Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Indonesia Juara Pengangguran, Solusi Islam kok Diabaikan?

Topswara.com -- Pengangguran di Indonesia tergolong cukup tinggi yaitu mencapai angka 5,2 persen, sehingga memposisikan Indonesia berada di peringkat pertama di Asia Tenggara (Asean). Filipina berada di posisi kedua yakni 5,1 persen, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9 persen, Malaysia 3,52 persen, Vietnam 2,1 persen, Singapura 1,9 persen, kemudian Thailand 1,1 persen. (Dilansir dari CNN Indonesia, 19 Juli 2024)
 
Istilah pengangguran sering disematkan kepada orang yang tidak memiliki pekerjaan atau angkatan kerja usia produktif yang sedang mencari pekerjaan. Apabila jumlah pengangguran di suatu negara tinggi, itu akan menimbulkan masalah. 

Hal ini menandakan bahwa kurang seriusnya pemerintah dalam menanggapi masalah tingginya angka pengangguran yang disebabkan penyerapan tenaga kerja di negara ini tidak maksimal, jumlah tenaga kerja lebih banyak dari pada jumlah lapangan kerja yang tersedia.

Kebijakan Salah Strategi

Meningkatnya angka pengangguran menunjukkan kegagalan negara menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya bagi rakyat. Penanganan masalah pengangguran tidak cukup hanya dengan memperbaiki kurikulum pada sektor pendidikan, memberikan pelatihan-pelatihan, peningkatan program vokasi, dan lain sebagainya.  

Kemungkinan negara sudah berupaya menekan tingginya angka penganguran. Namun adanya kebijakan yang salah strategi sehingga menciptakan deindustrialisasi. Lulusan SMK, sarjana tidak lagi terserap dalam dunia kerja karena pemerintah lebih mengutamakan menerima Tenaga Kerja Asing (TKA) yang dianggap lebih siap dibanding tenaga lokal. 

Kapitalisasi Sumber Daya Alam

Seluruh negara sepakat bahwa negeri Indonesia adalah negeri yang kaya, melimpah ruah sumber daya alamnya. Mulai dari hutan, hasil laut, tambang gas, nikel, batu bara, emas, perak dan lain sebagainya. 

Namun, ironisnya kekayaan tersebut tak mampu membuat rakyatnya sejahterah. Kemiskinan masih merajalela, pengangguran merata, negara kaya tetapi sering melakukan impor, utang terus bertambah, dan sebagainya.

Mengapa semua ini bisa terjadi?, jawabannya jelas karena salah dalam mengelola sumber daya alam (SDA). Seharusnya negara yang mengelola SDA dan hasilnya dikembalikan pada rakyat, bukan malah negara berlepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya kepada swasta.

Inilah yang terjadi jika negara menerapkan sistem sekuler kapitalis, negara tidak akan mampu memandirikan bangsanya, walaupun sejatinya negeri ini sangat kaya. 

Dalam sistem sekularisme kapitalisme mejadikan sumber daya alam sebagai objek untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, untuk kesenangan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan. Negara dalam cengkraman sistem ini memberikan kebebasan bagi pemilik modal untuk mengelola SDA untuk dijadikan sebagai ladang bisnis.

Peran negara sangat lemah yaitu hanya sebatas regulator. Sehingga tak heran banyak sekali dampak yang timbul akibat dari kesalahan pengelolaan SDA dalam sistem kapitalis karena asasnya pun salah. 

Islam Memberi Solusi

Islam bukan hanya sekedar ibadah ritual, Islam juga merupakan cara pandang sekaligus penunjuk arah. Maka dari itu Islam mampu memberikan solusi hingga ke akar masalah. 

Islam berbeda dengan sistem sekuler kapitalis. Islam berpandangan bahwa pemimpin atau negara menempatkan diri sebagai pengurus (ra'in). Seorang pemimpin akan bersungguh-sungguh dalam mengurusi rakyatnya dengan menerapkan syariat Islam sebagai tuntunan kehidupan. 

Islam mewajibkan bagi laki-laki untuk bekerja. Maka negara wajib menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya dengan suasana yang kondusif bagi masyarakat untuk berusaha. Dengan cara membuka akses luas kepada sumber-sumber ekonomi yang halal, membuka sektor-sektor yang potensinya sangat besar, misalnya : pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, industri dan sejenisnya.

Selain membuka lapangan kerja seluas-luasnya, negara memberi bantuan berupa modal dan memberikan keahlian berupa pelatihan kepada rakyat yang membutuhkan. Bahkan, bagi masyarakat yang lemah atau tidak mampu untuk bekerja negara memberikan jaminan berupa santunan.

Negara juga memberikan kemudahan fasilitas publik secara gratis, sehingga apa pun jenis pekerjaannya tidak menghalangi mereka untuk tetap memenuhi kebutuhan dasar. 

Khilafah akan senantiasa menjalankan mekanisme praktis dalam upaya pemerataan ekonomi dan kesejahteraan hingga memberantas pengangguran, dengan penerapan sistem ekonomi Islam.

MaasyaAllah, begitu detailnya Islam dalam memberikan solusi. Tidak rindukah kita pada penerapan Islam secara kaffah, yang pernah berjaya selama kurang lebih 13 abad ?

Dengan penuh harapan kualitas sumber daya manusia meningkat. Tidak hanya meningkat kualitas IPTEK tetapi juga kualitas IMTAQ (iman dan takwa), menjadikan individu yang berkepribadian Islam. 

Wallahu'alam bi ash-shawab.


Ning Hari W.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar