Topswara.com -- Cinta Shalawat Cinta Khilafah
Alangkah maraknya shalawatan yang menjadikan shalawat sebagai agenda utama. Tidak jarang dihadiri hingga ribuan jamaah bahkan puluhan ribu. Shalawat pun menggelegar menggetarkan bumi dan menembus langit. Mengguncangkan hati setiap mukmin hingga air mata kerinduan pun mengalir.
Begitulah suasana pembacaan shalawat Nabi Muhammad SAW yang dihadiri dengan antusiasme luar biasa oleh umat Islam.
Acara acara seperti shalawatan, tabligh Akbar, baik dalam rangka maulid maupun tidak, yang selalu ramai umat Islam hadir tentu membuat hati kita senang. Sebab bukti cinta kepada nabi itu masih ada dan kuat. Berarti umat ini masih begitu cinta kepada nabinya.
Namun, edukasi tentang cinta nabi kepada umat masih jauh dari cukup. Sebab, manifestasi cinta nabi di tengah umat masih berkutat pada sebagian perkara saja. Khususnya shalawatan dan maulidan.
Padahal membaca shalawat hukumnya Sunnah. Acara shalawatan dan maulidan pun sekedar mubah. Disisi lain perkara yang lebih penting sebagai bukti cinta nabi belum nampak. Yakni betul betul beriman dan menerima seluruh syariat yang diajarkan nabi merupakan perkara yang jauh lebih penting daripada shalawatan.
Termasuk yang paling menonjol saat ini adalah penolakan beberapa tokoh tentang wajibnya khilafah. Padahal perkara khilafah ini merupakan ijmak umat ini sejak era sahabat hingga kini.
Semua itu terdokumentasi secara konkrit dalam kitab kitab fikih, akidah, hadis, ushul fikih dari semua mazhab Islam tanpa kecuali. Artinya, khilafah adalah pasti merupakan ajaran Islam yang hukumnya wajib.
Bahkan sebagian ulama diantaranya Imam Ibnu Hajar Al Haitsami menyebutnya sebagai ahammul wajibat (kewajiban paling penting) dalam Islam.
Arti selanjutnya adalah bahwa menerima khilafah sebagai ajaran Islam yang hukumnya wajib merupakan salah satu konsekuensi dari cinta kepada nabi. Dan ini lebih urgen dari sekedar shalawatan. Sebab sudah maklum bahwa perkara wajib lebih didahulukan dari perkara Sunnah. Bukan kah begitu?
Disisi lain demokrasi sebagai sistem pemerintahan kufur yang bertentangan dengan Islam malah banyak diterima oleh tokoh-tokoh umat Islam. Padahal jelas bahwa demokrasi bukan sekedar cara memilih pemimpin.
Namun, merupakan sistem pemerintahan yang didalamnya menetapkan ajaran kufur yakni kedaulatan ada di tangan rakyat. Sementara Islam menetapkan kedaulatan di tangan Allah dan RasulNya, kedaulatan di tangan syariat.
Sebab kedaulatan itu adalah kewenangan membuat hukum, kewenangan menetapkan sesuatu sebagai benar dan salah, halal atau haram, sehingga layak mendapatkan pahala atau dosa.
Maka jelas bahwa sesuai akidah Islam maka menetapkan hukum sesuatu sebagai wajib, sunnah, mubah makruh dan haram adalah kewenangan syariat semata. Bukan kewenangan manusia.
Karena banyak tokoh umat yang menolak khilafah sebagai ajaran Islam, sekaligus mengokohkan demokrasi sebagai sistem kufur inilah maka umat Islam pun banyak yang ikutan salah dalam perkara ini.
Dari sinilah kita bisa melihat bahwa manifestasi cinta nabi pada masa kini masih jauh dari harapan. Yakni masih berkutat pada perkara perkara mubah dan sunnah.
Disisi lain malah menolak perkara yang wajib bahkan kewajiban paling penting yakni khilafah. Disinilah pentingnya dakwah yang mengedukasi umat lebih lanjut tentang akidah dan konsekuensinya secara kaffah. Sebab cinta nabi menuntut kita untuk mengikuti beliau Saw dalam segala aspek kehidupan.
Dalam surat Ali ‘Imran Ayat 31 Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Allah Ta’ala juga berfirman,
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’: 65).
Yuk kita betul-betul wujudkan konsekuensi cinta nabi dengan betul-betul berjuang menegakkan Islam kaffah dalam sistem satu satunya yang merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW yakni khilafah.
Kalau membaca shalawat yang sunnah saja kita begitu semangat maka mestinya kita juga tidak kalah semangat berjuang menegakkan khilafah. Cinta shalawat cinta khilafah!
Ngaji yuk![]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar