Topswara.com -- Fakta terindra, kehidupan kaum muslim tengah dilanda berbagai problema. Gaya hidup, sikap dan perilaku muslim sangat liberal, jauh dari tatanan agama. Pergaulan bebas, zina, perselingkuhan, aborsi, lgbt, judol, pinjol, bunuh diri hingga kekerasan seksual kian mengkhawatirkan.
Kesenjangan ekonomi kian tinggi, kemiskinan dan pengangguran kian bertambah. Problematika sistemis yang muncul akibat penerapan sistem sekularisme kapitalisme.
Kondisi umat saat ini bertolak belakang dengan firman Allah SWT didalam Surat Ali Imran ayat 110. Umat Islam adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Mengapa? Padahal umat Islam pernah menjadi khoiru ummah, memimpin peradaban dunia selama13 abad, menebarkan rahmat keseluruh dunia. Yakni masa ketika umat berpegang teguh kepada agamanya.
Sejatinya umat Islam bisa meraih kembali kemuliaannya ketika ittiba' pada Rasul SAW, yakni menegakkan Islam dengan cara dakwah berjamaah. Menyeru umat agar kembali pada kehidupan Islam.
Kehidupan yang diatur dengan aturan yang datang dari Sang Pencipta manusia dan kehidupan. Inilah yang harus senantiasa terpatri dalam benak para pengemban dakwah. Serta berusaha sungguh-sungguh merealisasikannya dengan memadukan pemikiran dan perbuatan.
Jalan dakwah jalan yang tidak mudah. Meski kesulitan senantiasa menghadang, tidak ada alasan surut dan mundur dari medan dakwah. Karena Allah menjanjikan bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Pengemban dakwah harus melakukan dengan bahagia sebagai kewajiban dari Allah SWT serta mengharap ridha-Nya. Meski tidak mudah, namun pasti terwujud karena janji Allah SWT sekaligus kabar gembira dari Rasul SAW.
Ikhtiar Mengejar Kesempurnaan
Jalan dakwah adalah jalan para Nabi, yang akan senantiasa berhadapan dengan batu cadas terjal, onak dan duri. Namun tantangan, hambatan dan rintangan harus dihadapi, dilalui dan diselesaikan. Maka sudah seharusnya para pengemban dakwah senantiasa meningkatkan kualitas diri, tidak lelah mengejar kesempurnaan diri seperti Rasul dan para sahabat.
Setiap aktifitas senantiasa ditujukan pada Allah SWT. Pun ketika memperoleh keberhasilan karena pertolongan dan taufik Allah semata. Allah mengingatkan dalam Surat An Najm ayat 32, yang artinya,
"Maka janganlah kalian menganggap diri kalian suci (sudah sempurna). Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa".
Maka para sahabat senantiasa terus-menerus belajar, Rasul pun tak pernah lelah mengajarkan Islam pada sahabat hingga beliau wafat. Para sahabat senantiasa menggali kebaikan dari Rasul, baik ibadahnya, kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat hingga bernegara.
Mereka mempraktikkan ajaran Nabi, hingga mendapat gelar "rahib dimalam hari dan para ksatria di siang hari". Generasi terbaik hasil didikan manusia sempurna Rasul SAW.
Namun, sang pendidik senantiasa maksum, karena utusan Allah, Sang pembawa risalah penyampai wahyu ( Q.S Al Kahfi 110). Sementara para sahabat adalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa. Maka sahabat mulia Abu Bakar ra selalu meminta para sahabat lainnya untuk menjaganya,
"Sesungguhnya Rasulullah SAW telah dijaga (dari segala dosa dan kesalahan) dengan wahyu. Beliau selalu ditemani malaikat. Sedangkan aku, selalu ditemani syaitan yang selalu membujukku. Maka jika aku marah, menjauhlah dariku, agar aku tidak menderai rambut dan kulit kalian. Ingatlah, maka hendaknya kalian selalu menjagaku"
Rasul SAW senantiasa menjaga pemikiran dan perasaan para sahabat agar tidak menyimpang dari pemikiran dan perasaan Islam. Para sahabat melakukan hal yang sama karena menyadari mereka tidak maksum. Maka muzakarah, yakni saling mengingatkan senantiasa mereka lakukan selepas menghadiri majelis Nabi SAW.
Sahabat Umar bin Khattab pernah mengajak Mu'adz bin jabal untuk duduk bersama meningkatkan keimanan. Ibnu Abbas mengungkapkan alasan mereka selalu melakukan muzakarah. Menurutnya iman itu seperti baju. Jika telah dipakai, maka pasti akan dilepaskan. Pun sebaliknya, jika telah dilepas, ingin memakainya kembali. Kesadaran inilah yang senantiasa terpatri dalam benak sahabat.
Ahli ilmu dan hikmah, Ibnu Abbas yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa, tidak hanya berguru pada seorang sahabat. Bahkan dalam satu masalah, beliau bisa bertanya hingga 30 sahabat. Demi mengejar ilmu, beliau sanggup tidur didepan pintu rumah gurunya. Beliau selalu menjaga diri agar selalu dalam ketaatan pada Allah SWT. Ibnu Abbas tidak pernah meninggalkan shalat tahajud baik dirumah maupun saat safar.
Abu Bakar, meski sudah dijamin masuk surga, senantiasa khawatir menghadapi hisab. Suatu hari beliau pernah berjalan disuatu kebun dan mendapati seekor burung. Beliau berkata, "wahai burung, alangkah beruntungnya engkau tidak akan pernah menghadapi hari penghisaban".
Begitulah karakter para sahabat senantiasa berlomba-lomba dalam ketaatan, menggapai kesempurnaan diri. Para pengemban dakwah hari ini, sudah seharusnya tak pernah lelah menggapai kesempurnaan diri demi lillah.
Wallahu a'lam bishawab.
Ida Nurchayati
Kontributor Topswara
0 Komentar