Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Potret Pilu Rusaknya Fitrah Ibu

Topswara.com -- Sudah habis kata dan tak terhitung lagi berapa kali amarah tercipta dan hampir meletupkan dada saat untuk sekian kalinya terdengar berita seorang ibu yang mestinya menjadi sosok pendidik dan pelindung bagi anaknya namun justru menjadi sosok yang melakukan kekejian luar biasa dan menghancurkan hidup anaknya. 

Ungkapan “ Sekejam-kejamnya harimau tak akan pernah memangsa anaknya sendiri “ yang bermakna tidak ada seorang ibu yang mau mencelakai anaknya sendiri tampaknya hanya sekedar kiasan pada masa sekarang.

Seorang remaja putri di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep menjadi korban pencabulan dan perkosaan seorang kepala Sekolah Dasar dan mirisnya yang menjadi perantara terjadinya peristiwa ini justru sang ibu kandung dari korban. 

Lebih bejatnya lagi sang ibu mengetahui, menyetujui bahkan mengantarkan korban menemui pelaku untuk dicabuli dan disetubuhi, naudzubillah min dzalik. Pelaku yang berinisial J (41) dan ibu dari korban berinisial F sama-sama merupakan PNS. 

Kasus ini terungkap ketika ayah dari korban mendapatkan informasi terkait anaknya yang diantarkan ibunya ke rumah kepala sekolah untuk dicabuli. Menurut pengakuan sang ibu, dia menyetujui pencabulan dan perkosaan tersebut dengan alasan melakukan ritual penyucian diri. Kepala sekolah dan ibu kandung dari korban lantas diamankan oleh anggota Resmob Polres Sumenep (kumparan.com, 1/9/2024 ).

Kasus pencabulan remaja di Sumenep yang disetujui oleh ibu kandung sendiri telah menunjukkan bahwa fakta matinya naluri keibuan saat ini memang bukan isapan jempol belaka. Kasus di Sumenep adalah salah satu sekian banyak kasus yang menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi seorang ibu dan rusaknya masyarakat. 

Fenomena ini juga menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem sekuler kapitalistik yang diterapkan di negeri ini khususnya sistem pendidikan dan juga hukum.

Seorang ibu semestinya adalah sosok yang penuh dengan kasih sayang dan akan menjadi garda terdepan dalam melindungi anaknya, namun negara sekuler kapitalistik telah merusak tatanan keluarga sepenuhnya, seorang ibu bahkan bisa menjadi monster penghancur anaknya sendiri. 

Kehidupan sekuler kapitalistik yang menjauhkan agama dari kehidupan membuat manusia kehilangan makna kehidupan dan hanya berkutat pada pencarian materi saja. 

Tenggelamnya mereka dalam kehidupan tanpa aturan Tuhan, membuat mereka terperangkap dalam lingkaran setan, mempercayai hal-hal yang haram dilakukan bahkan sampai menyekutukan Tuhan. Hawa nafsu akan kenikmatan dunia membuat mereka rela melakukan apa saja, bahkan mencelakai anak sendiri.

Rusaknya seorang ibu merupakan dampak yang paling mengenaskan akibat diterapkannya sekuler kapitalistik di negeri ini, karena sosok seorang ibu merupakan sosok yang paling krusial dalam keluarga dan keluarga adalah kekuatan terakhir umat setelah runtuhnya daulah.

Jauhnya pemahaman agama ditambah kehidupan kapitalistik yang hanya berorientasi pada materi membuat keluarga Muslim hancur dengan sempurna. 

Inilah upaya Barat yang ingin melemahkan umat dan menggagalkan kebangkitan Islam. Mereka selalu berusaha menjauhkan umat dari agamanya dan menjejali umat dengan ide -ide sesatnya agar umat tetap tenggelam dalam kebodohan dan semakin mudah untuk dijajah.

Banyaknya kerusakan keluarga, mulai dari perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, hingga menyetujui anak kandung sendiri dijadikan korban pencabulan adalah wujud tertancap kuatnya sekularisme di tubuh umat yang telah lama dilemahkan oleh barat. 

Sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan membuat umat tak mengerti akan agamanya sendiri, manusia yang jauh dari agama kerap dikuasai oleh syahwat dalam setiap aktivitas hingga tak peduli akan konsekuensinya, orientasi materi yang ditanamkan oleh kapitalistik pada setiap benak manusia, membuat umat memaknai kehidupan hanya sebatas meraih pencapaian materi. 

Segala upaya dilakukan untuk bisa mencapai sebanyak-banyaknya materi tanpa peduli tujuan kehidupan yang hakiki. Inilah yang mestinya disadari oleh umat bahwa bahaya kehancuran akibat sekularisme kapitalis tengah menggerogoti kehidupan dan hanya kebangkitan pemikiran umat yang bisa menghentikannya.

Pangkal rusaknya seorang ibu berawal dari sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan oleh negara, dan dari sini bisa disimpulkan bahwa negara memiliki andil besar karena telah menjadi fasilitator dari banyaknya kerusakan yang terjadi. 

Sekularisme kapitalistik yang dijadikan landasan dalam setiap aspek seperti ekonomi, pendidikan, sanksi hingga politik telah berhasil mengobrak-abrik tatanan hidup manusia pada umumnya dan khususnya pada kaum Muslim. 

Sistem pendidikan sekuler dengan kurikulum yang tidak memberikan pelajaran agama dengan porsi layak serta dibubuhi ide-ide pemikiran yang makin menjauhkan mereka dari nilai-nilai agama telah melahirkan generasi yang tidak hanya lemah imannya namun juga lemah mental, tidak memiliki daya juang tinggi, tidak memiliki ketakwaan, mudah menyerah, dan mudah dikendalikan. 

Ekonomi kapitalis juga berperan besar dalam berbagai kerusakan, kemiskinan ekstrem yang menjadi salah satu penyebab jauhnya umat dari agama, sengaja diciptakan dari berbagai kebijakan zalim yang lebih memprioritaskan kepentingan para kapitalis seperti UU Omnibus Law Cipta kerja dan pencabutan berbagai subsidi membuat umat lebih sibuk mencari nafkah hingga anak kekurangan perhatian dan perlindungan. 

Kondisi ini juga yang kerap menyebabkan hilangnya fitrah dan naluri ibu yang penyayang sehingga sanggup mengorbankan hidup anaknya. Selain itu sanksi yang tidak tegas dan tidak berefek jera.

Ditambah sanksi yang tumpul ke atas dan tumpul ke bawah dalam sistem sekuler kapitalis telah menyebabkan sistem sanksi dalam sekuler kapitalistik mandul dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Para pelaku kejahatan tidak takut bahkan cenderung mengulang perbuatan serupa.

Berbanding terbalik dengan sistem Islam, bagi umat Muslim, agama merupakan pedoman untuk menjalankan kehidupan, dengan memahami agama, manusia akan mengerti hakikat kehidupan, seperangkat aturan agama yang diberlakukan akan menjadi tolok ukur kita dalam bertingkah laku dan menyikapi sebuah persoalan. Agama juga memiliki aturan halal dan haram akan berfungsi menjaga kita dalam koridor kebaikan dan kewarasan.

Negara dalam Islam juga akan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keimanan dan ketakwaan rakyatnya, karena negara merupakan institusi periayah rakyat yang wajib menjamin agar rakyat tetap berada dalam ketaatan pada Rabbnya. 

Dalam upaya menjamin keimanan dan ketakwaan, negara akan menjaga fungsi dan peran seluruh anggota keluarga, termasuk peran dan fitrah seorang ibu dalam keluarga hingga naluri keibuan yang penuh kasih sayang dan melindungi akan tetap terjaga. 

Negara juga akan melarang keras pemahaman asing seperti ide sekuler kapitalistik agar masyarakat mampu menyeimbangkan kepentingan akhirat dan dunia.

Sistem pendidikan dalam Islam akan berbasis akidah Islam, inilah yang akan membuat setiap individu, khususnya seorang ibu akan memahami tugas dan fungsinya. Negara dalam Islam juga akan memberlakukan sanksi yang tegas dan akan memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, hukum yang tegas akan memberi efek jera pada pelaku pelanggar hukum syarak.

Hanya sistem Islam yang mampu menyelesaikan setiap persoalan dan mampu menyelamatkan manusia dari kehancuran. Maka dari itu sebagai muslim, bersegera untuk taat bukan lagi pilihan namun sebuah keharusan. []


Oleh: Irohima
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar