Topswara.com -- Sempat ramai di media sosial kabar tentang fenomena bocil yang melakukan cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Hal ini tentu sangat mengagetkan.
Menyikapi kabar ini, pihak RSCM buka suara untuk meluruskannya. Konsultan nefrologi anak dari RSCM, dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K), mengatakan bahwa memang ada pasien anak yang menjalani hemodialisis di sana. Tercatat ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM.
Sebanyak 30 di antaranya menjalani hemodialisis rutin, sedangkan yang lainnya datang sebulan sekali. Namun demikian, ia mengatakan bahwa kasus gagal ginjal sendiri tidak mengalami pelonjakan. Hal ini karena pasien anak yang melakukan cuci darah di RSCM bukan hanya dari Jakarta, tetapi juga dari luar Jawa sehingga terlihat banyak jumlahnya.
Sebagaimana diketahui bahwa memang RSCM ini menjadi rujukan nasional yang memiliki layanan khusus cuci darah anak. (health.detik.com, 27/7/2024)
Meskipun disampaikan secara data tidak mengalami peningkatan kasus gagal ginjal, tetapi fakta adanya kasus tersebut pada anak-anak harus menjadi perhatian serius. Kita tentu tidak menginginkan generasi penerus ini terancam kesehatannya.
Lifestyle Tidak Sehat
Gagal ginjal sendiri bisa dipengaruhi oleh pola konsumsi dan gaya hidup. Sering mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman kemasan dalam waktu tertentu bisa memicu terjadinya gagal ginjal. Kandungan bahan-bahan kimia dan kadar gula atau garam yang tinggi dalam makanan bisa menimbulkan efek pada kesehatan di kemudian hari.
Sayangnya, segala yang serba instan ini sangat disukai oleh sebagian masyarakat kita. Bahkan, instan menjadi gaya hidup yang marak di masyarakat. Tak bisa dimungkiri bahwa sajian serba instan sangat menjamur di mana-mana. Dengan tampilan yang menarik dan beragam, makanan dan minuman instan mudah sekali menggaet konsumen.
Anak-anak yang paling suka dengan warna-warni makanan dan minuman yang dijual mulai dari mal hingga warung sebelah rumah. Bermacam rasa dan bentuk yang ditawarkan bisa memenuhi selera calon pembeli anak-anak. Orang tua pun merasa ‘tertolong’ dengan adanya makanan dan minuman instan karena tidak perlu repot-repot atau berlama-lama memasak di dapur.
Selain praktis, makanan dan minuman instan harganya lebih terjangkau. Harga murah inilah yang sering kali menjadi pertimbangan pertama dalam memenuhi kebutuhan pangan. Apa daya, kondisi keuangan yang pas-pasan menyulitkan untuk memenuhi kebutuhan secara layak. Dari pada tidak ada, lebih baik seadanya saja meskipun dengan kualitas yang lebih rendah.
Dari sisi penjual, makanan dan minuman instan juga lebih mudah dan murah dalam membuatnya. Dengan effort dan modal yang kecil bisa memproduksi banyak sehingga cuan yang diharapkan bisa lebih besar. Demi meraup keuntungan berlimpah, orang sering kali mengabaikan banyak hal, termasuk aspek keamanan dan kesehatan.
Dari sini tampak bahwa gaya hidup yang serba instan tidak hanya karena ‘paksaan’ secara ekonomi, tetapi juga karena kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan. Banyak yang kurang memedulikan kandungan dari makanan yang dikonsumsi. Asal makan saja, yang penting senang dan kenyang. Asal buat saja, yang penting manfaat didapat.
Keamanan Pangan Tak Terjamin
Keadaan semacam ini lazim dalam kehidupan yang berasas manfaat. Orang hanya mencari manfaat menurut pemikirannya sendiri. Selama mendatangkan manfaat atau keuntungan bagi dirinya, sesuatu itu akan dilakukan. Pola pikir yang mengedepankan manfaat seperti ini jelas membahayakan kesehatan dan keselamatan.
Inilah kehidupan dalam alam kapitalisme. Manfaat atau materi menjadi tujuan utama. Dalam sistem ini tidak mengenal konsep halal dan thayib seperti yang diatur oleh agama sehingga sulit menjamin keamanan pangan bagi rakyat.
Mindset kapitalisme yang bercokol membuat negara tak menjalankan fungsinya sebagai pelayan rakyat, termasuk dalam urusan pangan. Negara tampak tak serius dalam menjamin pangan yang sehat untuk semua. Makanan dan minuman yang mengandung bahan-bahan berbahaya masih terus beredar di pasaran. Masih banyak makanan yang dijual belum memenuhi standar kesehatan.
Di sisi lain, banyak orang yang tidak bisa mengakses pangan yang aman untuk dikonsumsi. Harga mahal sering menjadi penghalang untuk mendapatkan pangan yang aman/sehat. Banyak yang akhirnya hanya mengisi perut tanpa memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan.
Jaminan Pangan dalam Islam
Dalam Islam, aspek halal dan thayib (baik, sehat) suatu makanan atau minuman, sangat diperhatikan. Islam mensyariatkan muslim untuk mengonsumsi sesuatu yang halal lagi baik. Baik di sini juga mencakup untuk kesehatan.
Negara sebagai pelayan rakyat, harus menjamin keamanan pangan dari segala aspeknya. Tidak hanya memastikan bahwa makanan dan minuman yang beredar pasaran sesuai dengan standar kesehatan, tetapi juga harus halal. Negara membuat regulasi agar industri makanan tidak memproduksi barang-barang yang mengganggu kesehatan.
Negara juga harus menjamin setiap orang bisa mengakses kebutuhan pangan yang aman. Tanggung jawab negara memenuhi kebutuhan pangan rakyat secara tidak langsung. Caranya dengan menjaga agar harga pangan terjangkau bagi seluruh rakyat. Negara juga menyediakan lapangan pekerjaan yang luas sehingga setiap orang mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Peran penting negara tidak hanya menjamin ketersediaan pangan bagi rakyat, tetapi juga menjamin keamanan dan kehalalannya. Edukasi tentang makanan yang halal dan thayib juga senantiasa dilaksanakan sehingga setiap orang menyadari pentingnya. Dengan begitu, halal dan thayib menjadi sebuah kesadaran umum yang dipatuhi bersama.
Semua itu hanya bisa terwujud bila Islam diterapkan secara sempurna. Karena itu, butuh adanya negara yang mau menegakkan aturan Islam dalam segala aspek kehidupan. Hanya negara yang menjalankan Islam secara menyeluruh yang mampu menjamin urusan rakyat terselenggara penuh, mulai dari urusan perut hingga urusan akhirat.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Oleh: Nurcahyani
Aktivis Muslimah
0 Komentar