Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemuda Kesulitan Mencari Kerja, di Mana Peran Negara

Topswara.com -- Pemuda adalah bibit-bibit baru pemimpin masa depan dalam sebuah rumah tangga. Karena itu, seorang pemuda harus memiliki kemapanan untuk menuju sebuah rumah tangga yang membutuhkan ekonomi yang tak sedikit untuk biaya hidup keluarganya kelak, dan untuk membiayai kehidupannya yang sekarang. 

Sebab itulah, para pemuda semestinya di masa mudanya sudah harus memiliki pekerjaan untuk mempersiapkan biaya hidup di masa depan. Namun, apa jadinya kala saat ini para pemuda itu justru kesulitan dalam mencari pekerjaan.

Sebagaimana yang di kabarkan oleh media tempo.co (09/08/2024) bahwa banyak anak-anak muda melintas di kawasan perkotaan di Jakarta tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman, pada Jumat 09 Agustus 2024. 

Dikabarkan pula jika saat ini, ratusan ribu anak-anak muda Indonesia tidak hanya berada dalam posisi pengangguran, tetapi juga banyak di antara mereka merasa putus asa akibat dari sulitnya mencari pekerjaan. Sehingga BPS (Badan Pusat Statistik) menggolongkan mereka sebagai kelompok hopeless of job.

Fakta di atas membuat hati teriris bagai sembilu menyaksikan kondisi para pemuda saat ini yang kesulitan dalam mencari pekerjaan sehingga mereka harus putus asa. Padahal negeri Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Seharusnya, dengan kekayaan alam yang melimpah, para pemuda takkan perlu kesulitan mencari kerja. 

Namun, fakta mengatakan sebaliknya, banyaknya sumber daya alam tidak bisa memberi jaminan sejahtera bagi masyarakatnya.

Apa penyebabnya?

Penyebabnya tidak lain karena sistem pengolahan sumber daya alam dalam negeri ini menggunakan sistem Kapitalisme yang telah lama rusak. Rusak karena tak berpegang pada hukum Allah sang maha adil akan segala hal. 

Alhasil, akibat dari kesalahan dalam pengolahan sumber daya alam yang melimpah ini membuat negara pun tak mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda calon-calon pemimpin negara dan pemimpin rumah tangga dimasa yang akan datang. 

Maka terjadilah pengangguran dimana-mana, para pemuda sulit untuk menikah karena jangankan mau menghidupi keluarganya, menghidupi dirinya sendiri pun sulit. Fakta banyaknya pengangguran menyiratkan kabar miris kepada kita bahwa pemimpin negara ini telah gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. 

Adapun tugas pemimpin dalam memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya yang tergolong sebagai pemuda adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka, bukan justru membiarkan mereka ter pontang-panting mencari kerja di jalanan Kota demi sesuap nasi untuk diri mereka sendiri.

Ketidak mampuan sistem kapitalisme inilah yang membawa para pemuda dalam keputusasaan tersebut. Berbeda halnya jika negara Islam yang memimpin dalam sebuah negeri, maka takkan ada pemuda yang terabaikan sehingga harus mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. 

Sebab negara Islam akan memulai pada pengolahan sumber daya alam yang benar, dengan begitu negara akan mudah memiliki dana yang melimpah. Sehingga dengan limpahan dana tersebutlah yang akan digunakan untuk menyediakan atau membangun lapangan pekerjaan bagi para pemuda sehingga takkan ada lagi yang menganggur.

Begitulah seharusnya pemimpin, karena pemimpin bertanggung jawab untuk kesejahteraan rakyatnya.
Sebagaimana dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim mengatakan:

الإِÙ…َامُ رَاعٍ Ùˆَ Ù…َسْئُولٌ عَÙ†ْ رَعَÙŠَّتِÙ‡ِ

Imam itu adalah pemimpin dan dia diminta pertanggungjawaban atas orang yang dia pimpin (HR Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, kala rakyat inginkan para pemuda tak lagi berada dalam kondisi sulit mencari kerja hingga harus putus asa. Maka sudah saatnya rakyat bangkit dan menyuarakan kembalinya Daulah Islam untuk memimpin dunia agar rakyat bisa sejahtera dan tak terabaikan. 

Sebab hanyalah Daulah Islam yang mampu memberikan kesejahteraan pada rakyatnya dan hanya Daulah Islam pula yang lebih memprioritaskan rakyatnya lebih dahulu dibandingkan keluarga atau dirinya sendiri. 

Wallahu alam bissawab. 


Oleh: Rismawati Aisyacheng
Pegiat Literasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar