Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kaya atau Miskin Adalah Perjuangan (Bagian 2)

Topswara.com -- Lalu bagaimana sikap kita jika Allah uji kita dengan miskin? 

Sekali lagi kaya miskin adalah ujian. Kaya dan miskin bukan lah penentu kemuliaan di dunia apalagi di akhirat. Kita harus buang jauh-jauh pola pikir kufur kapitalis yang telah menyembah dunia. 

Maka sikap kita yang diuji dengan kemiskinan kurang lebihnya adalah:

Pertama, tetap bersyukur kepada Allah karena ni'mat Allah tetap saja tak mungkin kita menghitung nya. Nikmat sehat, nikmat ilmu, nikmat keluarga yang shalih shalihah, nikmat dimuliakan menjadi pejuang Islam.

Kedua, berbaik sangka kepada Allah bahwa qadha Allah adalah yang terbaik untuk kita. 

Ketiga, sabar dalam menghadapi segala problem hidup. Jangan sampai kita menghinakan diri dengan menyimpang dari kebenaran karena miskin. Jadilah kita orang miskin yang mulia di dunia dan akhirat. 

Keempat, jangan sampai minder karena miskin. Kita mulia jika taat dan hina jika maksiat. Saat kita tampil sebagai pengembangan dakwah makan kita ini orang orang yang dimuliakan Allah. Kita harus berupaya menjadi yang terbaik saat mengemban amanah. Jangan sampai enggak maksimal karena minder sebab miskin. 

Kelima, tetap berupaya bekerja dan berusaha yang halal. Jangan sekali kali putus asa. Allah hanya hendak membuat kita menyungkur sujud mohon ampun dan pertolongan dengan ujian ini. Bukan tunduk kepada manusia. 

Keenam, jangan hinakan kita di hadapan musuh musuh Allah. Jangan kita menampakkan kelemahan karena kita miskin. Mereka akan bangga dan merasa menang jika bisa merendahkan perjuangan kita sebab kita miskin. Allahu Akbar. 

Ketujuh, kita harus mengatur hidup kita secara tetap sesuai kadar kemampuan kita. Jangan sampai kita bergaya hidup diluar kemampuan kita. Kondisikan bersama keluarga bagaimana kita harus menetapkan standar makan, minum, memilih tempat tinggal, memilih sekolah anak, memilih gadget, memilih kendaraan dll. Apa yang kita mampu. 

Kedelapan, jangan lah kita menjadi peminta minta. Pelihara lah diri kita sebagai para pejuang. Hanya jika sangat mendesak maka kita bisa sampaikan kebutuhan kita kepada sahabat perjuangan yang tepat. Bisa memberikan solusi dan amanah. Jangan sampai aib kita tersebar tanpa solusi. 

Kesembilan, jangan biasakan berutang. Meski halal namun kebiasaan berutang akan membuat hidup kita sempit. 

Kesepuluh, jika berutang catatlah. Jika berjanji membayar upayakan lah. Jika tidak mampu menepati janji maka sampaikan maaf bahwa kita belum bisa membayar. 

Kesebelas, jika ada uluran tangan dari sahabat perjuangan yang kaya untuk membantu kebutuhan kita maka terimalah dengan syukur. Jangan menolak jika ada bantuan tulus yang memang kita perlukan. 

Keduabelas, tetaplah bahwa dakwah itu poros hidup kita. Maka meskipun kita miskin tetaplah kita ini pejuang yang tangguh.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اثْنَتَانِ يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدَمَ الْمَوْتُ وَالْمَوْتُ خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ مِنَ الْفِتْنَةِ وَيَكْرَهُ قِلَّةَ الْمَالِ وَقِلَّةُ الْمَالِ أَقُلُّ لِلْحِسَابِ

“Dua hal yang tidak disukai oleh manusia: kematian, padahal kematian itu baik bagi muslim tatkala fitnah melanda, dan yang tidak disukai pula adalah sedikit harta, padahal sedikit harta akan menyebabkan manusia mudah dihisab (pada hari kiamat)” (HR. Ahmad 5: 427. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid)

Allahu Akbar!


Ustaz Abu Zaid 
Ulama Aswaja 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar