Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menjadikan Dakwah Poros Hidup

Topswara.com -- Kadangkala kita merasa beban hidup ini terlalu berat. Di tengah kondisi kehidupan jahiliah ini kita, muslim, mesti menikmati kezaliman sistemis. Hidup dalam cekaman sistem kufur kapitalisme tidak hanya menggerogoti akidah dan amal shalih kita namun juga membenamkan kita dalam kemiskinan sistemis. 

Betapa kita harus terus berpikir keras bagaimana caranya bisa bertahan hidup dalam jepitan krisis ekonomi. Mencari kerja atau membuat usaha yang peluang nya namapak makin sempit. 

Disisi lain kita harus menomorsatukan ketaatan kepada Allah. Tidak boleh sama sekali ambil kerja atau usaha yang haram. Sementara tuntutan kebutuhan istri dan anak serta orang tua biasanya makin besar khususnya seiring dengan biaya sekolah anak. Kalau makan minum masih bisa diatur-atur namun jika sudah terkait pendidikan biasanya ketemu jalan buntu. 

Masih ada sisi lain lagi. Sebagai pengemban dakwah maka waktu kita juga harus disetting agar tetap bisa bergerak lincah di medan juang. Jangan sampai fokus hidup kita bergeser pada upaya nyari hidup. Hingga aktifitas dakwah tercecer dengan alasan sibuk. 

Betul-betul pergulatan panjang lahir batin. Pergulatan yang harus kita lakukan dengan full power. Bagaimana kita bisa mengatur semuanya agar berjalan seiring dalam ridha Allah. 

Mungkin ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar pergulatan kita bisa berjalan aman dan selamat dalam ridha Allah SWT:

Pertama, tujuan hidup kita adalah ridha Allah SWT. Sehingga kita wajib menjalani hidup ini sesuai maunya Allah. Bukan maunya kita. Inilah perkara paling pokok. Hidup kita hanya untuk Islam sebagaimana hidupnya Baginda Rasulullah SAW dan para sahabat radhiyallahu anhum. 

Kedua, sehingga, dalam kondisi saat ini, karena hidup kita hanya untuk Islam maka kita wajib menjadikan dakwah sebagai poros hidup kita. 

Ketiga, kepentingan pribadi kita baik keluarga, pekerjaan, bisnis bahkan hobi mesti beredar mengelilingi poros hidup kita yakni dakwah. 

Keempat, kita dalam mencari maisyah, tidak boleh melakukan pekerjaan atau bisnis yang bertentangan dengan posisi kita sebagai pengembangan dakwah. 

Kelima, pekerjaan atau bisnis pada poin 4 ada dua, yakni pekerjaan yang haram maupun pekerjaan yang menghabiskan waktu sehingga tidak bisa berdakwah. Dari sisi waktu jika siangnya kerja maka malamnya dakwah dan sebaliknya. 

Keenam, untuk urusan dunia (yakni gaya hidup seperti tempat tinggal, kendaraan) mencari yang mudah dan sesuai kemampuan. Anak dan istri pun harus diajak bersama dalam hal ini. 

Ketujuh, meyakini sepenuhnya bahwa rezeki itu semata pemberian Allah dan sudah ditentukan di lauh mahfuzh sebelum kita diciptakan. Rezeki tidak akan berubah meski apapun yang kita kerjakan baik halal maupun haram. 

Kedelapan, bersyukur dan bersabar dalam segala hal yang kita Terima dari Allah.

Kesembilan, yakin sepenuhnya bahwa yang Allah tetapkan untuk kita adalah yang terbaik dan bahwa semua ketetapan Allah pasti terjadi. 

Kesepuluh, bertawakal, berserah diri kepada Allah ketika kita sudah menetapkan suatu pekerjaan. Sebelum kita melakukannya. 

Kesebelas, berdoa memohon pertolongan Allah dalam setiap usaha kita. Hasbunallahu wanikmal wakil. 

Wallaahu a'lam. []


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar