Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Utopia Keluarga Berkualitas dalam Sistem Kapitalisme

Topswara.com -- Dalam peringatan Hari Keluarga Nasional, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengungkapkan bahwa keluarga adalah penentu kemajuan negara. 

Saat ini pemerintah tengah berupaya keluarga Indonesia agar memiliki daya saing dan berkualitas (kemenkopmk.go.id, 30/6/2024). Demikian disampaikan pada event peringatan hari Keluarga Nasional, 29 Juni 2024 lalu. Tajuk peringatan Hari Keluarga tahun ini mengangkat tema "Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas".

Dalam kesempatan yang sama, Muhadjir juga memaparkan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal segala usaha dan kebijakan yang dilakukan dalam mewujudkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing. 

Harapannya agar BKKBN mampu terus membersamai keluarga Indonesia. Demi membersamai upaya pemerintah dalam percepatan penurunan stunting sesuai target Presiden Joko Widodo.

Peringatan ini pun menjadi pengingat betapa pentingnya fungsi keluarga di tengah kehidupan bernegara (liputan6.com, 29/6/2024).

Refleksi Sistem Rusak

Peringatan Harganas disebutkan sebagai pengingat seluruh masyarakat Indonesia tentang pentingnya lembaga keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. 

Namun, faktanya saat ini fungsi keluarga tidak mampu terwujud dengan baik. Begitu banyak masalah dan fenomena yang terjadi dan mengancam kekuatan keluarga. Beragam problem serius menjadi hal yang tidak bisa ditutup-tutupi. 

Tingginya angka kemiskinan, masalah stunting yang tidak kunjung mereda, maraknya KDRT, kasus pinjol dan judol yang melibatkan anggota keluarga, tingginya angka perceraian juga perceraian, dan masih banyak lagi. Semua ini terjadi sebagai akibat dari sejumlah kebijakan negara yang mengakibatkan masalah pada keluarga.

Tidak hanya itu, makna generasi emas yang akan diwujudkan juga tidak memiliki batasan dan kejelasan. Segala bentuk kebijakan dan solusi yang tersaji hanya berorientasi pada konsep duniawi. Alhasil, peringatan pun hanya sekedar seremoni yang sama sekali tidak membuahkan solusi. Karena berbagai kebijakan dan paradigma yang justru kontraproduktif dengan fakta yang terjadi.

Inilah sistem kapitalisme yang kini diadopsi sebagai aturan kehidupan. Segala bentuk kebijakan dan konsep yang ditetapkan hanya ditetapkan pada esensi materi yang bersifat duniawi. Keluarga yang terbangun tidak mampu terjaga secara utuh. 

Karena lingkungan dan tata kelola kehidupan sama sekali tidak mampu menjanjikan pengaturan yang amanah. Wajar saja, saat masalah keluarga tidak menemukan solusi yang solutif. Justru yang ada, masalah keluarga kian parah dan memprihatinkan.

Jelaslah, harapan menuju keluarga emas dalam tatanan sistem rusak kapitalisme ini hanyalah angan-angan. Paradigma ini pun semakin parah saat kebijakan yang ditetapkan negara, jauh dari aturan agama. Agama dianggap sebagai hambatan. Konsep pembangunan keluarga pun jauh dari hakikat penjagaan dan perlindungan umat. 

Konsep Islam

Sistem Islam memiliki deskripsi terkait keluarga ideal yang berorientasi pada akhirat tanpa meninggalkan konsep dunia. Dunia dijadikan ladang untuk meraup kejayaan kehidupan akhirat. 

Islam memiliki metode dan mekanisme yang khas terkait visi negara yang mengurusi seluruh urusan rakyat secara utuh dan menyeluruh melalui konsep yang amanah. Dalam Islam pun negara memiliki kedudukan sebagai junnah (perisai) sehingga mampu menciptakan berbagai kebijakan amanah dalam pengurusan individu dan keluarga. 

Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW., bersabda, 
"Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” 
(HR. Bukhari dan Muslim)

Konsep demikian hanya mampu terwujud dalam institusi yang khas, yakni khilafah. Dengannya kesejahteraan rakyat mampu terealisasi menyeluruh. Keimanan dan ketakwaan setiap individu pun senantiasa terjaga dalam penjagaan oleh negara, secara terarah dan berkesinambungan. Alhasil, fungsi keluarga pun mampu terjaga dalam konsep sistem Islam yang sempurna. 

Inilah fungsi negara yang utuh, sebagai pengurus (ra'in) dan junnah (perisai). Hanya dengan paradigma Islam-lah, keluarga mampu terjaga sempurna. Keluarga yang tangguh akan menjamin terlahirnya peradaban generasi yang terhormat dan mulia.

Wallahu'alam bisshawab. 


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar