Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Cara Islam Mencegah Kekerasan pada Anak

Topswara.com -- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Kemenko PMK) menyebut kasus kekerasan di instansi pendidikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat pelanggaran terhadap perlindungan anak di sektor pendidikan meningkat 10 persen dari tahun 2022 ke 2023. 

Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat sepanjang 2021 hingga 202 terdapat 117 kasus kekerasan seksual, 70 kasus perundungan, dan 28 kasus intoleransi yang sudah tertangani. 

Dengan maraknya kasus tersebut, Kemenko PMK mendorong pemerintah daerah segera membentuk satuan tugas atau satgas terpadu penanganan kekerasan di satuan pendidikan. 

Satgas tersebus bisa terdiri atas institusi kantor wilayah kementerian agama, dinas pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dewan pendidikan, lembaga satuan pendidikan, kepolisian, dan kejaksaan yang tergabung dalam satu wadah.

Kemenko PMK merekomendasikan adanya layanan atau aplikasi pengaduan terpadu satu pintu antara pemerintah pusat dan daerah. Layanan itu bisa berupa website atau media sosial sehingga masyarakat tidak bingung untuk melapor (tempo.co, 17/8/2024).

Mengetahui fakta di atas, tentunya kita merasa sangat miris dan sedih dengan maraknya kasus kekerasan anak yang masih terjadi bahkan angkanya semakin tinggi dari tahun ke tahun.

Padahal, kita semua pasti mengharapkan hal yang sama, yaitu anak-anak mendapatkan lingkungan pendidikan yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman untuk mereka. Sehingga, tumbuh kembang anak pun dapat maksimal.

Perlu diketahui maraknya kasus kekerasan terhadap anak di negeri ini tidak lepas dari penerapan sistem kehidupan kapitalisme sekuler. Paham ini melahirkan liberalisme yang mengagungkan kebebasan termasuk kebebasan bertingkah laku. 

Parahnya lagi, paham ini dimasukkan di dalam kurikulum pendidikan. Sehingga, wajar ketika peserta didik yang tercetak pun menjadi individu yang liberal sekuler serba bebas serta senantiasa dipimpin oleh hawa nafsunya dalam segala perbuatan. Artinya, mereka sudah tidak mempedulikan halal dan haram.

Dampaknya, pemikiran salah tersebut memberikan andil bagi maraknya kasus kekerasan di negeri ini, termasuk di lingkungan sekolah. Anak-anak hari ini pun dapat dikatakan tumbuh dengan kurikulum pendidikan sekuler yang tidak mengedepankan penanaman kepribadian Islam. 

Sehingga, meskipun ada anak-anak yang sekolah di madrasah sekalipun, namun kurikulumnya juga sekuler. Alhasil, lahirlah generasi sekuler yang tidak mengenal agamanya sendiri, padahal Ia Muslim sejak lahir.

Anak-anak hasil didikan sekularisme ini akan cenderung berbuat semaunya, karena tidak adanya agama yang menuntun perilaku mereka. Mereka melakukan kekerasan, perundungan, tawuran, dan kenakalan remaja lainnya karena mereka tidak mengenal halal dan haram. 

Mereka tidak bisa membedakan dan menyadari bahwa kekerasan itu adalah hal yang haram dan berdosa. Ditambah lagi dengan menancapkannya pemahaman liberal, seperti kebebasan perilaku yang membuat mereka menjadi serba boleh. Sehingga, kekerasan pun dianggap sebagai hal biasa terjadi. 

Selain itu, pendidikan sekuler juga berdampak pada banyaknya orang tua dan calon orang tua yang tidak memahami bagaimana cara mendidik anak agar terbentuk kepribadian Islam dalam diri anak. 

Apalagi, jika kita lihat fenomena saat ini sebagian besar para ibu yang merupakan pendidik generasi mengabaikan perannya dengan alasan bekerja atau bahkan mengejar karir di dunia kerja. Lantas, bagaimana solusinya agar tidak terjadi kekerasan kepada anak? 

Butuh Sistem Islam

Kekerasan pada anak akan bisa terselesaikan secara komprehensif hanya melalui penerapan sistem kehidupan Islam secara kaffah. Penerapan sistem pendidikan Islam tersistem dengan memadukan tiga peran pokok pembentukan kepribadian generasi, yaitu keluarga, masyarakat dan negara.

Pertama, keluarga. Sistem Islam akan mengembalikan fungsi keluarga sebagai tempat tarbiyah (pendidikan dan pembinaan) pertama bagi anak. Agar fungsi ayah dan ibu bisa berjalan seiringan, negara berupaya untuk menghadirkan peran orang tua bagi anak-anaknya dengan cara menjamin kebutuhan dasar berupa pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara langsung. 

Dengan didukung sistem ekonomi Islam, negara akan mampu menyediakan sekolah, kampus, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya secara gratis sehingga orang tua tidak terbebani biaya untuk mengaksesnya.

Ditambah lagi, dalam sistem Islam perempuan tidak diwajibkan untuk bekerja sehingga mereka bisa optimal menjalankan tugas utamanya sebagai seorang ibu dan pengatur rumah tangga. Mereka mendidik anak-anaknya dengan Islam sehingga mereka pun akan melahirkan generasi yang berkepribadian islami.

Adapun para laki-laki atau para ayah meskipun mereka wajib bekerja, mereka juga memahami peran utamanya, yaitu sebagai pemimpin rumah tangga yang juga berkewajiban turut andil dalam mendidik anak-anaknya. Alhasil, anak-anak dalam sistem Islam akan mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang berimbang dari kedua orang tuanya.

Kedua, masyarakat islami. Masyarakat yang islami akan bahu-membahu menjadi pengawas yang memastikan bahwa seluruh generasi muda memiliki kepribadian Islam. Masyarakat dalam sistem Islam yang kaffah adalah masyarakat yang gemar melakukan amar makruf nahi mungkar. 

Mereka tidak akan segan untuk menegur orang lain yang memang mereka melakukan pelanggaran terhadap hukum syara, termasuk ketika seseorang melakukan kekerasan terhadap individu lain maka pasti akan ditegur.

Ketiga, peran negara. Peran keluarga dan masyarakat itu akan didukung oleh negara melalui sistem pendidikan Islam yang diterapkan dalam khilafah. Sistem pendidikan Islam ini bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam dalam diri generasi. Sehingga menjauhkan generasi dari perilaku kekerasan. Sistem pendidikan Islam berasaskan akidah Islam. 

Sehingga, generasi hasil pendidikan Islam adalah generasi yang bertakwa. Mereka percaya akan adanya hari pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT sehingga tidak akan berbuat zalim kepada temannya. Mereka akan senantiasa berusaha meniru akhlak Rasulullah SAW. dan selalu berharap meraih ridha Allah SWT.

Negara juga akan mengontrol tayangan media sosial, sehingga tidak akan menayangkan kekerasan fisik atau non fisik yang tentunya sangat mudah dicontoh oleh anak-anak. Selain itu, negara dalam sistem Islam juga akan menerapkan aturan yang tegas dan sistem sanksi yang bisa memberikan efek Jera bagi para pelaku kriminal.
 
Oleh karena itu, tidak ada kebaikan untuk generasi jika kita terus dinaungi oleh sistem kapitalis sekuler. Generasi perlu diselamatkan dari arus sekularisme yang merusak jiwa dan karakter generasi. Caranya, yaitu dengan bersama-sama berjuang mewujudkan sistem Islam dalam naungan khilafah islamiah. []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar