Topswara.com -- Keluarga sejatinya menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi seluruh anggotanya. Menjadi tempat pulang dikala lelah dalam menjalani keseharian, serta menjadi penyemangat dikala gundah gulana menerpa salah satu anggota keluarga.
Namun mirisnya, keluarga saat ini justru menjadi tempat yang tidak ramah. Sebab orang tua bisa saja menjadi predator bagi anaknya, dan anak bisa menjadi monster bagi orang tuanya. Banyak kasus yang terjadi, membuat kita bergidik ngeri melihat kekejaman anak terhadap orang tuanya begitu pun sebaliknya.
Seperti yang dilakukan AR, seorang anak yang dengan keji menebas leher ibu kandungnya Hj. RK menggunakan parang. Kejadian itu terjadi di Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balik Papan Barat pada Jumat (23/8/2024) diduga pelaku mengalami gangguan jiwa.
Tak kalah tragis, kasus seorang Ibu berinisial IF (24) membunuh anaknya NA (6) di sebuah rumah di kawasan Pontianak Kalimantan Barat, Sabtu siang (24/8/2024). Korban yang sempat hilang ditemukan secara mengenaskan di dalam karung pada Kamis malam (22/8/2024). Dari hasil pra rekonstruksi terungkap bahwa IF sering kali melakukan penganiayaan pada NA yang merupakan anak tirinya. (sindonews.com, 24/8/2024)
Belum lagi peristiwa penganiayaan yang terjadi di desa Kasugengan Kidul Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon yang dilakukan oleh seorang anak berinisial K (22) tega menghabisi nyawa ayah kandungnya J (52) dan melukai adik perempuannya pada hari Jumat (23/8/2024)
Berbagai peristiwa tersebut bukanlah satu-satunya, itu merupakan puncak gunung es yang di bawahnya terdapat bongkahan lebih besar. Artinya hal tersebut adalah satu dari sekian banyak kasus yang terungkap.
Kapitalisme Biang Keladinya
Tidak bisa dipungkiri, bahwa saat ini keluarga telah teperdaya dengan materi. Standar kebahagiaan dimaknai sekadar harta duniawi semata, maka jika hal tersebut tidak bisa didapatkan oleh keluarga maka dinilai berada diambang kesengsaraan.
Belum lagi kesejahteraan yang sulit diperoleh, gaji para pencari nafkah yang tidak sesuai dengan pengeluaran setiap bulannya. Banyak Ibu yang terpaksa bekerja keluar rumah dengan alasan membantu pemasukan ekonomi.
Ditambah kegagalan sistem pendidikan berbasis sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, tak mampu menanamkan visi misi pendidikan yang benar yakni membentuk generasi tangguh penuh ketakwaan.
Sehingga generasi hari ini lemah dari segi keimanan yang berdampak ketahanan keluarga menjadi rapuh, hubungan yang seharusnya dijalin karena ibadah, kasih sayang, serta ketulusan dikalahkan dengan materi.
Di sisi lain banyak Ibu yang terpaksa berperan ganda, selain membantu mencari nafkah juga disodorkan dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak. Hal ini banyak membuat pasangan lelah atas beban hidup dan menyulut emosi dalam rumah tangga hingga berujung petaka.
Belum lagi nasib anak yang terpaksa terlantar karena minimnya peran kedua orang tua dalam mendampingi tumbuh kembangnya, hingga anak dibesarkan oleh lingkungan yang pergaulannya kian hari mengkhawatirkan.
Banyak tontonan berbau kekerasan dan pornografi yang menstimulus anak untuk mencontoh dan mempraktikkan hal tersebut. Mengikis nurani dan menjadikan anak layaknya monster jahat.
Inilah dampak kegagalan sistem ekonomi kapitalis yang membuat kesenjangan sangat lebar menganga. Kebutuhan pokok masyarakat sulit didapat, semua serba mahal, mencari kerja dengan gaji yang layak sangat sulit.
Kegagalan sistem sekularisme kapitalisme kian kentara memorak-porandakan bangunan rumah tangga yang seharusnya harmonis menjadi hancur berantakan.
Islam Solusinya
Islam dengan aturannya yang sempurna dan paripurna memandang bahwa seorang penguasa atau pemimpin adalah pelindung bagi rakyat dan orang-orang yang di pimpinnya.
Kelak di akhirat para pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah kepemimpinannya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW., “Setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR Bukhari)
Kepemimpinan dalam Islam bukan hanya berlaku di dunia tetapi juga di akhirat, artinya pemimpin harus bertanggung jawab atas rakyatnya salah satunya adalah menjaga fungsi dan peran keluarga.
Maka negara akan berupaya menerapkan Islam dalam menjaga fungsi dan peran keluarga dengan memberikan pendidikan yang berkualitas, memberikan jaminan tercukupinya sandang, papan dan pangan. Juga memudahkan akses dalam kebutuhan pendidikan, kesehatan, keamanan dan sebagainya.
Pendidikan dalam Islam berbasis akidah Islam, yang akan memahamkan hakikat tujuan dalam kehidupan bahkan tujuan berkeluarga untuk ibadah dengan visi misi Islam sehingga menjaga hubungan keluarga tetap harmonis.
Menempatkan peran strategis ibu sebagai pengatur urusan rumah tangganya sekaligus sekolah pertama baik anak-anaknya, juga ummu ajyal (pendidik) bagi generasi di sekitarnya. Sehingga melahirkan anak-anak yang cerdas dan bertakwa, sehingga mampu menjadi pemimpin masa depan yang didambakan umat.
Sistem ekonomi dalam Islam akan memastikan setiap individu sejahtera, mendapatkan hak hidup yang layak, menyediakan seluas-luasnya lapangan pekerjaan untuk para pencari nafkah sehingga mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.
Negara yang menerapkan Islam akan menentukan tayangan yang boleh dan tidak boleh diakses generasi sesuai hukum syariat Islam. Agar stimulan yang didapat adalah kebaikan dan manfaat bagi tumbuh kembang generasi. Menjadikan tontonan menjadi tuntunan yang mengarah pada ketakwaan.
Negara yang menerapkan Islam mewujudkan salah satu konsep penting dan fundamental yang menjadi pokok bahasan dalam Islam, yang menegaskan bahwa Islam hadir untuk mewujudkan dan memelihara maslahat umat manusia, sehingga kebaikan terwujud di dalam keluarga, masyarakat serta negara. Semua itu akan terwujud jika Islam diterapkan secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan oleh negara. []
Oleh: Pani Wulansari, S.Pd.
(Pendidik dan Ibu Generasi)
0 Komentar