Topswara.com -- Jaminan kesehatan mental masih menjadi impian di negeri ini. Banyak ditemui seseorang yang terlihat baik-baik saja namun nyatanya menyimpan permasalahan hidup yang sangat pelik.
Terbaru berita mengejutkan dari seorang mahasiswi PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Anestesi Undip yang ditemukan meninggal dan diduga kuat mengalami bullying selama menempuh pendidikan.
Sampai saat ini masih akan didalami apakah korban meninggal karena bunuh diri ataukah karena sakit yang diderita sebagaimana keterangan dari pihak keluarga.
Mahasiswa yang dinilai sebagai kaum intelektual, nyatanya masih dikepung dengan berbagai problem hidup. Jika ditelusuri, terdapat banyak kasus bunuh diri pada mahasiswa.
Diantaranya pertama, EN (24), mahasiswa semester 11 Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, pada 11 Oktober 2023 diduga karena persoalan keuangan dan utang pinjol. Selain EN, sejak tahun 2018 ada lima mahasiswa lainnya di lingkungan kampus Semarang yang juga meninggal diduga karena bunuh diri. (Jawapos.com, 17 Agustus 2024).
Kedua, sejak tahun 2015 di kampus IPB Bogor setidaknya ada lima mahasiswa yang meninggal diduga karena bunuh diri. Ketiga, seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meninggal bunuh diri di kamar indekosnya di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, pada Senin 12 Agustus 2024.
Inilah bukti catatan kelam kehidupan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Ketika para mahasiswa ini mengalami problem hidup baik karena masalah keuangan, asmara, bullying, tekanan keluarga dan sebagainya, mereka lebih memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya.
Nampak jelas bahwa sistem pendidikan sekuler telah gagal membentuk kepribadian generasi yang beriman kepada Allah Ta'ala, sehat mentalnya, dan mempunyai sikap optimisme yang tinggi.
Wajar ini terjadi, karena sekulerisme tidak akan menjadikan agama sebagai tuntunan bagi manusia. Sekulerisme menjauhkan generasi dari sikap tawakal kepada Sang Pencipta.
Padahal manusia dengan berbagai latar belakang pasti mempunyai sifat lemah, terbatas, dan butuh kepada Penciptanya. Saat kebutuhan untuk beragama ini tidak dipenuhi, maka akan lahir manusia yang mudah putus asa lantas mengambil jalan pintas.
Sungguh miris sekali, karena para mahasiswa adalah kalangan intelektual dimana di tangan merekalah estafet peradaban akan berlanjut. Namun jika generasi mudanya justru berada dalam jeratan problem dan mental yang sakit, lalu bagaimanakah masa depan bangsa ini?
Islam Sebagai Solusi
Dalam surah Taha ayat 2 Allah Ta'ala berfirman yang artinya : "Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah"
Allah Ta'ala Zat Yang Maha Sempurna telah memberikan pengaturan yang lengkap untuk manusia. Melalui kepemimpinan seorang khalifah yang mempunyai amanah sebagai pelindung umat, salah satunya memberikan jaminan kesehatan mental dan terpenuhinya kebutuhan setiap individu di tengah-tengah masyarakat.
Karena itulah dalam Islam ada politik ekonomi yang diantaranya mengatur tata kelola SDA yang melimpah, agar hasilnya untuk kemaslahatan masyarakat. Baik untuk jaminan pendidikan, kesehatan, keamanan dan lainnya. Sehingga tidak ada ceritanya dalam sistem Islam, seorang mahasiswa kebingungan mencari dana untuk kuliah misalnya hingga harus terjerat utang pinjol.
Dalam ranah sosial, hubungan antar individupun diatur dengan khas melalui syariah Islam. Sehingga kepribadian yang lahir dalam pembinaan Islam kaffah adalah individu yang berakhlaq mulia, menghormati yang lebih tua (senior) dan menyayangi yang lebih muda (yunior).
Dan ini bisa kita buktikan dengan melihat kembali dalam sejarah peradaban Islam dimana tidak pernah ada kasus bullying di dunia pendidikan yang berlangsung bertahun-tahun seperti maraknya kasus bullying dalam sistem sekuler saat ini.
Dalam sistem Islam, masyarakatnya tumbuh menjadi masyarakat yang berempati tinggi dan tidak punya rasa egoisme dan individualisme seperti saat ini. Ikatan akidah bahwa muslim itu bersaudara, menjadi atmosfer yang lumrah dalam kehidupan Islam.
Sehingga tidak lahir generasi yang mudah stress dan depresi karena tidak mempunyai tempat untuk mencurahkan keluh kesahnya.
Bagaimana dengan media? Dalam Islam media berperan vital untuk menyebarkan informasi yang membuat kecintaan kepada Allah dan Rasulullah makin kuat. Tiap individu di dalam masyarakat akan menerima berbagai informasi yang baik, mencerdaskan dan menenangkan hati. Bukan media yang seperti saat ini, dimana isinya penuh dengan keburukan, kata-kata julid, hoaks dan konten unfaedah.
Jika masih ada individu yang sakit mentalnya, maka Islam akan menyediakan Rumah Sakit yang menangani masalah kejiwaan atau mental. Sebagaimana kita lihat dalam sejarah kegemilangan Islam, dimana negara mempunyai dua macam RS, yaitu RS yang menangani masalah fisik dan RS yang menangani masalah kesehatan mental.
Sedangkan untuk pelaku bullying baik verbal atau fisik, maka Islam mempunyai sanksi adil dan tegas untuk para pelakunya. Sehingga ini bisa membuat efek jera pada para pelaku kejahatan bullying. Semoga Allah tunjukkan pada kita semua hidayah kebenaran Islam.
Oleh: Dahlia Kumalasari
Pendidik
0 Komentar