Topswara.com -- Muslimah Media Hub (MMH) memaparkan bahwa ilmu tidak dapat digapai dengan mengistirahatkan pikiran dan badan.
"Seorang Mujtahid besar abad ini Syekh Taqiyyudin an-Nabhani pernah memberikan sebuah komentar tentang ilmu. Beliau mengatakan ilmu tidak dapat digapai dengan mengistirahatkan pikiran dan badan," ujarnya di kanal YouTube Muslimah Media Hub: Malas Menuntut Ilmu, Sudahkah Jadi Musuh Pengemban Dakwah?, Selasa (13/8/2024).
Pernyataan tersebut, lanjutnya merupakan gambaran tentang seorang ulama yang sangat memahami pentingnya menuntut ilmu dengan penuh kesungguhan. Mengkaji ilmu Islam, akan mengantarkan pelakunya memahami jalan menuju surga dan hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan alakadarnya, tetapi butuh niat yang tulus, kesungguhan dan perjuangan dalam mendalami, menyelami hingga Islam menancap sebagai metode berpikir seorang Mukmin.
"Ketika Islam telah menjadi metode berpikirnya, maka tingkah lakunya akan selalu berjalan di rel kebenaran. Karena itu, menuntut ilmu Islam butuh perjuangan bahkan pengorbanan. Syekh Taqiyyudin an-Nabhani telah memberi teladan terbaik bagi umat hari ini bagaimana perjalanan beliau di dalam menuntut ilmu Islam," ungkapnya
MMH membeberkan, bagaimana SyekhTaqiyyudin an-Nabhani menggunakan waktu-waktu terbaiknya untuk mengikuti halaqah-halaqah para masyaikh di kampusnya. Bahkan mengisi waktunya dengan membaca berbagai kitab ulama di maktabah (perpustakaan) kampus beliau menuntut ilmu. Syekh Taqiyuddin memaksimalkan kesempatan menuntut ilmu hingga batas maksimal. Tidak terlihat dia melakukan korupsi waktu, meski sangat sedikit untuk kegiatan lain jika sudah waktunya menuntut ilmu.
"Dia pantang meninggalkan menuntut ilmu karena urusan lain. Jangankan untuk pikiran dan tenaga terbaiknya, untuk sisanya pun beliau maksimalkan untuk memenuhi jadwal belajar Islam. Semua itulah yang membuatnya akhirnya mampu mendefinisikan ilmu itu ke dalam amal perbuatan. Ilmu yang dia pelajari semuanya di dalam rangka untuk menyempurnakan amal. Maka kita ketahui bersama bahwa dia mampu memetakan metode dakwah Rasulullah dengan sangat cemerlang. Kemudian juga melaksanakan metode tersebut dalam menjalankan dakwah bersama kelompok dakwah Islam ideologis yang beliau bentuk," jelasnya.
Lalu MMH menanyakan, bagaimana dengan para pengemban dakwah saat ini, sudahkah mereka memanfaatkan waktu, tenaga dan pikiran terbaiknya untuk menuntut ilmu Islam kemudian beramal dengan ilmu tersebut atau justru ketika memasuki jadwal menuntut ilmu mereka masih mengambil toleransi untuk melakukan urusan lain atau mungkin istirahat masih menjadi alasan vulgar untuk menutupi kemalasan di dalam menuntut ilmu.
"Jika menuntut ilmu saja malas, bagaimana dengan beramal dengan ilmu tersebut? Tentu saja hal tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang pengemban dakwah dalam menjalankan kewajiban kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala baik menurut ilmu, shalat hingga berdakwah tidak boleh diiringi dengan rasa malas," tegasnya
MMH menyarankan bahwa pengemban dakwah seharusnya menghilangkan penyakit malas dalam dirinya. Hidup adalah untuk beribadah dan meraih ridha Allah dan tidak boleh ada kata malas dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
"Maka patut direnungkan oleh para pengemban dakwah. Mungkinkah kemenangan dakwah akan diberikan kepada kaum yang enggan di dalam menuntut ilmu Islam dan enggan beramal dakwah? pungkasnya.[] Nabila Zidane
0 Komentar