Topswara.com -- Sungguh miris, tahun ini Hari Anak Nasional diperingati seiring persoalan anak yang tak kunjung reda bahkan semakin memprihatinkan. Arahan dari Pak Jokowi tentang peringatan Hari Anak Nasional ke 40 tahun ini yang puncaknya akan berlangsung di Papua tampak seperti pesta seremonial belaka.
Persoalan yang melibatkan anak sebagai pelaku aktif beberapa tindak kriminal seperti judi online atau asusila pembuatan video porno sangat menyesakkan dada. Menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), sepanjang tahun ini sudah ada 1.160 anak telah terlibat dalam praktik judi online. Angka yang menyentuh ribuan ini pastinya bukan sebuah prestasi tapi kepiluan generasi.
Tindak asusila tak kalah menghenyakkan. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati, mengungkapkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, Indonesia berada dalam situasi darurat pornografi.
Sungguh miris sekali. Dari sekian permasalahan yang serius menimpa anak Indonesia, pemerintah terlihat kurang bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan masalah. Solusi yang ditawarkan tidak sampai menyentuh akar permasalahan.
Keluarga yang seharusnya jadi pondasi pertama dan utama bagi anak pun semakin lemah. Orang tua yang kurang memberikan bekal keimanan kepada anak menjadikan mereka tumbuh tanpa pegangan agama yang kokoh.
Banyak orang tua yang memasrahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah padahal di era sekarang lembaga pendidikan kurang menanamkan nilai-nilai agama bahkan cenderung mencetak generasi yang jauh dr keimanan bahkan sekuler.
Dalam pandangan Islam, anak merupakan aset peradaban. Maka negara harus menjamin pemenuhan kebutuhan anak terpenuhi secara optimal baik secara fisik maupun pemikiran. Tidak ada alasan negara untuk tidak serius bahkan lalai dalam melindungi penerus peradaban.
Negara harus mewujudkan peran dan fungsi keluarga yang optimal dalam pendidikan anak. Maka, sistem pendidikan berasaskan Islam harusnya diterapkan oleh negara agar menghasilkan generasi berkepribadian Islam.
Karena penerapan sistem Islam secara utuh yang akan menyelesaikan permasalahan anak secara tuntas. Di mana nilai-nilai ketakwaan akan selalu terjaga dan tentu saja permasalahan yang menyangkut anak dapat teratasi maksimal. []
Oleh: Imro'atun Dwi P., S.Pd.
(Pengajar TPA dan Pemerhati Generasi)
0 Komentar