Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tren Kejutan Ulang Tahun, untuk Apa?

Topswara.com -- Generasi Z kembali heboh, tren ulang tahun yang seakan menjadi keharusan di tengah-tengah kaum muda saat ini, mereka merayakan ultah dengan berbagai ekspresi, meskipun itu harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal, dengan tujuan supaya kaget, membuat haru dan lain sebagainya. 

Namun sayang seribu sayang, niat hati ingin membuat kejutan, ternyata harus berujung pada kematian, seperti yang terjadi di Klaten, meskipun sejumlah pihak keluarga menganggap insiden kejutan ultah yang berujung maut sebagai musibah.

Namun pihak kepolisian tetap memeriksa beberapa teman korban yang terlibat. Dari beberapa orang teman korban yaitu 6 orang yang di periksa, empat orang merupakan teman kegiatan OSIS sudah dilakukan klarifikasi. (KompasTV.Com 08/07/24)

Kapolsek cawas menuturkan, sebelum kejadian para anggota OSIS mengadakan rapat untuk membahas lomba yang akan di laksanakan di sekolah, di hari yang sama korban yang bernama fajar nugroho sebagai ketua OSIS berulang tahun. 

Korban di berikan kejutan oleh teman-temannya itu dengan cara di beri tepung dan ramai-ramai di ceburkan ke kolam taman sedalam 1,75 meter. Korban yang di duga tidak bisa berenang memegang pralon diatas kolam yang ada kabel listriknya dan tersetrum lalu meninggal dunia. 

Tren kejutan ulang tahun seakan menjadi budaya di masyarakat terutama bagi remaja, mengapa ini terjadi? Apakah ingin mengejar eksistensi diri? 

Mereka menunjukkan kebanggaan kepada teman-temannya bahwa mereka bisa melakukan apa pun yang memberikan kepuasan tersendiri pada dirinya tanpa pemikiran yang mendalam. Juga karena tidak paham atas kaidah berpikir dan beramal, sehingga setiap perbuatannya tidak di sandarkan kepada salah dan benar menurut syariat. 

Sistem pendidikan saat ini memang tidak menjadikan anak mengenal tujuan hidup yang sebenarnya, pendidikan hanya mengejar standar nilai di dalam sebuah kertas, transfer ilmu yang menghasilkan output pendidikan yang menghasilkan materi sebanyak-banyaknya, tanpa menyadari bahwa setiap perbuatan akan di mintai pertanggungjawaban. 

Inilah rusaknya sistem pendidikan saat ini, sistem sekulerisme kapitalisme melekat erat di dalamnya. Menjadikan pemikiran siswa-siswi bebas mengekspresikan apapun yang menjadi keinginannya, karena ide kebebasan sebagai turunan dari sistem sekulerisme kapitalisme, yang menjauhkan nilai agama dalam kehidupan. 

Sehingga abai terhadap resiko yang terjadi atas apa yang di lakukan, dan seringkali perbuatan yang di lakukan sekedar bersenang-senang dan jauh dari produktif. 

Berbeda halnya dengan sistem Islam, Islam memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan kaidah berpikir benar, benar menurut syariat, karena ihsanul amal (amal yang tebaik) menjadi standar dalam setiap perbuatan, niat yang ikhlas, showab (benar) mengikuti apa yang di contohkan Teladan kita yaitu Nabi Muhammad SAW. 

Sehingga menghasilkan amal produktif yang di hasilkan dari berpikir mendalam, bertindak dan berbuat sesuai syariat, karena keyakinan penuh bahwa setiap perbuatan akan di mintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. 

Sehingga perbuatan yang di lakukan tidak merugikan orang lain apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain. Karena nyawa di dalam IsIam sangat di jaga. Semua itu bisa terwujud jika IsIam bisa di terapkan dalam seluruh aspek kehidupan, dalam bingkai daulah khilafah IsIam. 

Wallahu'alam bishawab.


Oleh: Ade Siti Rohmah 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar