Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kelamnya Dunia Pendidikan Sekuler

Topswara.com -- Tahun ajaran baru sudah dimulai kembali, kini pembelajaran sudah aktif lagi disemua lingkup pendidikan, terutama di lingkup perkuliahan.  

Mahasiswa baru yang sudah melewati berbagai macam seleksi demi bisa melanjutkan pendidikan di Universitas pilihan mereka, sudah pasti berekspektasi bahwa dunia perkuliahan akan seindah yang ada di drama-drama romance yang mereka tonton. 

Namun, ternyata apa yang ditemukan di kampus faktanya tidak seindah yang dibayangkan. Bahkan peristiwa tidak terduga justru baru saja terjadi dalam dunia pendidikan tinggi, walaupun sebenarnya berbagai masalah didunia pendidikan dianggap lumrah.

Seperti peristiwa yang baru-baru ini terjadi di salah satu universitas ternama di Jawa Tengah menggemparkan negeri ini. 
Seorang mahasiswi kedokteran dari Universitas Diponegoro (Undip) diduga melakukan bunuh diri karena perundungan dari seniornya sendiri (BBC News, 17/8/ 2024). 

Beberapa pihak menyanggah kemungkinan bahwa mahasiswi tersebut bunuh diri dan pernah mendapat bullying. Mereka mengatakan bahwa yang disuntikkan oleh mahasiswi itu adalah obat penenang untuk suatu kondisi yang diidap almarhumah. 

Namun, masyarakat masih menduga bahwa tekanan dari lingkungan kampus turut ikut menjadi faktor pendukung kematian mahasiswi tersebut. Hal itu menambah kesan dan bukti kelamnya dunia pendidikan.

Sebenarnya menjadi permakluman bahwa dunia perkuliahan tidak pernah lepas dari kasus perundungan, pergaulan bebas, narkoba, dan lain sebagainya. Sebagai mahasiswa baru yang baru memasuki perkuliahan tentunya akan kaget dengan lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan sekolah mereka sebelumnya, terutama sebagai anak perantauan yang jauh dari rumah. 

Disatu sisi harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman, namun disisi lain mendapatkan tekanan dari senior, ini berpendidikan atau malah sebaliknya?

Terjadinya perundungan di kampus didukung dengan lingkungan sekitar kampus yang tidak sehat. Pergaulan mahasiswa yang makin bebas karena jauh dari pengawasan orang tua menjadi penyebab utama. Mereka sendiri tidak memiliki prinsip dan visi hidup sama sekali, yang membuat mereka makin mudah terbawa arus pemikiran yang sesat. 

Hal tersebut terjadi karena mereka tidak benar-benar dibekali dengan pengetahuan agama. Beberapa kampus menganggap bahwa mata kuliah pendidikan agama hanya sekadar formalitas belaka. Bagi mereka pendidikan agama tidak perlu lagi dijelaskan secara mendetail dan tidak membutuhkan penerapan dalam kehidupan nyata. 

Mereka berprinsip yang penting lulus mata kuliah tersebut maka nilainya aman. Inilah akar permasalahan pendidikan dengan kurikulum yang menjauhkan agama dari kehidupan alias sekularisme.

Ketika pendidikan agama tidak tertanam dalam pemikiran para mahasiswa, ternyata membuat lingkungan pergaulan kampus makin parah. Dalam pemikiran yang dijejalkan pada mahasiswa memunculkan banyak argumen seperti, mahasiswa tentu sudah besar, buat apa perlu dibimbing lagi seperti anak kecil? 

Anggapan itu terlontar saat ada mahasiswa yang melakukan hal-hal tidak lumrah. Mereka berdalih bahwa itu merupakan bentuk kebebasan berekspresi sebagai bagian dari perwujudan hak asasi manusia. 

Seharusnya sebagai mahasiswa yang mengaku sudah dewasa justru mampu memilah dan memilih perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk. 

Jika mahasiswa tersebut seorang muslim, ketika sudah dewasa justru tetap harus ditanamkan nilai-nilai islami. Mahasiswa menjadi harapan bangsa yang akan menghasilkan para intelektual berperadaban maju dan meningkatkan martabat bangsa.

Kembali pada aturan Pencipta
Mahasiswa menjadi tonggak peradaban yang dinantikan oleh umat. Jika mahasiswa berada dalam sistem yang menjauhkan agama maka tidak akan menghasilkan peradaban yang mulia. 

Padahal bangsa ini butuh generasi yang berjiwa pemimpin, tafaquh fiddin, menguasai sain dan teknologi agar mampu mengentaskan negeri ini dari wajah buruk sekularisme. 

Jika sistem sekularisme yang mengasuh mahasiswa maka menjadi wajar kalau perundungan akan tetap terjadi bahkan berkembang biak. Negeri ini membutuhkan perubahan yang fundamental yang dimulai dari sistem pendidikannya dulu kemudian berkesinambungan dengan bidang kehidupan yang lain. 

Solusi untuk permasalahan mengakar ini hanyalah Islam. Agar nantinya akar-akar bobroknya dunia pendidikan yang meracuni sel-sel pendidikan mampu dihentikan secara tuntas. 

Akar yang sudah mendarah daging itu harus segera dicabut jika ingin bidang pendidikan di negara ini semakin maju dan bisa mencetak generasi muda yang lebih unggul.

Dengan Islam, mahasiswa yang sedang beradaptasi di lingkup kampus ini bisa memiliki pegangan dan prinsip. Mereka pastinya tidak akan mudah terbawa arus pertemanan yang membawa dampak buruk. Terlebih lagi mereka akan bertemu dengan teman-teman baru yang berasal dari daerah dan latar belakang yang berbeda-beda. 

Mahasiswa harusnya dibekali dengan ideologi Islam, yang di dalamnya terdapat akidah yang jelas. Akidah islam akan membimbing para mahasiswa dalam menuntut ilmu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. sehingga tidak berbuat seenak sendiri. 

Dengan Islam mereka akan mampu terhindar dari lingkungan yang toxic yang bisa mempengaruhi perilaku dan mental mereka sendiri. Menimba ilmu memang penting, tapi lebih penting lagi jika mulai membekali diri sendiri sendiri dengan ilmu agama. Dipastikan mahasiswa tersebut akan mampu menjaga dirinya sendiri dan tahu cara menghadapi masalah dengan cara yang benar. 

Wallahualam bi shawwab.


Oleh: Farah Fauziah 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar