Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Industrialisasi Penyumbang Polusi Udara, Masihkah Butuh EBT?

Topswara.com -- Peringatan Hari Udara Bersih Internasional pada tahun 2024 sebagai peringatan kelima dengan mengangkat kampanye “Invest in #CleanAirNow” atau dimaknai sebagai “Berinvestasi pada Udara Bersih”. 

Kampanye ini mengopinikan akan butuhnya kerja sama yang solid, dalam menumbuhkan iklim penanaman modal dalam memerangi polusi udara. proboloinggokab.go.id (07/09/2024).

Kata investasi dalam kampanye di atas sesungguhnya mengarah pada kepentingan. Apalagi saat ini, pengembangan bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT) semakin tren di kalangan masyarakat umum apalagi Gen Z. Adanya apresiasi pasar yang berpeluang besar, seperti adanya bisnis dan startup yang dibidang teknologi ramah lingkungan.

Mengapa Kualitas Udara Buruk?

Selama satu bulan terakhir, Jakarta beberapa kali menempati peringkat pertama dalam daftar kota paling berpolusi di dunia. Menurut situs pemantau IQAir, indeks kualitas udara (AQI) di ibu kota selalu berada di kategori merah dan oranye - tidak sehat dan tidak sehat bagi kelompok sensitif. Cnbcindonesia.com (01/07/2024). 

Tentu hal ini, banyak memberikan dampak negatif, terhadap kesehatan penduduknya. Pemerintah pun tidak diam, berbagai cara dilakukan guna menurunkan tingkat polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. 

Upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi, yaitu dengan adanya penguatan wacana EBT sebagai solusi untuk menekan polusi udara, pemerintah terus berupaya melaksanakan percepatan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) agar terwujud lingkungan yang lebih hijau. 

Akan tetapi, hal demikian sesungguhnya tidak memberikan solusi apa pun, karena hal ini masih bersifat responsif, tidak strategis. Pemerintah sesungguhnya tidak memberikan solusi yang mengakar, sehingga permasalahan polusi udara hingga detik ini, menjadi masalah klasik.

Bisnis EBT, Cuma Cari Untung 

Dari buruknya kualitas udara Jakarta, sebenarnya telah menjadi celah pemerintah untuk menawarkan solusi dengan kampanye EBT sebagai inovasi teknologi yang ramah lingkungan. Sehingga diharapkan mampu mengatasi permasalah polusi di Indonesia. 

Akan tetapi hal demikian, pemerintah menjadikan masalah polusi udara sebagai langkah tepat untuk membuka jalan investor untuk melakukan kerja sama dalam pengembangan teknologi EBT. Mengingat secara potensi sumber daya alam yang berlimpah sebagai modal dasar. 

Investasi ini adalah langkah pemerintah untuk mempercepat transisi energi menuju energi bersih ramah udara. Dengan adanya masa transisi, pemerintah memgklaim membutuhkan suntikan dana segar yang nilainya tidak sedikit. Sehingga memerlukan dukungan dari investor, untuk menanamkan modalnya, agar terwujudnya energi ramah udara. 

Sudah dapat dipastikan bahwa bahwa, isu polusi udara, sebenarnya akan pengarah pada kepentingan bisnis, karena pemerintah menjalin kerja sama dengan pihak investor, tentu hal demikian hanya akan menguntungkan korporasi tertentu yang nantinya akan menjalani kerja sama dengan pihak luar. 

Sungguh disayangkan, setiap permasalahan harus dihitung dari kaca mata untung. Namun, Ini adalah konsekuensi logis dari diterapkannya sistem kapitalisme.

Negara kapitalis, sengaja menjerat negara berkembang yang senantiasa tergantung terhadap barat, melalui penjajahan atas nama EBT. Begitulah kapitalis telah menciptakan solusi, melalui pandangan nilai ekonomi yang sejatinya tidak mengurai permasalahan manusia.

Industrialisasi Akar Polusi Udara

Apabila melihat akar masalah polusi udara di Jakarta, atau pun kota-kota besar sangat erat kaitannya, dengan banyak pembangunan kawasan industri. Apalagi kawasan industri banyak terletak di sekitar ibu kota. Akhirnya berdampak terhadap kualitas udara Jakarta menjadi buruk. 

Hal ini pun disampaikan oleh Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Safrudin, meminta pemerintah memperhatikan kawasan industri, yang telah penyumbang 31 persen dari polusi udara. BBC.com (12/08/2023). 

Sayangnya, Indonesia adalah negara kapitalis, yang kebijakan akan menguntungkan pihak pemodal, yaitu pelaku industri. 

Pandangan sistem ekonomi kapitalis, menjadikan kepentingan untuk mendapatkan materi sebagai patokan dalam melakukan segala aktivitas. Termasuk permasalahan polusi udara, yang saat ini tengah dinarasikan. Negara telah abai, dalam memberikan perlindungan dan kesejahteraan masyarakat. 

Seharusnya, negara mampu mengelola potensi alam yang kaya, sebagai sumber pemasukan untuk mensejahterakan rakyatnya. Namun, dengan dalih untuk menumbuhkan ekonomi, negara malah massif membuka pabrik. 

Keberadaan industrialisasi menjadi penyumbang pencemaran udara yang paling besar. Solusi yang tawarkan pun tambal sulam, dan tidak lepas dari kepentingan kapitalis, yaitu adanya perusahaan asing atau pun swasta yang menjajal bisnis investasi di bidang energi, yang diklaim sebagai bisnis potensial di masa yang akan datang.

Solusi Islam Menuntaskan Polusi Udara

Sesungguhnya Islam mendorong manusia untuk bisa menjaga alam semesta dan lingkungan, Islam melarang bagi siapa saja yang melakukan aktivas yang dapat mencemari bumi, firman Allah Swt, 
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya: "Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS Al Qasas: 77).

Negara Islam mempunyai tugas sebagai pelindung dan pengurus masyarakat, sehingga setiap kebijakannya akan mengarah kepada kepentingan umat. Termasuk bagiamana cara Islam menyelesaikan permasalah polusi udara. Islam akan mengatur konsep industri, di mana dalam pandangan Islam konsentrasi industri akan dititikberatkan kepada industri berat, yaitu militer. 

Bukan seperti dalam sistem kapitalisme  saat ini, industri yang dibangun atas nama investasi tanpa melihat efek negatif yang telah dihasilkan. Islam akan mengkontrol industr dan akan melihat dari segi kemaslahatan umum, guna menghindari hal yang buruk. 

Peradaban Islam, telah menghasilkan ilmuan hebat, yang didasari oleh rasa keinginan setiap individu untuk bisa bermanfaat bagi umat. Hal ini tentu, tidak menutup kemungkinan saat Islam diterapkan, akan mendorong setiap orang untuk bisa memberikan pembaharuan teknologi yang canggih dan ramah lingkungan. 

Negara pun akan mendorong riset-riset teknologi, dari sistem pendidikan Islam, akan mampu menghasilkan individu dan masyarakat saleh yang akan menghasilkan generasi prestatif, bukan berorientasi pada materi. Sehingga Islam mampu menjaga kelestarian bumi. 

Wallahu'alam


Oleh: Anastasia, S.Pd.
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar