Topswara.com -- Cinta, Anta Ma'a Man Ahbabta!
Sobat, cinta itu mengenai apa yang kita rasakan. Namun jika cinta itu diserahkan hanya kepada rasa maka akan menjadi cinta yang liar. Liar dari dua sisi. Yakni kepada siapa cinta di labuhkan. Dan bagaimana cara cinta diwujudkan.
Karena itu cinta harus dilandasi satu pemahaman. Paham yang benar tentu saja. Yakni akidah yang shahih laa ilaaha illaLlaah Muhammadur Rasulullah. Akidah inilah yang mengarahkan kepada siapa cinta kita labuhkan. Yakni kepada Allah, Rasul dan kaum beriman.
Sementara dasar syariat Islam mengarahkan kita bagaimana cinta itu harus kita wujudkan. Alias bagaimana cara kita mencintai.
Bagaimana kita harus mencintai? Kepada Allah dan RasulNya adalah dengan taat. Dengan sikap taat, tunduk, patuh kepada seluruh perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya. Dengan niat ikhlas dan berusaha meraih ridhaNya.
Sementara cinta kepada sesama mukmin adalah dengan saling memberikan hak masing-masing agar selamat dunia akhirat.
Manusia sering lupa diri. Cinta kepada manusia namun lupa dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan rela berkorban apa saja demi cinta kepada manusia hingga melanggar syariat Allah.
Dalam sebuah atsar disebutkan,
جبلت القلوب على Øب من Ø£Øسن إليها وبغض من أساء إليها
“Tabiat hati adalah cenderung mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jelek padanya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 6: 2985, Abu Nu’aim dalam Al Hilyah 4: 131, Al Jami’ Ash Shogir 3580. As Suyuthi mengatakan hadis ini dha’if). Walaupun hadits ini dha’if, namun maknanya tepat dan benar.
Kita harus hati-hati terhadap cinta model begini. Karena ini adalah hawa nafsu. Hidup kita akan rusak karena cinta seperti ini. Karena akan terjebak pada mencintai orang yang kafir, zalim maupun fasik hanya karena hutang budi kepada mereka. Atau kita membenci sesama mukmin karena dia pernah mengecewakan kita. Padahal kita akan Allah kumpulkan di akhirat dengan siapa yang kita cintai.
Jika dalam hidup ini kita mencintai orang-orang kafir, zalim dan fasik maka di akhirat kita akan dikumpulkan dengan mereka. Na'udzubillah min dzalik.
Namun jika kita mencintai Nabi Muhammad SAW, para sahabat, para syuhada dan para shidiqin maka insyaallah kita akan dikumpulkan dengan mereka meskipun amal kita tidak selevel dengan mereka.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
Ø£َÙ†ْتَ Ù…َعَ Ù…َÙ†ْ Ø£َØْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)
Karena itu sobat, perhatikan kepada siapa cinta kita arahkan. Jika kita mencintai Rasul-Nya, para sahabat dan para pejuang Islam.
Jika kita mencintai Syaikh Taqiyyudin An Nabhani rahimahullah dan seluruh pejuang Islam yang mukhlis maka kita akan dikumpulkan dengan mereka.
Asal kita mengikuti jalan mereka dengan istiqamah meskipun amal kita tak selevel mereka. Karena itulah bukti cinta kita. Bukan cinta palsu.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar