Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Shalatlah Sebagaimana Kalian Melihatku Shalat

Topswara.com -- Judul tulisan diatas merupakan arti dari hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan imam Al-Bukhari, yaitu: 

«صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي»، رَوَاهُ البُخَارِيُّ

Itu merupakan petunjuk bahwa dalam melaksanakan shalat harus ittiba' Rasul, tidak boleh asal shalat. Karena shalat merupakan ibadah 'mahdhah' yang sudah terperinci tata caranya diterangkan dan dipraktekkan Rasulullah SAW.

Untuk itu, setiap muslim wajib mempelajarinya baik langsung membaca hadits atau melalui ustaz atau kiyai yang paham betul 'kaifiyah shalat' yang sesuai sunnah Rasul.

Shalat merupakan barometer diterima tidaknya amal ibadah seorang muslim. Untuk itu jangan sampai dari kecil sampai tua shalatnya tidak diterima Allah sebagaimana yang Rasul informasikan ada seseorang sampai 60 tahun shalatnya tak diterima lantaran rukuk dan sujudnya tidak sempurna, alias tidak thuma'ninah, sabdanya :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي سِتِّينَ سَنَةً مَا تُقْبَلُ لَهُ صَلَاةٌ، لَعَلَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا يُتِمُّ السُّجُودَ، وَيُتِمُّ السُّجُودَ وَلَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ

Sesungguhnya ada seseorang yang shalat selama 60 tahun, namun tidak diterima (oleh Allah) amalan shalatnya selama itu walau satu shalatpun. Boleh jadi (sebabnya) dia sempurnakan ruku’-nya tetapi sujudnya kurang sempurna, demikian pula sebaliknya.” (Hadis Hasan, riwayat Ibn Abi Syaibah dari Abu Hurairah ra, Shahih al-Targhib, no. 596).

Jadi Rasul enggak main-main memberikan informasi kasus seseorang yang hingga selama 60 tahun shalatnya tidak diterima.

Ada juga seseorang yang shalatnya jelek, oleh Rasul disuruh ngulang sampai tiga kali. Rasul bersabda : ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ

(Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya kamu tidak shalat).

Sehingga orang itu menyerah dan minta diajari Rasul. Kemudian Rasul mengajarinya shalat yang benar, sabdanya:

 إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا

"Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Alquran yang mudah bagimu. Lalu rukuklah dan sertai thumakninah ketika rukuk. Lalu bangkitlah dan beriktidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai thumakninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thumakninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thumakninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Bukhari, no. 793 dan Muslim, no. 397).

Hadis diatas yang dikenal dengan hadis al-musii’ fii shalatihi (orang yang jelek shalatnya) adalah hadis yang jadi dasar mengenai rukun shalat, sehingga penting sekali untuk dipelajari secara mendalam.

Bacaan dalam Shalat

Agar shalatnya berkualitas, sesuai sunnah Rasul, tentu bacaan-bacaan dalam shalat harus bagus sesuai qaidah tajwid. Baik bacaan yang hukumnya wajib seperti takbiratul ihram, Al-Fatihah, tasyahud, shalawat nabi dan ucapan salam; maupun bacaan shalat yang hukumnya sunnah seperti doa iftitah, surat atau ayat Al-Qur’an setelah Al-Fatihah, bacaan tasbih saat rukuk dan sujud dan lainnya.

Makharijul hurufnya harus jelas. Jangan sampai misalnya huruf ‘ain’ tertukar huruf hamzah dalam membaca ‘rabbil ‘alamiin’. Kalau pakai huruf ‘ain’ artinya ‘Tuhan Semesta Alam’, sementara kalau pakai huruf hamzah bermakna ‘Tuhan sumber penyakit’, na'udzubillahi mindzalik.

Contoh lainnya : dalam membaca ‘ iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin’ – ini huruf ya’ -nya harus bertasydid (double) yang artinya: “Hanya kepada-Mu lah Kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah Kami meminta pertolongan.”

Jika ya’ nya tidak ditasydid berarti ”hanya kepada sinar matahari kami beribadah dan hanya kepada sinar matahari juga kami mohon pertolongan”. Na’udzubillahi mindzalik

Masih sering juga orang yang shalat terlalu cepat karena bacaan yang hukumnya sunnah tidak dibaca, antara lain doa iftitah setelah takbiratul ihram sebelum Al-Fatihah. Bacaan tasbih dalam rukuk dan sujud juga sering terlalu cepat bacaannya.

Bacaan surat/ayat Al-Qur’an setelah Al-Fatihah ditinggalkan, biasanya saat shalat sunnah atau shalat wajib ‘munfarid’.alias shalat tidak berjamaah. Ini jelas mengurangi nilai ibadahnya.

Bacaan Shalawat Nabi

Bacaan shalawat nabi setelah tasyahhud sebaiknya 'shalawat ibrahimiyyah'. Ini lengkap.

Pakai 'sayyidina' apa tidak ?

Kalau kita ittiba' dengan shalat yang dicontohkan nabi nggak pakai 'sayyidina' sebelum menyebut nama nabi. Coba kita lihat dalam kitab-kitab hadis enggak pakai lafadz 'sayyidina'.

Namun demikian, ada yang pakai 'sayyidina' dengan beberapa dalil yang ada, antara lain nabi pernah bersabda 'ana sayyidu waladi adam yaumal-qiysmah' - saya pemimpin anak cucu Adam nanti di hari kiamat. (HR.Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Kalau saya tentu mengikuti pendapat yang tidak pakai 'sayyidina' sebelum menyebut nama Nabi Muhammad SAW, karena shalat harus sesuai dengan apa yang dipraktekkan Rasul ketika shalat.

Saudara, silahkan akan mengikuti yang mana. Yang penting jangan berdebat gara-gara lafadz 'sayyidina' sebelum menyebut nama nabi Muhammad SAW.

Doa Sebelum Salam

Ada bacaan doa sebelum salam dalam shalat nampaknya sering dilupakan, padahal dalam doa itu berisi mohon perlindungan kepada Allah SWT dari empat macam fitnah yang membahayakan yaitu:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra mengatakan, Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila diantara kalian telah tasyahud akhir, maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal, beliau mengucapkan "Allahumama inni a’udzubika min ‘adzabi jahannam, wa min ‘adzabilqabri, wa min fitnatilmahya walmamati, wa min syarri fitnatil masihiddajjal.”

Doa itu sangat penting untuk dibaca. Kita semua minta selamat dari empat macam fitnah yang membahayakan itu.

Jangan terburu-buru shalatnya agar khusyuk dalam bermuwajjahah langsung dengan Rabb melalui shalat.

Yuk kita shalat sesuai yang dipraktekkan Rasullah saw sebagaimana sabdanya :

'"Shalatlah sebgaimana kalian melihatku shalat"

Nashrun Minallah Wafathun Qariib

Kuala Tungkal, 31 Juli 2024


Oleh: Abdul Mukti 
Pemerhati Kehidupan Beragama 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar