Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Himpitan Ekonomi Membuat Naluri Keibuan Tergadai

Topswara.com -- Tidak ada harimau memakan anaknya artinya setiap orang tua pasti menyayangi buah hatinya dan tidak ada yang ingin mencelakai anaknya. Tetapi ternyata peribahasa ini tidak berlaku untuk kasus viral yang terjadi di Medan. Seorang ibu dengan tega menjual buah hatinya sendiri kepada orang lain.

Berawal dari laporan masyarakat kepada aparat, maka Satreskim Polrestabes Medan berhasil meringkus empat perempuan yang terlibat jual beli bayi seharga Rp. 20 Juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Bayi yang baru lahir pada tanggal 6 Agustus 2024 di Rumah Sakit Percut Seituan.

Petugas melakukan penyelidikan kemudian berhasil mendapati MT (55th) yang menggendong bayi, akan menemui Yu (56th) dan NJ (40th) untuk menyerahkan bayi dari sang ibu kandung, SS (27th). Keempat tersangka dikenakan sanksi sesuai dengan Undang-undang No 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. (Metro.tempo.co. 16/08/2024)

Penyebab utama kasus penjualan bayi ini karena faktor ekonomi. Kemiskinan yang mendominasi, takut tidak bisa membiayai masa depan sang bayi kelak akhirnya naluri keibuanpun untuk menyayangi dan membersamai dalam tumbuh kembangnya seolah-olah musnah, tergiur dengan nominal yang telah ditawarkan sejak sang bayi masih dalam kandungan.

Momen indah yang dirasakan menjadi calon ibu, kenikmatan saat mengandung dan prosesi melahirkan yang mana nyawa ibu sebagai taruhan untuk mengeluarkan sang bayi, tetapi semua rasa itu raib terkalahkan saat menerima deretan angka rupiah.

Himpitan ekonomi semacam ini mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri keibuan. Terlebih bila supporting system juga tidak berjalan. Suami adalah supporting system terbaik untuk seorang istri. 

Apalah mau dikata, saat ini para suami sedang berada dalam kondisi yang terpuruk juga. Maraknya kasus PHK, sulitnya lapangan pekerjaan untuk kaum pria, khususnya untuk yang sudah menjadi ayah. Memperparah kondisi ekonomi keluarga. 

Kemiskinan merajalela memberikan andil kasus ini terjadi dan terjadi kembali. Harga sembako, pajak, BBM yang selalu merangkak naik, hal ini semakin memperparah luka masyarakat. 

Tetapi di sisi lain, ada beberapa kalangan yang menjadikan tradisi untuk memamerkan kehidupannya yang kaya raya. Sungguh miris, kalangan masyarakat saat ini sudah terjangkit penyakit individualistis. 

Ini sedikit gambaran kelam hidup dalam naungan sistem sekularisme kapitalisme menyebabkan fungsi seorang ibu menjadi luluh lantah. Uang menjadi tujuan utama demi memenuhi kebutuhan hidup. 

Kondisi iman dan mental yang lemah, tidak ada rasa bersalah apalagi merasa dosa karena memang sudah sejak dini terbiasa semua perilaku tidak dihubungkan dengan aturan agama.

Abainya fungsi negara dalam menjamin kesejahteraan termasuk penyediaan lapangan kerja bagi rakyat. Kesenjangan lapangan pekerjaan antara perempuan dan laki-laki, untuk perempuan sangat mudah berbeda dengan nasib laki-laki. 

Dalam sistem kapitalisme kaum hawa lebih bisa dieksploitasi dan lebih memberikan keuntungan. Hal ini erat dengan sistem ekonomi yang diterapkan saat ini. 

Di sisi lain, mencerminkan gagalnya sistem pendidikan membentuk pribadi yang takwa. Orientasi pendidikan saat ini hanya untuk menghasilkan nilai tinggi tanpa adanya penanaman karakter agama yang kuat. 

Berbeda dengan Islam, Islam menjadikan negara wajib mewujudkan kesejahteraan individu per individu. Negara hadir untuk melayani dan mengurusi kebutuhan rakyat, melindungi kaum yang lemah dan mencegah terjadinya kezaliman dengan penerapan aturan Islam yang komprehensif, sesuai dengan hadis Rasulullah, "Imam (khalifah) adalah raa'in dan penanggung jawab urusan rakyatnya." (HR. Al- Bukhari).

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam, yaitu membentuk pola pikir dan pola sikap islami sejak dini. Ini menjadi sebuah keharusan karena akidah Islam adalah dasar kehidupan setiap muslim sebagai landasan untuk berpikir dan bertindak, maka akan menghasilkan kepribadian yang luhur dan mulia.

Islam juga memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal, baik secara individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Dalam mengakses media sosial juga negara berperan mendukung terbentuknya keimanan. Semua konten-konten yang berbahaya akan diblokir.

Sehingga dengan penerapan Islam kafah akan mewujudkan optimalnya fungsi keluarga terutama peran seorang ibu akan terjaga naluri keibuannya.

Wallahu'alam bishawab.


Oleh: Irma Legendasari 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar