Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perempuan Harus Pintar Cari Cuan?

Topswara.com -- Lagi kenceng banget opini: 

Pertama, jadi perempuan harus bisa cari uang, biar enggak diremehkan laki-laki.

Kedua, jadi istri harus bisa cari duit, biar enggak jadi beban suami.

Ketiga, jadi istri harus punya uang sendiri, biar kalau butuh, enggak ngemis ke suami. 

Keempat, jadi perempuan harus mandiri finansial, biar dihargai dan dihormati.

Kelima, jadi perempuan harus sukses, kaya dan tajir, biar bisa hidup bahagia sesuai yang dia impikan. 

Dan sejenisnya, kalimat-kalimat yang mengajak perempuan agar punya, bisa, dan pinter cari uang sendiri.

Alasannya, supaya punya harga diri, dihormati, bebas membeli mimpi dia sendiri dan tidak bergantung pada siapapun. Apalagi bergantung pada laki-laki atau suami. Biar enggak diremehkan mertua dan ipar. Juga tetangga dan teman-teman. Waduh!

Bagaimana pandangan Islam? Menurut saya, 
Pertama, harga diri perempuan, tidak terletak pada pandai tidaknya mencari uang. Tidak pula pada punya uang sendiri atau uang hasil pemberian. Itu pandangan materialistis banget, di mana harga diri diukur dari materi.

Mereka yang sukses finansial, kaya dan menggunakan barang-barang bagus dan berharga, itulah yang dianggap sebagai perempuan hebat. 

Tentu saja, Islam tidak menjadikan materi sebagai tolok ukur kehebatan dan kesuksesan seseorang, apalagi perempuan. 

Kedua, perempuan tidak dibebani taklif hukum untuk mencari nafkah, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, orang tua maupun anak-anaknya. Jika kondisi saat ini banyak perempuan yang menjadi pencari nafkah utama bagi keluarganya, dipastikan itu bukanlah kondisi ideal yang dikehendaki dalam sistem Islam.

Ketiga, insting perempuan sangat tajam bila menyangkut hajat hidup pokok. Tanpa diminta, dalam kondisi terdesak, dia akan mengasah kecerdasan mencari uang. Perempuan bahkan bisa lebih pintar mencari uang dibanding laki-laki. 

Namun, jika dihadapkan pada pilihan ideal, perempuan akan memilih fitrahnya untuk berperan sebagai pengelola uang dan bukan pencari uang. Bahkan lebih suka menghabiskannya daripada disuruh mencarinya.

Keempat, laki-laki dan perempuan sama-sama harus memiliki ilmu, skill atau kecerdasan finansial. Mencakup cerdas mencari uang, mengelola, mengembangkan dan membelanjakannya. Hal ini berkaitan dengan naluri bertahan hidup pada manusia yang sewaktu-waktu dibutuhkan. 

Jadi, enggak terlarang kalau perempuan cerdas mencari uang, meski tidak harus dipraktikkan saat itu juga. Yang penting, harus pandai mengelola dan membelanjakan uang. 

Kelima, dalam kehidupan ini, juga dalam pernikahan, pembagian peran suami-istri menurut Islam, adalah yang paling adil dan mapan dalam mewujudkan keseimbangan dunia. Laki-laki harus cerdas mencari uang, karena kewajiban nafkah di pundaknya, dan perempuan cerdas menjaganya. 

Keenam, sejatinya tidak ada tulang rusuk yang bisa berubah menjadi tulang punggung. Yang ada adalah, tulang punggung yang lemah, memaksa tulang rusuk untuk ikut menyangganya.  

Bangunan rumah tangga yang keropos finansial, perlu penopang. Adalah kemuliaan jika perempuan ikut andil memperkuatnya, meski hal itu berisiko mematahkan kelurusan fitrahnya. 

Jadi, bagi perempuan yang diperjalankan Allah sebagai penopang ekonomi keluarga, jangan salah niat. Jangan karena ingin dihargai, dihormati, atau ingin meratukan diri sendiri. Jangan karena ingin menunjukkan pada laki-laki bahwa kita bisa mandiri tanpa mereka. 

Niatkan untuk menjadi manusia yang bermanfaat, karena manusia terbaik adalah yang paling banyak manfaatnya. Begitu kan, nasihat yang selalu kita terima? 

Banyak, wanita yang pintar cari uang, kemudian sombong. Lupa mensyukuri pasangannya. Meremehkan suaminya. Menceraikannya. Merendahkan mertuanya. Terjerumus pamer harta. Mencari validasi dari manusia. 
Sayang kan, kalau salah niat, sudah capek-capek bekerja tetapi Allah enggak melihatnya.


Oleh: Kholda Najiyah 
Founder Salehah Institute 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar