Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Meraih Kekuasaan Bermodal Dusta

Topswara.com -- Namanya politik yang pada kesimpulannya jangan pernah dibawa hati apalagi sampai baper (bawa perasaan). Karena politik hari ini menjadi lawan besok bisa menjadi kawan seperti yang terjadi baru-baru ini. Pengamat politik Adi Prayitno membuat komentar terkait panas dingin hubungan PKS dan Anies yang terlihat pecah pada pilgub Jakarta 2024.

"Pada dasarnya prinsip utama politik adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan juga kelompoknya masing-masing dengan tujuan mendapatkan kekuasaan," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI).

Praktik politik ini jelas terjadi secara brutal dimana persahabatan dikorbankan, dibohongi dan ingkar janji itu sudah hal yang biasa terjadi. Adi mengatakan saat ini letak Idealisme berpolitik hanya ada diruang kelas dan keranjang sampah saja, dan yang terjadi di Pilkada hari ini adalah suatu fenomena dari demokrasi Elit, sebab yang menentukan terpilihnya seseorang adalah kehendak Elit Partai saja, (liputan6.com 11 Agustus 2024).

Sudah menjadi hal yang tidak asing melihat perpolitikan saat ini, padahal yang dianut adalah demokrasi yang berpedoman dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun pada kenyataan nya rakyat yang mana? Yaitu segelintir orang saja yang memiliki modal tentunya. 

Inilah watak sistem demokrasi, saat ini hanya bertujuan untuk mencari keuntungan semata bagi individu maupun bagi kelompoknya tanpa memperdulikan nasib rakyat banyak. Mereka bisa melakukan apa saja termasuk menghalalkan segala cara guna tercapainya tujuan mereka yaitu meraih kekuasaan. 

Walaupun mereka harus menghianati persaudaraan, persahabatan dengan melakukan kecurangan, kebohongan bahkan ingkar janji, semua itu sudah menjadi hal yang lumrah bagi para elit politik pada sistem demokrasi saat ini. 

Setelah mereka terpilih, maka tidak akan memikirkan ataupun mengurus semua permasalahan rakyat seperti janji-janji sebelum mereka terpilih. Yang ada mereka akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya keuntungan dalam memperkaya diri sendiri.

Dalam sistem demokrasi, idealisme pun akan dikalahkan dengan membentuk suatu koalisi. Walaupun dalam koalisi tersebut berbeda ideologi dan pandangan politik. Karena yang jadi pertimbangan bagi mereka adalah bagaimna mencari peluang untuk menang. 

Terkadang yang awalnya mereka adalah koalisi akhirnya menjadi terbelah dan menjadi lawan, dan sebaliknya yang menjadi lawan bisa menjadi kawan. Begitu lah potret buram dari demokrasi, mereka hanya mencari keuntungan dan asas manfaat saja. Maka ketika sudah tidak lagi menguntungkan atau tidak bermanfaat mereka tidak segan untuk menyingkirkannya.

Sedangkan pemilihan figur dalam sistem demokrasi pun bukan pada kapabilitas dan integritas calon pemimpin. Namun, lebih kepada perhitungan kemenangan yang walaupun pemilihan ini terkadang hanya formalitas saja dan pada akhirnya pemenang sudah ditentukan karena adanya permainan yang dilakukan oleh para elit politik. 

Maka ketika seorang pemimpin diamanahi jabatan yang tidak sesuai dengan keahliannya sudah dapat dipastikan akan banyak terjadi kerusakan. Banyak pemimpin yang tidak amanah, memberikan kebijakan yang menyengsarakan rakyat karena mereka dipilih hanya berdasarkan pada politik uang, siapa yang bermodal besar maka dia lah yang menang. 

Tidak perduli integritas ataupun kapabilitasnya memenuhi atau tidak syarat sebagai pemimpin. Begitu carut marut demokrasi pada sistem sekuler saat ini.Rakyat yang dirugikan sedangkan para elit politik berlomba-lomba meraih kekuasaan demi keuntungan mereka semata.

Sedangkan dalam Islam, menetapkan bahwa kekuasaan itu sebagai amanah. Amanah itu berat, bukan untuk mencari keuntungan semata, karena amanah itu akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Maka seorang pemimpin dalam Islam akan berlaku adil dan tidak menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

Dalam Islam, kekuasaan hanya untuk menerapkan aturan Allah dan Rasulnya, serta mengurusi semua masalah umat. Penguasa akan memberikan jaminan kesehjateraan dan keamanan bagi rakyatnya dalam berbagai aspek kehidupan.

Penguasa dalam Islam tentunya harus mempunyai tiga kriteria: yang pertama, harus mempunyai kekuatan. Uang kedua, ketakwaan kepada Allah SWT, dan yang ketiga adalah lemah lembut terhadap rakyatnya. Inilah kapabilitas dan integritas yang harus dimiliki seorang penguasa.

Karena seorang penguasa mempunyai tugas menjadi pengurus rakyat, dan bertanggung jawab terhadap rakyat nya dengan mewujudkan berbagai jaminan kesehjateraan, perlindungan dan keamanan bagi rakyat dalam segala aspek kehidupan. 

Serta penguasa dalam Islam mampu untuk bisa menyelesaikan berbagai problema kehidupan masyarakat, tentunya dengan berlandaskan kepada syariat Islam. Maka akan terwujud kehidupan yang Allah ridhai, sejahtera, aman dan sentosa, ketika kita bisa menerapkan sistem Islam secara kaffah.

Wallahu a'lam bish shawwab.


Iske Berniati 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar