Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ustaz Oemar Mita: Siapapun yang Menikah dan Menjalin Biduk Rumah Tangga Maka...

Topswara.com -- Founder Syameela Ustaz Oemar Mita menjelaskan setiap orang mesti memahami bahwasanya siapapun yang menikah dan menjalin biduk rumah tangga maka kemungkinan pasangan yang datang pada hidupnya itu ada dua.

"Di sisi yang lain kita juga harus paham bahwasanya siapapun orang yang menikah dan menjalin biduk rumah tangga, maka kemungkinan pasangan yang datang pada hidupnya itu dua. Ada pasangan yang membawakan kita bunga yang membuat kita tersenyum. Ada pasangan yang membawa duri, yang membuat kita terluka dan kita harus siap dengan keduanya ketika hadir pada teras kehidupan berumah tangga," tuturnya di kanal YouTube Oemar Mita Syameela, Selasa (2/7/2024).

Dia menjelaskan, jika seorang mendapatkan pasangannya layaknya bunga yang membuatnya tersenyum, bahagia, tidak ada tempat bagi dia bersyukur kecuali kepada Allah SWT. Kalau mendapati bahwasanya pasangannya membawa duri yang membuatnya terluka pada perjalanan hidup, maka tidak ada tempat baginya kecuali bersabar. Karena terkadang angin pada kehidupan keluarga tidak sebagaimana yang dimimpikan dan sebagaimana yang diharapkan. Itulah yang terjadi. 

Lebih lanjut dia memaparka bahwa di dalam pernikahan itu, tidak akan pernah lepas dari setiap ujian. Karena pernikahan itu sebagaimana biduk rumah tangga. Inilah perkara yang harus selalu disadari di dalam pernikahan bahwasanya pernikahan itu tidak sebagaimana dongeng yang begitu indah yang diumpai di film-film, di sinetron yang penuh dengan settingan dan penuh dengan rekayasa. 

Terkadang pernikahan itu kata Oemar Mita, bisa menjadi sebuah titik ujian yang besar bagi setiap manusia. Bukankah banyak laki-laki yang mereka berdoa supaya dapat surga. Bukankah banyak perempuan yang selalu berdoa supaya mereka mendapatkan surga. Allah menjadikan setiap laki-laki dan perempuan yang berdoa memohon surga, berikan ujian kepada keluarganya untuk menjadi jalan baginya memasuki surganya Allah. Itulah cara Allah untuk mengabulkan doa hambaNya.

"Lihatlah keluarga para Nabi dan Rasul. Tidak semua keluarga para Nabi mereka mendapatkan kemudahan di dalam urusan rumah tangga. Makanya kita mendapati istrinya Nabi Nuh, istrinya Nabi Luth, maka sesungguhnya mereka tidak menjadi support sistem bagi suami mereka tetapi justru menjadi ujian. Kita mendapati bagaimana Nabi Ismail pada istri yang pertama pun sama, ternyata istrinya Nabi Ismail memiliki sebuah kekurangan, aib ketika membuka persoalan keluarganya kepada orang lain," ungkapnya.

Inilah yang kata dia yang harus benar-benar dipahami bahwasanya pernikahan itu terkadang menjadi sebuah tempat bagi setiap orang betul-betul diatur dengan berbagai macam kesulitan dan ujian hidup. Karena mungkin itulah cara Allah bisa memberikan pahala terbaik pada perjalanan biduk rumah tangga. 

"Nah sekarang setelah kita memahami itu, bahwasanya pada kehidupan kita berumah tangga ada bunga, dan ada bunga yang bisa jadi kita dapatkan sekarang. Bagaimana ketika kita mendapati pasangan kita ternyata memiliki sebuah latar belakang mental. Ternyata dalam perjalanan pernikahan, tersingkap kalau dia memiliki sebuah penyakit mental yang disebut dengan narcissistic personality disorder (NPD)," 

Makanya, kata dia sangat penting dalam proses taaruf (proses berkenalan natara laki-laki dan perempuan untuk menuju jenjang pernikahan) yang dijalani setiap ikhwan, setiap akhwat, setiap laki-laki dan perempuan bagaimana dalam proses itu untuk bisa benar-benar memastikan latar belakang dari kesehatan mental yang dimiliki calon pasangannya.

"Bagaimana manajemen konfliknya. Bagaimana manajemen marahnya. Bagaimana sikapnya di tengah lingkungannya, di tempat kerjanya dan tentunya memastikan pula bagaimana dia di sosial media, ataupun media sosialnya. Ini juga tidak boleh luput dari perhatian kita," ujarnya.

Ia menggambarkan bagaikan sebuah perusahaan besar, di bagian human resource development (HRD) dalam menyeleksi calon karyawan dicek sampai masalah sosial media mereka.Karena latar belakang itu terkadang bisa mewakili karakter orang tersebut ketika melamar satu pekerjaan di sebuah kantor atau sebuah perusahaan. Ini pun sama kalaulah bagian HRD hanya menyeleksi orang untuk menjadi karyawan dan karyawati di sebuah kantor ternyata sampai melebar ke media sosial, apalagi di dalam status pernikahan/berumah tangga.

"Makanya kita seleksi gimana kemarahannya, bagaimana pandangan orang-orang di lingkungan kantornya dan bagaimana media sosialnya. Apakah di situ orangnya memiliki berbagai macam sikap-sikap negatif yang tentunya itu menjadi pertimbangan ketika kita sebelum melangkah ke jenjang pernikahan di dalam keputusan kita. Sekali lagi kalau taaruf pastikan itu tidak hanya melihat paras. Pastikan di dalam taaruf tidak hanya melihat bagaimana hijabnya. Bagaimana shalatnya. Bagaimana hubungannya. Tetapi harus melebar bagaimana sosialisasinya, bagaimana dia di tengah lingkungan teman-temannya. Bagaimana penerimaan orang di sekitarnya dan lingkungannya kepada dirinya. Bagaimana manajemen konfliknya," tandasnya.[] Rasman
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar