Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sistem Islam Menjaga Kesehatan Anak

Topswara.com -- Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K), meluruskan isu viral tentang banyaknya anak yang menjalani cuci darah di RSCM. Dia menyatakan meskipun ada anak yang menjalani hemodialisis di RSCM, kasus gagal ginjal tidak mengalami lonjakan.

Terkait pemicunya, dr. Eka menyebut, yang terbanyak adalah akibat sindrom nefrotik yang membuat ginjal tidak bisa berfungsi dengan sempurna, kelainan bawaan berupa bentuk ginjal yang tak normal, dan kista ginjal (detikhealth, 27/7/2024).

Di sisi lain, lewat survei yang dilakukan, ditemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak, yakni adanya darah dan protein pada air kencing mereka. Menurut ketua umum dokter anak Indonesia dr. Piprim Basarah, kondisi ini merupakan indikator awal gagal ginjal. Penyebabnya adalah pola makan dan minum anak-anak saat ini yang kurang baik, terutama konsumsi makanan dan minuman manis.

Trend pola konsumsi saat ini memang meresahkan. Makanan dan minuman kemasan tinggi gula dan garam banyak dijumpai di masyarakat. 

Belum lagi makanan yang sudah dimodifikasi bahan kimia, sudah menjadi makanan sehari-hari yang dikonsumsi masyarakat termasuk anak-anak, apalagi anak yang tidak menyukai real food. Tidak jarang orang tua akan memberikan makanan kesukaannya sekalipun itu tidak bergizi, yang terpenting bagi mereka adalah anak mau makan.

Pola konsumsi tidak sehat tentu tidak terlepas dari pola konsumtif dan permisif mengikuti trend. Pola konsumtif menjadi trend karena sistem kehidupan sekulerisme kapitalisme membuat masyarakat tidak mengaitkan pola konsumsinya sesuai syariat. 

Akibatnya, para konsumen hanya berpikir bagaimana bisa menikmati dan mengikuti trend makanan tanpa memperhatikan status halal dan thayib.

Begitu pun para produsen makanan, hanya memikirkan keuntungan tanpa memperhatikan kehalalan dan kethayiban. Kemudian negara berlepas tangan dari urusan pola konsumsi masyarakat. Alhasil, anak-anak menjadi korban trend makanan tidak sehat.

Kapitalisme sebagai akar masalah bisa terlihat dari visi negara yang nihil dari aspek ri’ayah (kepengurusan) terhadap rakyat. Fungsi normal negara tidak berjalan, sebagaimana yang terlihat dari keberadaan negara sebagai regulator bagi kepentingan korporasi. 

Sangat berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan oleh Daulah Khilafah tatkala mengatur konsumsi masyarakat. Khilafah adalah negara ri’ayah, hadir sebagai pewujud kemaslahatan dan kesejahteraan insan, bahkan seluruh alam. Hal ini tecermin dari visi risalah Islam yang juga menjadi visi negara.

Sebagai ideologi, Islam memiliki aturan yang paripurna untuk mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaannya, termasuk perihal makanan. Islam tidak membiarkan hal itu disesuaikan dengan keinginan manusia saja, tetapi harus sesuai aturan syariat.

Islam telah menetapkan standar makanan dan apapun yang dikonsumsi harus halal dan thayyib. Halal berarti terbebas dari segala bentuk zat yang telah diharamkan dalam Islam. Sementara thayyib bermakna bagus (al-hasan), sehat (al-mu’afa), dan lezat (al-ladzim). Artinya, makanan yang dikonsumsi harus baik untuk kesehatan manusia, tidak boleh merusak tubuh, kesehatan, akal dan kehidupan mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh memudaratkan diri sendiri dan orang lain di dalam Islam” (HR Ath-Thabarani).

Terdapat dua standar kebijakan Daulah Khilafah yang akan ditetapkan, yaitu edukasi kepada masyarakat melalui sistem pendidikan Islam dan UU terkait produksi makanan berdasarkan dalil syariat, lalu sanksi atas pelanggarannya.

Di lembaga pendidikan negara, masyarakat akan dididik agar memiliki kepribadian Islam, sehingga pola pikir dan sikapnya sesuai Islam. Dengan begitu, mereka akan selalu mengkaitkan semua aktivitas dengan hukum Islam. 

Maka, ketika menjadi produsen atau konsumen, mereka akan memastikan makanan yang diproduksi atau yang dikonsumsi sudah sesuai syariat. Di sinilah upaya preventif agar masyarakat terhindar dari pola makan yang salah. 

Masyarakat juga akan diberi pemahaman bahwa tujuan konsumsi adalah untuk membuat badan sehat dan terpenuhi gizinya agar bisa menjalankan ibadah secara optimal. Dengan semua mekanisme ini, anak-anak bisa terhindar dari penyakit gagal ginjal, diabetes, dan penyakit lainnya, akibat pola makan yang salah.

Konsep khilafah dalam menjaga dan memperhatikan pola konsumsi masyarakat ini menunjukkan bahwa ialah penyejahtera dan penjaga kesehatan setiap individu rakyat. Hanya dengan Daulah Khilafah, masalah anak ini dapat diatasi. Wallahu a’lam.


Oleh: Iin Indrawati 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar