Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kerusakan Moral dan Matinya Naluri Keibuan: Sebuah Cermin Krisis Sistemis

Topswara.com -- Ibu merupakan sosok yang memiliki peran sentral dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Ia adalah pendidik pertama dan utama, yang melalui kasih sayang dan bimbingannya, anak-anak belajar tentang moralitas, dan nilai-nilai kehidupan. 

Namun, ketika seorang ibu melakukan tindakan keji yang melampaui batas kemanusiaan, kita dihadapkan pada realitas yang mengerikan matinya naluri keibuan dan kerusakan yang meluas dalam masyarakat.

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kisah pilu yang dialami seorang remaja putri yang dicabuli oleh kepala sekolahnya sendiri dan yang membuat miris adalah pencabulan ini diketahui bahkan disetujui oleh ibu kandungnya sendiri, biadab!!!

Kasus-kasus kekerasan dan kekejaman yang dilakukan oleh ibu terhadap anak-anaknya sendiri mengguncang hati nurani kita. Bagaimana mungkin seorang ibu, yang seharusnya menjadi sosok pelindung dan pendidik, berubah menjadi ancaman bagi kehidupan anak-anaknya? 

Fenomena ini menunjukkan bahwa naluri keibuan yang seharusnya menjadi fitrah alami telah terkikis, menandakan adanya kerusakan moral yang serius dalam pribadi individu. Ini bukanlah kasus yang berdiri sendiri; ia adalah bagian dari gambaran lebih luas tentang rusaknya moral dan sosial di masyarakat kita.

Kerusakan moral ini bukanlah sekadar persoalan individu, melainkan sebuah gejala dari kegagalan sistemik yang lebih luas. Sistem pendidikan, yang seharusnya berfungsi membentuk karakter dan kepribadian, sering kali gagal menjalankan tugasnya. 

Alih-alih membangun moralitas yang kuat, sistem pendidikan kita sering kali terfokus pada pencapaian akademik semata, mengabaikan pengembangan karakter dan nilai-nilai moral (Islam). Di sisi lain, sistem sanksi yang lemah dan tidak efektif juga berkontribusi pada munculnya tindakan-tindakan yang melanggar norma dan hukum, tanpa rasa takut akan konsekuensi yang seharusnya ada.

Islam Menetapkan Peran dan Fungsi Ibu

Peran ibu didalam Islam sangat ditekankan sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW, yang menyatakan, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Muslim). 

Hadis ini menekankan bahwa orang tua, terutama ibu, memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan keyakinan anak sejak dini. Dalam ajaran Islam, ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam keluarga, dan perannya tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan fisik anak, tetapi juga mencakup tanggung jawab untuk membentuk karakter, moral, dan spiritual anak.

Islam menempatkan ibu di posisi sentral dalam proses pendidikan anak, di mana ibu bukan hanya memberikan pengajaran dalam hal-hal duniawi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. 

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. Thaha: 132). Ayat ini menggarisbawahi tanggung jawab orang tua, termasuk ibu, untuk membimbing anak-anaknya dalam rangka beribadah. 

Islam pun menyediakan supporting system yang kuat untuk mendukung peran ibu, termasuk dalam konteks tempat kerja. Dalam masyarakat Islam yang ideal, sistem sosial dan ekonomi dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan ibu menjalankan perannya dengan optimal, tanpa harus menghadapi tekanan yang berlebihan dari kewajiban lain di luar rumah. 

Sebagai contoh, dalam Islam, tanggung jawab ekonomi keluarga bukanlah sepenuhnya berada di pundak ibu, melainkan di tangan suami sebagai kepala keluarga.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An-Nisa: 34). 

Ayat ini menunjukkan bahwa suami memiliki kewajiban utama untuk menyediakan nafkah, sehingga ibu dapat fokus pada peran pendidik dalam rumah tangga.

Kesempurnaan Sistem Islam

Kesempurnaan sistem Islam tidak hanya terletak pada pengaturan peran ibu, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan yang dirancang untuk menjaga kebaikan dan kesejahteraan individu serta masyarakat. 

Islam juga menyediakan berbagai sistem lainnya, seperti sistem ekonomi, hukum, politik, dan sosial, yang semuanya saling terintegrasi untuk menjaga setiap individu dalam kebaikan, ketaatan, dan keberkahan Allah. Sistem ini bekerja bersama-sama untuk memastikan bahwa tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh kejahatan atau kerusakan moral untuk merusak tatanan masyarakat.

Islam dan Tanggung Jawab Negara dalam Menjaga Fitrah

Salah satu prinsip fundamental dalam Islam adalah tanggung jawab negara untuk menjaga fitrah seluruh rakyatnya, termasuk ibu, anak, dan seluruh individu. 

Negara dalam Islam memiliki peran aktif dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan moral dan spiritual warganya. Ini mencakup penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai, penegakan hukum yang adil, serta penyediaan dukungan sosial bagi keluarga, terutama ibu, dalam menjalankan peran mereka. 

Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW, "Imam (pemimpin) adalah pengurus dan dia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Negara juga berkewajiban untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan. Dalam Islam, hak anak sangat dilindungi, dan ibu sebagai pelindung utama memiliki peran penting dalam memastikan hak-hak tersebut terpenuhi. 

Namun, ketika ibu gagal menjalankan perannya, negara harus turun tangan untuk melindungi anak-anak dan memulihkan fungsi keibuan melalui berbagai mekanisme yang disediakan oleh syariat Islam.

Khatimah

Matinya naluri keibuan dan meningkatnya kasus kekejaman yang dilakukan oleh ibu terhadap anaknya adalah tanda-tanda jelas dari kerusakan moral dan kegagalan sistemik yang mendalam. 

Dalam menghadapi masalah ini, kita perlu melihat kembali bagaimana Islam, sebagai sistem yang sempurna, menetapkan peran ibu dan menyediakan berbagai sistem pendukung yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan kebaikan dalam masyarakat. 

Islam mengajarkan bahwa ibu adalah pendidik pertama dan utama, dan negara memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga fitrah ini agar tetap terjaga.

Hanya dengan menerapkan nilai-nilai Islam secara menyeluruh/kaffah, kita dapat membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan berkeberkahan.


Oleh: Ema Darmawaty 
Praktisi Pendidikan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar