Topswara.com -- Founder Syameela Ustaz Oemar Mita menerangkan bahwa orang yang menahan amarah itu tahu kehidupan akhirat sehingga pantas untuk diperjuangkan.
"Orang yang menahan marah itu adalah orang yang tahu kehidupan akhirat, itu pantas untuk diperjuangkan. Bahwasanya memahami kehidupan akhirat itu, pantas diperjuangkan. Tidak bisa dilakukan kecuali kita harus sadar kalau ada yang membuat marah ya kita ingat man ajruhu ala Allah, siapa nanti yang pahalanya dikasih langsung oleh Allah," katanya di Q&A: Ketika Hati Berat untuk Memaafkan, di kanal YouTube Oemar Mita Syameela, Kamis (25/07/2024).
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa masing-masing manusia itu diuji pada titik emosinya. Terutama ketika diuji pada titik emosi yang paling berat itu di dalam rumahnya. "Ketika berhadapan dengan anak-anak pada saat kita sedang mengerjakan tugas yang menurut kita penting. Penting kalau menurut kita, tetapi tidak penting bagi anak kita. Karena bagi anak kita yang paling penting adalah main bersama orang tuanya," tuturnya.
Padahal menurutnya, semua manusia tidak pernah lepas dari berbagai macam kekurangan. Mereka pasti mengalami pasang surut di dalam kehidupannya terutama di dalam pengelolaan emosinya.
"Kita akan bagi menjadi dua, kemarahan di dalam keluarga dan kemarahan di luar rumah," terangnya.
Kemarahan di dalam rumah, lanjut Ustaz Oemar, harus disadari dengan sebuah upaya yang terus dijaga. Misalnya, ketika bangun di waktu pagi ketika anak-anak masih tidur sebelum dibangunkan, melihat wajah-wajah mereka. Harus diingat bahwa mereka masih berumur tiga tahun, baru berumur empat tahun, baru berumur lima tahun. Mereka tidak minta dilahirkan tetapi orang tuanya yang minta kepada Allah SWT.
"Dan tidaklah mereka berbuat kesalahan, hanya saja mereka tidak sengaja karena terbatasnya akal mereka. Ketika mereka diberikan proses begitu oleh Allah SWT, lalu kita berharap dengan kita menanamkan ihtisab itu, bahwasanya kita selama satu hari ini menemani anak-anak kita nanti betul-betul karena mengharapkan pahala di sisi Allah SWT. Semoga dengan kita menyadari setiap pagi sebelum kita membangunkan anak-anak kita mengajak anak-anak kita ke masjid, hal itu bisa meminimalisir kemarahan pada saat yang tidak terduga yang terjadi karena sekali lagi ya hidup itu bukan hanya dijalani tetapi hidup itu harus disadari," tegasnya.
Ia kembali menegaskan, sesadar-sadarnya hidup itu adalah pembuktian secara bersama-sama bahwa akan persembahan terbaik hanya kepada Allah semata.
Selanjutnya, bebernya, kalau di luar rumah, perkara yang bisa menahan marah menurutnya simpel. Yaitu selalu ingat kepada Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang menahan amarahnya karena Allah SWT, maka mereka nanti akan dipanggil oleh panggilan-panggilan malaikat man ajruhu ala Allah, siapa yang pahalanya dikasihkan oleh Allah? Tidak ada yang menyambut seruan itu kecuali orang-orang yang terzalimi, mereka tersakiti tetapi mereka menahan amarahnya dan mereka memaafkan kepada orang yang menyakitinya.
"Membayangkan panggilan itu dan menyadari panggilan tersebut bisa kita dengarkan nanti dan kita akan senang sekali kalau kita menyambut panggilan itu maka itulah yang akan menjadikan kita mungkin bisa lebih bersabar dan menahan amarah," tandasnya.
Walaupun manusia sudah melakukan itu, ujarnya, belum tentu seseorang bisa melakukannya di waktu yang sama dan pada saat yang sama. Karena memang manusia itu tidaklah seperti malaikat yang setiap waktu berada di permukaan.
"Tetapi memang masyaAllah ya kita lihat banyak masalah dan problem itu ya pada dasarnya ya karena sifat marah dan sifat kita yang tidak mudah memaafkan. Akhirnya kita sendiri yang menanggung rumit dan ruwetnya masalah hidup kita ketika kita tidak mudah memaafkan ataupun ketika kita gampang berbuat kesalahan," tutupnya.[] Heni
0 Komentar