Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menggugat Paham-Paham Doktrinal

Topswara.com -- Berbagai kejadian dewasa ini mendewasakan manusia zaman ini baik secara paradigmatik maupun orientatif. Berbagai ideologi yang berkembang dan dianut baik secara individual, kolektif sampai negara diruntuhkan. 

Fenomena Virus Corona (Covid-19) dengan segala konsekuensi dan akibat yang ditimbulkan, sikap Yahudi terhadap tanah dan rakyat Palestina ditambah serangan mereka secara suka-suka terhadap mereka yang dianggap lawan dan tidak terdapat sanksi yang dapat memperkarakan perbuatan yang jelas-jelas melanggar norma yang senantiasa mereka gaungkan. Konsolidasi dan narasi kedamaian diuji sedemikian rupa dihadapan pertaruhan fakta yang kontras berbeda.

Keamanan, kedamaian dan kenyamanan dunia menjelma secara nyata sebagai angan-angan. Setiap orang berfokus pada apa yang menjadi tujuannya. Berbekal niat, berbagai kesempatan untuk malah dianggap "distractor" yang dapat menghalangi seseorang kepada tempat, waktu serta sesuatu yang dituju. 

Standar perbuatan baik meningkat! Pengayoman berupa kelembutan dan kehati-hatian menjadi pertaruhan perbuatan penuh kesungguhan. Bukan semangat "survival of the fittest", ternyata keutamaan perbuatan baik justru dengan menyingkirkan semua ajaran yang telah menjadi doktrin yang dianut banyak orang.

Doktrin apa saja?! Semua doktrin yang berakar pada pemikiran manusia. Akar doktrin ibarat tumbuhan yang tertanam di atas dataran tandus maka tumbuh secara merana. Meski ada saja yang memanfaatkan untuk kepentingannya dan ada juga yang termanfaatkan olehnya, baik doktrin corak lokal, barat sampai yang disebut kearifan timur. 

Para pemangkunya kini perlahan tidak hanya sebatas melakukan autokritik, rapuhnya konstruk pemikiran yang terbangun tersebut diruntuhkan dengan perbuatan dan sikap mereka sendiri. Bagi yang pasif atau kalangan masyarakat yang menonton secara pasif bersikap sekedarnya, sedikit yang mampu berkontribusi atau bersuara.

Paham individualisme, romantisme, sampai etika kepedulian khas perempuan dalam hidup secara bermasyarakat nyatanya tidak dapat menjadi jaminan. Kontribusi sikap dari paham khas doktrinal tersebut sekedar kepentingan sesaat untuk memenuhi hasrat. 

Menjadi persoalan ketika hasrat tersebut menjelma kepentingan yang terorganisir sebab dapat mengancam sampai pada eksistensi orang lain. Meski pada saat yang sama, usaha pengrusakan apa pun jenis akan menjadi merana dan tipu daya menjadi sia-sia belaka.

Kembali kepada akar doktrinal. Materi sekolah dan kuliah juga ruang publik seperti seminar, workshop sampai warung kopi menjadi wadah untuk tumbuh kembang paham-paham doktrinal. 

Artinya, penyebaran doktrin-doktrin tersebut dapat sampai ke mana saja namun orang-orang yang terlibat di dalam ruang publik dengan berbagai bentuknya adalah yang bertanggung jawab terutama terkait persoalan berupa kerusakan-kerusakan dalam kehidupan sosial yang ditimbulkan.

Tindakan di luar narasi kebenaran nyata telah menunujukkan akibatnya. Keuntungan berakar pada kepentingan doktrin-doktrin tersebut memuncak pada berbagai kerusakan yang merugikan seperti perjudian, perzinahan sampai mabuk-mabukan sebagai akibat tidak mampu membendung hasil dari perbuatan khas doktrinal tersebut. 

Perbuatan membuat-buat merupakan hasil dengan segala konsekuensi ajaran bersifat doktrin atau konsepsi manusia tersebut. Tersisa ajaran-ajaran yang merupakan buah narasi kebenaran terencana, tidak termaksud adanya usaha menutupi namun ragam yang terdapat di dalamnya menuntut untuk sikap untuk saling mengenal dan berikutnya bersifat memperkaya atau khazanah kebaikan dan memperteguh narasi kebenaran yang ada.


Oleh: Nazwar, S.Fil. I., M. Phil.
Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar