah institusi Khilafah. Islam menjadikan negara sebagai raa’in (pengurus) yang akan menjaga fungsi dan peran keluarga.
Rasulullah SAW bersabda; “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Negara pun wajib membantu rakyatnya hidup dalam suasana tenang, aman, damai, dan dalam suasana keimanan. Negara adalah pihak yang paling berperan paling efektif untuk membangun dan menjaga akidah umat baik individu maupun masyarakat.
Banyak peran yang dapat dilakukan khalifah/kepala negara dalam menjaga akidah umat. Diantaranya;
Pertama, sistem pendidikan wajib didasarkan kepada Islam. Pelajaran keislaman terkait akidah, syariah (termasuk akhlak) dan sejarah Islam diberikan sejak dini.
Metode pendidikan pun dilandasi dasar keimanan yang disampaikan dengan metode pemikiran (fikriyah). Sehingga para pelajar benar-benar paham bahwa arah pendidikan ditunjukkan untuk membentuk kepribadian Islam dan menguasai sains dan teknologi.
Untuk mewujudkan kepribadian Islam ditanamkan aqidah Islam, pola pikir Islam dan pola sikap Islam yang akan melahirkan perilaku Islami
Sementara untuk menguasai sains dan teknologi diberikan sesuai kebutuhan tetap didasarkan pada akidah Islam. Alhasil akidah Islam memberikan kekuatan dan kesabaran seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan.
Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat.
Sementara itu, sistem pendidikan yang diterapkan berdasarkan kurikulum Islam bertujuan untuk melahirkan atau membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Negara harus pula memastikan bahwa seluruh individu rakyat menjalani perannya sebagai hamba Allah dan makhluk sosial dengan sebaik-baiknya.
Negara yang memiliki wewenang mengatur rakyatnya berperan untuk menghilangkan atau merusak hubungan antar anggota keluarga. Pasalnya negara lah yang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan berikut kurikulumnya. Sistem pendidikan sekuler mengabaikan pentingnya membangun keluarga sesuai tuntunan syariat.
Tidak hanya dari segi pendidikan, kegagalan sistem ekonomi dan politik yang berasaskan sekuler di negeri ini juga tampak nyata. Kebijakan politik ekonomi neoliberal sebagai buah penerapan ideologi kapitalisme berefek bahwa semakin beratnya beban hidup keluarga muslim. Sebab untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam sebuah keluarga sulit diwujudkan.
Sistem ekonomi kapitalisme telah menjadi penyebab utama tingginya harga bahan-bahan pokok, dan mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan. Hal itu tentu menjadi pemicu mudahnya seseorang stress dan tidak mampu mengontrol emosi.
Kedua, akidah Islam harus tetap terjaga dengan cara penerapan aturan-aturan Islam secara sempurna. Sebab penerapan Islam secara sempurna akan mewujudkan maqashid syariah. Sehingga kebaikan terwujud di dalam keluarga, masyarakat serta negara.
Melalui penerapan peraturan Islam dalam perundang-undangan berarti sedang menjadi proses penyatuan aqidah dengan syariah. Ketaatan kepada syariah mengokohkan akidah dan penanaman aqidah semakin membuat orang mentaati syariah.
Dengan demikian anggota keluarga memahami peran masing-masing dalam menumbuhkan keluarga yang sakinah, mawadah warahmah.
Inilah solusi yang diberikan oleh Islam yakni dengan tegaknya kembali bangunan keluarga dari keterpurukannya menuju kebangkitan.
Wallahu a’lam bis shawwab.
Hamsia
Aktivis Muslimah
0 Komentar