Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HAN, Pemerintah Kurang Sungguh-Sungguh

Topswara.com -- Dibulan Juli peringatan hari anak nasional yang ke 40 dilaksanakan kembali, setelah rangkaian acara dilakukan di Jakarta pada 18 Juli 2024, selanjutnya digelar pula di Jayapura, Papua, Selasa (23/7/2024). Dengan tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju". 

Papua memang dipilih sebagai lokasi pelaksanaan sekanjutnya yang dimaksudkan agar kemeriahan perayaan hari anak nasional juga dapat dirasakan oleh anak-anak di daerah terpencil dan terluar Indonesia, Komaps.com.(18/7/2024).

Adanya berbagai macam aturan dan perundang-undangan nyatanya belum mampu melindungi anak. Lalu apa manfaat dari acara seremonial tersebut?

Hal ini dikarenakan walaupun keberadaan hari peringatan anak sudah dilaksanakan setiap tahunnya nyatanya tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapkan pada anak, bahkan makin bertambah permasalahan terhadap anak setiap tahunnya hal ini dibuktikan dengan banyaknya anak terpapar judi online dengan angka 197 ribu tempo.co (27/7/2024).

Banyak anak juga mengalami kasus kekerasan dari data per tanggal 1 Januari 2024 saja BPS telah mencatat hingga hari ini angka kasus kekerasan mencapai 13.858 kasus, dengan rincian 2.993 korban laki-laki dan 12.028 adalah korban perempuan. 

Tidak hanya itu, nyatanya angka stunting Indonesia yang masih tinggi. Solusi yang dilakukan pemerintah nyatanya tidak menyentuh akar masalah sehingga problem anak kian meninggi bukan melandai sesuai dengan harapan.

Adanya kesalahan dalam pemberian solusi pada permasalahan anak ini membuktikan bahwa kurangnya kesungguhan pemerintah dalam mengatasi masalah pada anak. 

Dalam sistem kehidupan yang hari ini dilaksanakan pemerintah yaitu dengan sistem kapitalisme sekulerisme pemerintah lebih fokus untuk pembangunan proyek daripada pembangunan manusia.

Karena memang dalam sistem kapitalisme sekulerisme, pemerintah hanya sebagai fasilitator bagi rakyatnya sehingga suatu hal yang wajar jika sumber daya manusianya sangat kurang dari kata sejahtera. 

Dari sisi ekonomi, orang tua fokus mencari uang sehingga sehingga perannya tidak mampu optimal untuk mengurus anak, hingga sulitnya kehidupan anak dengan bermacam masalahnya yang tidak kunjung selesai.

Kemudian dalam sistem pendidikan hari ini justru membentuk generasi yang mindsetnya adalah bagaimana menggerakkaan ekonomi saja. Alhasil, yang dirasa kehidupan dari hari ke hari semakin gagal dari kata sejahtera. 

Hal ini tentu berbeda dengan solusi yang dihadirkan di dalam Islam. Dalam pandangannya Islam sangat menganggap penting keberadaan anak sebagai generasi penerus peradaban, karena itu kewajiban negara menjamin pemenuhan kebutuhan anak. 

Di dalam Islam pemenuhan kebutuhan diwujudkan dengan berdirinya negara yang menerapkan Islam dalam berbagai aturannya yaitu khilafah Islamiyah.

Sistem inilah yang mampu membuat sistem pendidikan, social, ekonomi dan bahkan pensuasanaan agar mampu untuk menyelamatkan kehidupan anak sebagai generasi selanjutnya yang memiliki kepribadian kuat, unggul, cerdas, dapat memecahkan masalah-masalah kehidupannya pribadi hingga menyumbangkan keilmuannya untuk masyarakat dan negara.

Dengan adanya sistem Islam (khilafah) inilah negara yang mewujudkan fungsi dan peran keluarga sesungguhnya, yaitu dengan keoptimalannya dalam mendidik anak. 

Karena disangga oleh ekonomi Islam dalam pengaturannya yang memudahkan para kepala keluarga mendapatkan lapangan pekerjaan yang upahnya layak, adanya baitul mal yang selalu mensuport sekolah-sekolah gratis atau minimal sangat murah agar anak-anak mampu untuk bersekolah. 

Tidak hanya itu selain pendidikan, kesehatanpun akan diberikan dengan cuma-cuma untuk masyarakat karena dalam Islam pemerintah bertanggung jawab atas pelayanan dan pemberi fasilitas seluruh rakyatnya. 

Khilafah Islam juga akan memberi pengamanan untuk anak lewat sistem sosialnya seperti yang telah ada dalam rambu-rambu syariat mulai dari pembatasan interaksi laki-laki dan perempuan, pembatasan sosial media sebagai pensuasanaan yang dapat mendorong perilaku dan kebiasaan anak agar semakin membentuk generasi untuk memiliki kepribadian Islam.

Wallahualam bisawab.


Oleh: Wilda Nusva Lilasari, S.M.
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar