Topswara.com -- Kabar terkait mahasiswa yang mengakhiri hidupnya kian ramai di berbagai portal berita. Berbagai laporan masuk, terkait mahasiswa yang bunuh diri. Salah satunya mahasiswa salah satu unversitas ternama di wilayah Yogyakarta.
Pihak kampus pun telah membenarkan kabar tersebut. Berbagai usaha telah dilakukan pihak kampus untuk meminimalisir tragedi ini, seperti screening kondisi mental mahasiswa saat mengisi form KRS (kumparan.com, 13-8-2024).
Kabar lain pun tidak kalah mengejutkan. Seorang dokter yang tengah menjalani program pendidikan dokter spesialis diduga mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan obat dengan kadar melebihi ambang batas (cnnindonesia.com, 15-8-2024). Terkait hal tersebut, perundungan yang dilakukan dokter senior pun disebut-sebut menjadi sebab tragedi ini terjadi.
Bogor pun tengah berduka. Dilaporkan terdapat mahasiswa baru yang gantung diri di sebuah penginapan sekitar wilayah kampus IPB, Dramaga (republika.co.id, 9-8-2024). Diketahui mahasiswa tersebut berasal dari Bojonegoro. Terkait penyebab tragedi, hingga kini masih dalam penyidikan pihak kepolisian setempat (republika.co.id, 9-8-2024).
Potret Buram Sistem Pendidikan
Ada apa dengan generasi? Kasus bunuh diri begitu marak terjadi. Berbagai persoalan hidup menimpa, namun sayang solusi cerdas sama sekali tidak mampu tercipta dalam pemikiran generasi saat ini. Kompleksnya masalah yang terjadi menjadikan generasi kian lemah. Baik lemah dalam pola pikir maupun pola sikapnya.
Generasi yang memiliki pola pikir instan hanya menginginkan proses yang cepat tanpa melalui jalan pikir yang cermat. Segalanya diputuskan tergesa-gesa. Generasi tidak mampu menentukan tujuan hidup yang sebenarnya.
Kehilangan arah dan mudah lelah dalam menjalani kehidupan. Pendidikan hanya menuntut nilai materi atau nilai secara kuantitatif dengan mengabaikan kualitas pribadi generasi. Keadaan ini pun kian parah saat nilai iman dan takwa, sangat minim tertanam dalam pemikiran generasi.
Segala bentuk yang kini terjadi sangat berhubungan dengan sistem pendidikan yang kini diterapkan. Sistem pemdidikan sekular, inilah pondasi pendidikan yang kini diterapkan. Pondasi pendidikan yang lemah jauh dari nilai agama. Aturan agama disingkirkan sedemikian jauh hingga melahirkan pemikiran yang lemah terkait masalah kehidupan.
Sistem pendidikan sekular telah gagal membentuk generasi kuat yang tangguh mengarungi kehidupan. Pendidikan sekuler selalu mengutamakan keuntungan materi dan asas manfaat sebagai pondasi kehidupan.
Alhasil, lahirlah generasi lalai yang latah. Lalai menghadapi masalah dan latah, ikut-ikutan berpikir dengan taraf rendah layaknya orang-orang Barat yang ingin instant menyelesaikan masalah. Individu pun tidak mampu berpikir cerdas.
Emosi, keinginan, kepuasan dan hawa nafsu menjadi orientasi yang dijadikan hal utama. Nilai-nilai agama sebagai pengatur kehidupan, sama sekali tidak diajarkan di lingkungan kampus.
Kampus hanya mengutamakan nilai akademik dengan mengesampingkan pembekalan nilai dan aturan agama. Agama hanya diajarkan sekilas saja, itu pun bagi mau mempelajari. Aturan agama hanya digunakan sekilas untuk mengatur ibadah saja. Sementara individu yang bergelimang dengan paham kebebasan, pola pikir dan pola sikapnya makin liar.
Sedangkan konsep adab, akhlak dan aturan agama sebagai ideologi (pandangan hidup) sama sekali tidak diperkenalkan di lingkungan pendidikan. Sikap moral kian habis terkikis. Adab dan akhlak generasi kian memprihatinkan. Akidah makin ditinggalkan. Wajar saja, sistem pendidikan yang rusak ini hanya melahirkan kerusakan dan kehancuran bagi generasi.
Islam Menjaga Kekuatan Generasi
Generasi akan kuat melalui pemahaman dan nilai agama yang sempurna. Hingga mampu melahirkan akhlak dan adab mulia. Salah satu aspek kunci yang mampu menjaga generasi yakni melalui penerapan sistem pendidikan dengan fokus akidah Islam. Konsep pendidikan yang menetapkan Islam sebagai ideologi dan sumber dasar dalam pola pikir dan pola sikap.
Edukasi yang menyeluruh mutlak dibutuhkan untuk mendidik generasi. Agar mampu terbentuk pribadi tangguh berkepribadian Islam yang mampu menghadapi segala bentuk masalah kehidupan.
Pertama, di lingkup keluarga. Keluarga semestinya mampu menjadi madrasatul ula, lembaga pendidikan pertama yang utama yang mampu selalu berkesinambungan dalam membimbing generasi.
Kedua, lingkungan kampus atau lembaga pendidikan, wajib menerapkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai agama secara utuh. Serta menjadikan akidah Islam sebagai satu-satunya konsep standar yang benar.
Segala bentuk kebijakan berkonsep akidah Islam harus ditentukan dengan jelas oleh negara. Dan hanya sistem Islam dalam institusi khalifah yang menjamin terselenggaranya pendidikan yang mampu fokus menjaga generasi secara utuh.
Dalam sistem Islam, negara merupakan satu-satunya institusi yang bertanggung jawab dan memiliki wewenang penuh atas pengurusan seluruh urusan rakyatnya.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya" (HR. Al Bukhari).
Ketiga, sistem sanksi wajib ditetapkan tegas dengan batasan jelas. Setiap pelanggaran yang dilakukan akan dikenai hukuman yang menimbulkan efek jera. Sehingga mampu memutus mata rantai kejahatan di tengah pergaulan, termasuk kejahatan perundungan.
Keempat, negara menjamin terpenuhinya fungsi sistem pengawasan sosial di tengah masyarakat. Masyarakat mampu saling menjaga karena keterikatannya dengan hukum syarak. Semua konsep tersebut hanya mampu optimal terselenggara dalam wadah khilafah. Satu-satunya institusi yang menjaga seluruh urusan umat.
Sistem Islam, satu-satunya sistem yang mampu memuliakan dan menjamin keamanan generasi. Dengannya, terciptalah generasi gemilang harapan peradaban.
Wallahu'alam bisshawab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar