Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Maraknya Kejahatan Anak Akibat Pornografi

Topswara.com -- Dunia hari ini makin rusak bagaimana tidak anak usia belia sudah kecanduan pornografi hingga melakukan pembunuhan, sungguh aksi diluar nalar. Empat remaja dibawah umur di Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan, memperkosa dan membunuh seorang siswi SMP berinisial AA (13). 

Keempat bocah itu terbukti merencanakan pemerkosaan hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Berdasarkan pemeriksaan, keempat remaja itu mengaku melakukan pemerkosaan itu untuk menyalurkan hasrat usai menonton video porno. (cnnindonesia.com, 06 September 2024).

Kondisi generasi yang kian rusak tak lepas dari tontonan yang menjadi tuntunan mereka. Di mana media masa dengan bebas menyuguhkan konten-konten yang berbau liberalisme (kebebasan) terutama di sosial media, hari ini masyarakat kebanjiran informasi, baik yang haq maupun batil. 

Masyarakat tidak mampu memfilter mana informasi yang benar dibutuhkan dan mana informasi yang sampah, semua itu tidak lepas dari sistem kehidupan hari ini yang mengatur manusia yakni sistem sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan dan liberalisme yaitu kebebasan. Konten-konten hedonisme pun ikut meramaikan dunia maya saat ini. 

Perilaku rusak ini yang menghiasi generasi saat ini. Dimana mereka bebas dalam bertindak tanpa memikirkan akibatnya, dan juga tidak mengindahkan akan kehidupan akhirat kelak. Hal itu dilakukan untuk kesenangan dan kepuasan semata.

Begitu banyak hal-hal yang menuntun anak-anak saat ini agar hanya memikirkan duniawi saja tanpa mengutamakan akhirat. Hingga berujung pada kerusakan generasi muda dan merebaknya kriminalitas di kalangan mereka. Seperti dalam kasus ini, dimana pornografi menjadi penyebab atas kasus pemerkosaan yang berujung pembunuhan.

Mirisnya, meski pun kasus serupa terus berulang, namun tidak ada keseriusan dari negara menutup konten-konten pornografi demi melindungi generasi. Selama konten-konten tersebut memberikan keuntungan materi bagi negara, selama itu pula konten-konten tersebut dibiarkan berseliweran di dunia maya. 

Seolah tidak ada filter, konten-konten tidak senonoh dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Hal ini diperparah dengan era digitalisasi saat ini. Di mana penggunaan smartphone yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.  

Selain dari suguhan media sosial yang makin merusak. Rusaknya kepribadian generasi muda saat ini pun dikarenakan gagalnya sistem pendidikan. Pendidikan saat ini adalah pendidikan yang terfokus dalam mencetak generasi yang mampu bersaing di dunia kerja, sedangkan kepribadian generasi diabaikan.

Seperti halnya dalam pengelolaan media yang mementingkan aspek materi. Dalam mengelola pendidikan pun sama, negara hanya fokus pada keuntungan materi semata. Pengabaian nilai karakter akhirnya membentuk generasi yang kuat di sisi akademik, tetapi rapuh di sisi karakter. 

Sehingga tidak heran generasi yang lahir saat ini adalah generasi yang rusak secara mental (mental illness), FOMO (Fear Of Missing Out), Hedonisme, narkoba, pergaulan bebas, pornografi, bullying, dan sebagainya. 

Rapuhnya karakter yang akhirnya merusak generasi, lahir dari kepribadian sekuler dan liberal yang membentuk generasi muda saat ini, yang berasal dari asas kapitalisme yang diterapkan dalam negara demokrasi.

Maka, untuk itu solusi dalam membentuk generasi yang kuat tidak cukup dengan boikot konten-konten pornografi. Namun, harus mengganti ideologi asas bernegara saat ini sebagai akar dari permasalahan yang ada.

Ideologi tersebut haruslah ideologi yang membawa kemashlahatan ketika diterapkan dalam sebuah negara, bukan kerusakan seperti saat ini. Dan itu ada dalam ideologi Islam, sebagaimana firman Allah Swt.:

“Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.” (TQS. Al-Anbiya:107)

Rahmat yang diberikan Allah Swt. akan tercipta dalam kehidapan bermasyarakat dan bernegara tatkala aturan Islam diterapkan secara sempurna dalam sebuah negara. Negara yang membumikan aturan Allah di dalamnya akan menghadirkan penguasa yang berfungsi sebagai riayah (pelayan) dan junnah (pelindung) rakyat.

Hal ini akan tercermin dengan lahirnya generasi gemilang yang membentuk peradaban emas disebabkan kokohnya akidah setiap manusia. Islam mewajibkan negara mencegah terjadinya kerusakan generasi melalui penerapan berbagai aspek kehidupan sesuai aturan Islam

Pertama, penguasa dengan segenap kekuasaan yang ada, akan mengontrol media sebaik-baiknya. Media islami hanya akan menayangkan konten-konten bermanfaat yang akan makin menumbuhkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Swt.

Kontrol penuh terhadap media akan dilaksanakan dalam pengelolaannya, sehingga tidak ada kemungkinan untuk mengakses konten-konten berbau sekulerisme, liberalisme atau pun hedonisme.

Kedua, pendidikan pun akan fokus dalam membentuk karakter generasi yang islami. Sehingga mereka tidak hanya kuat dalam akademik, tetapi juga kuat dalam karakter. Dengan begitu akan tercipta kontrol individu yang kuat. 

Dari kontrol individu yang sudah membudaya inilah yang akan membentuk masyarakat yang islami. Maka segala macam kemaksiatan akan dapat dicegah ketika masyarakat islami sudah tercipta.

Pencegahan maksiat dalam masyarakat islami disebabkan karena membudayanya amar makruf nahi munkar. Dengan kebiasaan ini masyarakat akan lebih peduli terhadap sesama. Maka tak heran jika akidah setiap individu akan senantiasa terjaga dan ketakwaan pun akan senantiasa bertambah.

Hal ini didukung dengan hadirnya peran penguasa secara maksimal dalam mengurusi urusan rakyat dan sebagai pelindung rakyat. 

Ketiga yaitu adanya sistem sanksi yang menjerakan. Sistem ini akan berfungsi ketika masih ada pelanggaran yang terjadi. Sistem sanksi akan menggunakan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedomannya. Maka sanksi yang ada adalah sanksi yang memiliki fungsi sebagai efek jera (zawajir) dan juga menghapuskan dosa (jawabir).

Dengan adanya sanksi yang memiliki fungsi seperti ini, maka dapat dipastikan angka kriminalitas dapat ditekan seminim mungkin.

Ketika pilar-pilar tersebut sudah tegak, niscaya akan membentuk generasi yang kuat yang siap membangun peradaban emas. Oleh karena itu, negara memiliki peranan yang penting dalam menegakkan aturan Allah.

Wallahualam bissawab.


Oleh: Fitria Rahmah, S.Pd.
Pendidik Generasi dan Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar