Topswara.com -- Sering kita dengar, terutama dari motivator, bahwa seorang Muslim wajib kaya atau minimal harus kaya. Alasannya agar bisa berbuat baik yang banyak diantaranya mbayar zakat. Kan mbayar zakat wajib makanya wajib kaya.
Geli juga saya mendengarnya. Terasa sangat aneh sih ungkapan seperti itu. Karena mengandung beberapa konsekuensi yang fatal, antara lain:
Pertama, rezeki itu sepenuhnya hak Allah dan Allah sudah menyatakan bahwa ada yang rezekinya diluaskan dan ada yang disempitkan. Tidak semua kaya. Nah, kalau Allah sudah menentukan demikian berarti tidak semua Muslim bisa kaya.
Terus bagaimana bisa diwajibkan kaya? Jadi kalau menyatakan setiap Muslim wajib kaya berarti telah menyalahkan Allah dan memaksa agar membuat Muslim kaya.
Kedua, di zaman Nabi Muhammad SAW pun tidak semua sahabat kaya. Bahkan tidak sedikit yang miskin. Bahkan ada yang mustahik zakat. Padahal nabi Muhammad SAW adalah sebaik-baik pemimpin dan doa beliau SAW pasti maqbul. Kalau memang setiap Muslim wajib kaya maka mudah saja bagi beliau mewujudkannya. Iya kan?
Ketiga, jika seorang Muslim wajib kaya maka jika gagal kaya akan berdosa dong. Iya kan? Ya iyalah. Kan namanya wajib itu jika tidak dilaksanakan berdosa tetapi jika dilaksanakan berpahala. Jika demikian betapa banyak Muslim yang berdosa sepanjang 1500 tahun terkahir karena gagal kaya.
Keempat, kaya itu bukan tujuan hidup Muslim. Sebab kaya atau miskin itu hanya ujian ketaatan. Maka yang menjadi kewajiban bagi setiap Muslim justru taat secara totalitas kepada Allah dan RasulNya.
Ada saja Muslim yang sebenarnya bisa saja kaya namun memilih hidup sederhana dan fokus berjuang dan itu boleh saja. Dan boleh juga dia berupaya mencari harta lebih untuk bisa membantu Muslim lainnya yang kesusahan. Dan ini juga bagus.
Kelima, wajibnya zakat itu jika kita sudah kaya. Artinya sudah memiliki harta sebesar minimal nishob selama satu haul alias satu tahun hijriyah. Kecuali zakat pertanian maka dikeluarkan saat panen. Dan tidak ada kewajiban menjadi kaya agar bisa mbayar zakat. Jadi ungkapan wajib kaya agar bisa membayar zakat hanyalah logika mantiqiyah bukan hukum syarak.
Keenam, lagi pula belum tentu kalau sudah kaya terus pasti bisa beramal shalih dengan hartanya. Belum tentu terus mau mbayar zakat. Belum tentu mau membantu membangun masjid, ponpes.
Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’d Ayat 26
ٱللَّهُ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا مَتَٰعٌ
"Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)."
Juga dalam Surat Al-Isra Ayat 30
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرًۢا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."
Bahkan ada keutamaan orang miskin sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad SAW dari Harits bin Wahb radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia berkata,
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli surga itu? Mereka itu adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli neraka itu? Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong” (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ
“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian” (HR. Bukhari no. 2896).
Nah, jelas kan bahwa seorang Muslim enggak wajib kaya. Karena memang Allah dan RasulNya tidak mewajibkan. Pernyataan bahwa Muslim wajib kaya bertentangan dengan akidah dan syariah Islam. Jadi hati-hati kalau bikin pernyataan bisa berabe kalau ngawur gitu kan? Muslim yang kaya bagus, yang miskin juga bagus asal taat kepada Allah dan RasulNya. Ngaji yuk![]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar