Topswara.com -- 𝘐𝘻𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘺𝘢𝘪, 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘥𝘪𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘳𝘵𝘪 𝘜𝘭𝘪𝘭 𝘈𝘮𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘻𝘢𝘭𝘪𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘺𝘢𝘳𝘪𝘢𝘩 ?
𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻
Istilah Ulul Amri atau Ulil Amri tentu sudah tidak asing lagi di telinga sebagian besar kita. Dan istilah ini berasal dari al Qur’an sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَطِيۡـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيۡـعُوا الرَّسُوۡلَ وَاُولِى الۡاَمۡرِ مِنۡكُمۡ
"𝘞𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯! 𝘛𝘢𝘢𝘵𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘢𝘵𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭 (𝘔𝘶𝘩𝘢𝘮𝘮𝘢𝘥), 𝘥𝘢𝘯 𝘜𝘭𝘪𝘭 𝘈𝘮𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶.." (QS. An-Nisa: 59)
Ayat di atas jelas menyebutkan sebuah perintah yang agung untuk menaati Ulil Amri. Dengan demikian sudah tentu menjadi kewajiban kita untuk mengetahui siapa Ulil Amri yang dimaksud oleh ayat dan ketaatan seperti apa yang harus kita tunaikan kepada mereka berikut batasan-batasannya.
Jika kita kembalikan kepada penjelasan para ulama, kita akan dapati bahwa makna Ulil Amri itu begitu luas dan telah diperbeda pendapatkan tentang penafsirannya. Meski kemudian akan kita dapati dari sebagian penjelasan tersebut pihak-pihak yang disepakati.
Maka memaknai Ulil Amri hanya kepada para penguasa yang ada hari ini, itu jelas sebuah kekeliruan dan bentuk pembatasan terhadap makna ayat yang sebenarnya luas. Apalagi jika ternyata Ulil Amri yang dimaksud adalah penguasa dzalim dan begitu anti terhadap hukum syariat Islam.
Karena itu mari kita simak penjelasan dari para ahli ilmu tentang perbedaan makna Ulil Amri berikut ini :
1. 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮
Mayoritas ulama pada umumnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri adalah para ulama atau ahli ilmu dalam agama. Al imam ath Thabari rahimahullah berkata :
عن ابن عباس قوله:أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم يعني: أهل الفقه والدين
“Dari Ibnu Abbas tentang firman Allah : ‘Taatlah kalian kepada Allah dan taatlah pula kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kalian” kata beliau, yakni : Ahli fiqih dan agama.”[1]
Al imam Ibnu Wahb rahimahullah berkata:
عن الأعمش، عن مجاهد في قول الله أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم قال: هم الفقهاء والعلماء
“Dari al A’masy, dari Mujahid tentang firman Allah “Taatlah kalian kepada Allah dan taatlah pula kepada Rasul dan Ulil Amri diantara kalian”, dia berkata : Mereka adalah para ahli fiqih dan para ulama.”[2]
Al imam Abdurrazaq rahimahullah berkata:
عن الحسن في قوله تعالى: وأولي الأمر منكم قال: هم العلماء
“Dari Hasan tentang firman Allah ta’ala ‘Dan Ulil Amri dari kalian’ dia berkata : Mereka adalah para ulama.”[3]
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
عن ابن عباس: وأولي الأمر منكم يعني: أهل الفقه والدين. وكذا قال مجاهد، وعطاء، والحسن البصري، وأبو العالية: وأولي الأمر منكم يعني: العلماء
“Dari Ibnu Abbas ‘Ulil Amri kalian’ yaitu ahli fiqih dan agama. Demikian juga yang dinyatakan oleh al imam Mujahid, Atha’ dan Hasan al Bashri sedangkan Abu Aliyah berpendapat : Para ulama.”[4]
Disebutkan dalam kitab al Mausu’ah :
أهل القرآن والعلم وهو اختيار مالك، ونحوه قول ابن عباس، والضحاك، ومجاهد وعطاء قالوا: هم الفقهاء والعلماء في الدين. ذلك لأن أصل الأمر منهم والحكم إليهم
“Ulil Amri adalah para ahli Qur’an dan ilmu agama lainnya. Ini adalah pendapat yang dipilih oleh imam Malik, menurut Sebagian riwayat Ibnu Abbas, adh Dhahak, Mujahid, dan imam Atha’. Mereka berkata : ‘Ulul Amri adalah para ahli fiqih dan para ulama dalam agama. Hal ini karena dari mereka lah bersumber urusan dan hukum-hukum agama.”[5]
2. 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝘀𝗮 𝘀𝗲𝗰𝗮𝗿𝗮 𝘂𝗺𝘂𝗺
Selanjutnya ada yang memaknai Ulil Amri adalah para Umara. Berkata al imam Baghawi rahimahullah :
وقال أبو هريرة: هم الأمراء والولاة
“Abu Hurairah berkata : ‘Ulil Amri adalah para pemimpin dan penguasa.”[6]
Berkata al imam Thabari rahimahullah :
وأولى الأقوال في ذلك بالصواب، قول من قال: هم الأمراء والولاة
“Pendapat yang kuat dalam makna ini adalah : Yang berpendapat bahwa Ulil Amri adalah para umara dan penguasa.”[7]
Pendapat ini didasarkan kepada hadits berikut :
يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس
قلت كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت ذلك? قال تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع
“𝘕𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘱𝘦𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘴𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘯𝘯𝘢𝘩𝘬𝘶. 𝘕𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩-𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘯, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘫𝘢𝘴𝘢𝘥𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘴𝘢𝘥 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢. “𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢, “𝘞𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶?”
𝘉𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘣𝘥𝘢, ”𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢’𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯𝘮𝘶, 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘬𝘴𝘢 𝘱𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢𝘮𝘶. 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢’𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢” (HR. Muslim)
3. Para Pemimpin Adil yang Menerapkan Hukum Islam
Perbedaan dengan pendapat sebelumnya, makna Ulil Amri menurut pendapat ketiga ini tidak berlaku untuk semua pemimpin, tapi mereka yang memang menjalankan roda pemerintahannya sesuai dengan tuntunan syariat. Al imam asy Syaukani rahimahullah berkata:
وأولي الأمر : هم الأئمة، والسلاطين، والقضاة، وكل من كانت له ولاية شرعية لا ولاية طاغوتية والمراد طاعتهم فيما يأمرون به وينهون عنه ما لم تكن معصية، فلا طاعة لمخلوق في معصية الله، كما ثبت ذلك عن رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Ulil Amri adalah para imam, penguasa, hakim dan setiap pihak yang memiliki kekuasaan secara syar’i, bukan kekuasaan Thaghut. Dan yang dimaksud ketaatan kepada mereka adalah menaati mereka pada perintah dan larangan selama itu bukan maksiat. Dan tidak boleh taat kepada makhluk dalam memaksiati Allah. Sebagaimana yang telah dinyatakan secara tegas dalam hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.”[8]
Al Imam Nawawi ketika menjelaskan tentang hadits tidak bolehnya memberontak kepada penguasa yang sah meskipun dzalim, beliau berkata :
وأما قوله : أفلا نقاتلهم ؟ قال : لا , ما صلوا ) ففيه معنى ما سبق أنه لا يجوز الخروج على الخلفاء بمجرد الظلم أو الفسق ما لم يغيروا شيئا من قواعد الإسلام
“Adapun ucapan dalam hadits : “Tidakkah kita melawan mereka ?” Beliau menjawab, “Tidak, selama mereka masih menegakkan shalat”. Di dalamnya terkandung makna sebagaimana disebutkan sebelumnya, yaitu : “Tidak boleh memisahkan diri dari para khalifah, jika sekedar mereka zhalim atau fasik, tapi itu selama mereka tidak mengubah sedikit pun di antara kaidah-kaidah hukum Islam.”[9]
Di sini sang imam menjelaskan bahwa syarat tidak bolehnya memberontak adalah menegakkan hukum Islam.
Demikian juga al imam al Qodhi ‘Iyadh rahimahullah berkata :
فلو طرأ عليه كفر وتغيير للشرع أو بدعة خرج عن حكم الولاية , وسقطت طاعته , ووجب على المسلمين القيام عليه , وخلعه ونصب إمام عادل إن أمكنهم ذلك
“Seandainya seorang penguasa terjatuh ke dalam kekufuran dan mengubah-ubah hukum syari’at, atau ia terjatuh dalam bid’ah yang mengeluarkan dari hukum kekuasaan syar’i, maka terputuslah kewajiban ketaatan kepadanya.
Dan wajib atas kaum muslim untuk melawannya, memakzulkannya, dan mengangkat seorang pemimpin yang adil, jika hal itu memungkinkan bagi mereka.”[10]
Syaikh Muhammad Amin al Haruri asy Syafi’i rahimahullah berkata :
وقال العلماء: طاعة الإِمام واجبة على الرعية ما دام على الحق، فإذا زال عن الكتاب والسنة .. فلا طاعة له
“Dan telah berkata para ulama : Ketaatan kepada imam adalah selama mereka memimpin di atas kebenaran. Dan manakala mereka menyelisihi hukum kitab dan as Sunnah, tidak ada kewajiban taat kepada mereka.”[11]
4. 𝗨𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗨𝗺𝗮𝗿𝗮
Sedangkan sebagian ulama yang lain memaknai Ulil Amri adalah para ulama sekaligus juga para Umara. Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
والظاهر -والله أعلم-أن الآية في جميع (4) أولي الأمر من الأمراء والعلماء... فهذه أوامر بطاعة العلماء والأمراء، ولهذا قال تعالى: {أطيعوا الله} أي: اتبعوا كتابه {وأطيعوا الرسول} أي: خذوا بسنته {وأولي الأمر منكم} أي: فيما أمروكم به من طاعة الله لا في معصية الله
“Dan yang kuat -Wallahu a’lam- ayat ini mengumpulkan antara para penguasa dan ulama. Yakni memerintahkan untuk taat kepada ulama sekaligus umara. Karena itu Allah ta’ala berfirman : Taatlah kepada Allah yaitu ikuti kitabNya, dan taatlah kepada Rasul, maksudnya ikutilah sunnahnya, lalu Ulil Amri kalian yaitu orang-orang yang memerintahkan untuk taat kepada Allah dan tidak memaksiatiNya.”[12]
5. 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝘀𝗵𝗮𝗵𝗮𝗯𝗮𝘁 𝗡𝗮𝗯𝗶
Sebagian ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri adalah para shahabat Nabi ridwanallahu ‘alaihi jami’an. Jadi menurut pendapat ini mentaati Ulil Amri artinya mematuhi dan mengikuti ajaran agama yang ditinggalkan oleh mereka.
Al imam Syafi’i rahimahullah berkata :
أولو الأمر: أمراء سرايا رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Ulil Amri adalah para komandan pasukan para shahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.”[13]
Al imam Ath Thabari rahimahullah berkata:
عن ابن عباس أنه قال:"يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم" نزلت في رجل بعثه النبي صلى الله عليه وسلم على سرية
“Dari Ibnu Abbas dia berkata tentang firman Allah ‘Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amri di antara kamu..’ Ayat ini turun berkaitan dengan seseorang yang Rasul kirim dalam sebuah peperangan.”[14]
Berkata al imam Syaukani rahimahullah :
وروي عن مجاهد أنهم أصحاب محمد صلّى الله عليه وآله وسلّم
“Dan diriwayatkan dari al imam Mujahid bahwa Ulil Amri adalah para shahabat Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.”[15]
6. 𝗦𝗮𝘆𝗶𝗱𝗶𝗻𝗮 𝗔𝗯𝘂 𝗕𝗮𝗸𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗨𝗺𝗮𝗿
Berkata al Imam ath Thabari rahimahullah:
عن عكرمة...قال: أبو بكر وعمر
“Dari Ikrimah dia berkata : Abu Bakar dan Umar.”[16]
Al imam Sya’labi rahimahullah berkata :
أولوا الأمر: أبو بكر وعمر يدل عليه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال اقتدوا باللذَيْن من بعدي أبي بكر وعمر
“Ulil Amri adalah Abu Bakar dan Umar, dalilnya adalah : bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : ‘Ikutilah oleh kalian dua orang sepeninggalku, yakni Abu Bakar dan Umar.”[17]
7. 𝗣𝗲𝗺𝗶𝗺𝗽𝗶𝗻 𝗱𝗶 𝗺𝗮𝘀𝗮 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗮𝘀𝗮 𝘀𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵𝗻𝘆𝗮 (𝗞𝗵𝗮𝗹𝗮𝗳𝗮𝘂𝗿 𝗥𝗮𝘀𝘆𝗶𝗱𝗶𝗻)
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam ayat adalah para pemimpin di kurun waktu tertentu saja, yakni para pemimpin yang pernah ditunjuk dan dikirim oleh Nabi dan masa setelahnya yakni khalafaur Rasyidin.
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ يريد بهم أمراء المسلمين في عهد الرسول صلّى الله عليه وسلّم وبعده
“Ulil Amri yang dimaksudkan adalah para umara yang pernah dikirim di masa Rasul shallallahu’alaihi wassallam dan masa setelahnya.”[18]
8. 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗲𝗴𝗮𝗻𝗴 𝘂𝗿𝘂𝘀𝗮𝗻
Ada pula ulama yang berpendapat Ulil Amri itu maknanya lebih luas. Bisa saja setiap orang yang diserahi urusan penting kaitannya denga maslahat agama dan dunia disebut Ulil Amri. Berkata al imam Ibnu Abi Hatim rahimahullah :
عن ابن عباس قوله: وأولي الأمر منكم يعني: أهل الفقه والدين، وأهل طاعة الله الذين يعلمون الناس معاني دينهم ويأمرونهم بالمعروف وينهوهم عن المنكر
“Dari Ibnu Abbas tentang ayat ‘Ulil Amri dari kalian’ yaitu : ‘Ahli Fiqih, dan agama. Begitu juga orang-orang taat yang mengetahui makna-makna dalam masalah agama dan yang memerintahkan kepada kebaikan serta mencegah dari kemunkaran.”[19]
𝗞𝗲𝘀𝗶𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮
Tentang makna Ulil Amri diperbeda pendapatkan oleh para ulama, dan untuk hari ini, Kembali kepada dua makna : Ulama dan umara. Hanya ulama berbeda pendapat lagi tentang makna Umara, apakah ini mencakup semua pemimpin atau khusus untuk para pemimpin yang menerapkan aturan Islam.
Artinya kalau pemimpin itu adalah penguasa dari sebuah negara Islam dan berlaku adil dengan kepemimpinannya, seperti Umar bin Abdul Aziz dia termasuk Ulil Amri sesuai makna ayat. Ulama hanya berbeda pendapat ketika ia dzalim dan fajir seperti contohnya Hajaj bin Yusuf.
Sedangkan jika pemimpin itu shalih sekalipun tapi negaranya sekuler atau bahkan membenci syariat, maka ia bukan termasuk Ulil Amri menurut pandangan jumhur, apalagi jika dia berlaku dzalim dan aniaya.
Lalu pertanyaannya bagaimana dengan bentuk negara kita di hari ini? Apakah bisa disebut negara Islam atau sebaliknya negara yang sekuler? Apakah penguasanya termasuk Ulil Amri atau bukan? Insyaallah kita bahas di tulisan berikutnya. Tetapi sebelum itu silahkan tuliskan pendapat antum tentang masalah ini, mungkin bisa menjadi tambahan referensi kami nantinya…
Wallahua'lam
Oleh : K.H. Ahmad Syahrin Thoriq
Pengasuh Ponpes Subulana Kota Bontang
____________
[1] Tafsir ath Thabari (8/500)
[2] Tafsir al Quran Min Jami’ li Ibn Wahb (1/100)
[3] Tafsir Abdurrazaq (1/464)
[4] Tafsir Ibnu Katsir (2/345)
[5] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (6/189)
[6] Tafsir al Baghawi (2/239)
[7] Tafsir at Thabari (8/502)
[8] Fath al Qadir (1/566)
[9] Syarah Nawawi ‘ala Muslim (3/1480)
[10] Syarah Nawawi ‘ala Muslim (12/229)
[11] Tafsir Hadaiq ar Ruh (6/167)
[12] Tafsir Ibnu Katsir (2/345)
[13] Tafsir imam Syafi’I (2/618)
[14] Tafsir ath Thabari (8/497)
[15] Nailul Maram hal. 187
[16] Tafsir ath Thabari (8/502)
[17] Tafsir ats Tsa’labi (10/430)
[18] Tafsir Baidhawi (2/80)
[19] Tafsir Ibnu Abi Hatim (3/989)
0 Komentar