Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tawuran: Eksistensi Diri Salah Arah dan Kebablasan

Topswara.com -- Dilansir dari rri.co.id (2/7/2024), tiga kawanan pemuda dari kelompok ala-ala gengster dengan julukan 'Utara Orang Keras', yaitu IM (16) warga Sidotopo Sekolahan Gang 2 Surabaya, KO (16) warga Sidotopo Sekolahan Gang 4 Surabaya dan IH (17) warga Sidosermo 4 Gang 12 Surabaya. 

Kasat Samapta Polrestabes Surabaya AKBP Teguh Santoso, menuturkan, ketiga pemuda tersebut diamankan setelah adanya laporan dari masyarakat akan adanya tawuran di sekitar wilayah Sidotopo. Adapun barang bukti yang diamankan, satu buah sajam (satu celurit pendek), satu buah stik golf, ⁠⁠satu unit sepeda motor dan dua buah handphone

Tidak hanya di Surabaya, fenomena tawuran juga terjadi di banyak lokasi. Berita seputar remaja selalu berputar pada kerusakan moral, seperti persoalan tawuran, narkoba, sek bebas, aborsi, miras, bullying dan sebagainya. Dunia remaja yang semestinya penuh optimisme menatap masa depan gemilang, justru dihancurkan karena lebih dekat dengan aksi kekerasan, senjata tajam bahkan kematian.

Parahnya lagi, tidak hanya dilakoni remaja, namun tawuran juga merambah pertikaian antar warga. Diberitakan detiknews.com (30/6/2024) aksi tawuran antar warga pecah di jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. 

Dugaan sengaja buat mencari cuan melalui medsos pun muncul dibalik terjadinya aksi tawuran. Karena selain provokasi dari pihak luar, menurut
Lurah Cipinang Besar Utara (CBU), Agung mengaku mendapatkan informasi bahwa tawuran tersebut juga dijadikan muatan konten di media sosial oleh pelaku. Dia mengungkap pelaku tawuran janjian melakukan aksinya lewat media sosial.

Akar Masalah

Ada dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal mengapa tawuran seolah-olah susah diakhiri bahkan seperti telah menjadi tradisi turun temurun,

Pertama, krisis identitas. Rusaknya generasi telah jelas menunjukkan mereka telah kehilangan jati dirinya sebagai hamba Allah SWT yang seharusnya hanya taat kepadaNya dan membawa kebaikan bagi masyarakat. Sistem sekulerlah yang menghilangkannya. Sehingga mayoritas remaja tidak mengenal aturan agamanya sendiri. Mereka cenderung menuruti hawa nafsunya. 

Alhasil, mereka berperilaku liberal atau melakukan apapun yang mereka inginkan bahkan menghalalkan segala cara untuk mengejar materi semata. Karena penafsiran tentang kehidupan hanya untuk having fun.

Kedua, kontrol diri yang lemah. Hal tersebut merupakan dampak dari diterapkannya sistem pendidikan sekuler. Pasalnya sistem pendidikan yang diterapkan berasaskan sekuler justru memisahkan agama dari kehidupan. 

Sehingga bukannya memahamkan remaja akan jadi dirinya yang hakiki, tetapi mengikis keimanan dan ketakwaan para remaja. Batinnya kering dari keimanan dan nilai-nilai Islam. 

Alih-alih tumbuh menjadi generasi terbaik pelaku perubahan, namun mereka justru menjadi bagian dari pelaku tindak kejahatan, mudah depresi, labil, gampang terbawa arus, nirempati, egois, individualis, selalu menanggapi berbagai masalah dengan sumbu pendek, seperti tawuran.

Adapun faktor eksternal, terdiri dari tiga faktor

Pertama, keluarga. Keluarga dalam hal ini adalah orang tua, terutama ibu. Karena ibu adalah ujung tombak lahirnya bibit unggul geberasi. Ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seorang ibu akan mendidik dan membentuk kepribadian anaknya berbasis akidah Islam. Dengan keimanan yang kokoh, generasi akan selalu terdorong untuk beramal salih dan terjauhkan dari segala perbuatan maksiat.

Kedua, masyarakat. Berbeda dengan masyarakat sekuler yang acuh tak acuh alias tidak peduli dengan banyaknya maksiat disekitarnya. Dalam masyarakat Islami, perilakunya selalu kondusif. 

Masyarakat dalam khilafah dibentuk menjadi masyarakat bertakwa yang senantiasa beramar makruf nahi mungkar. Masyarakat seperti ini akan membentuk suasana yang baik dan positif bagi generasi. Sebab generasi hanya akan melihat perbuatan-perbuatan baik masyarakat dan menjadikannya sebagai ukuran kebaikan bagi dirinya.

Ketiga, negara. Negara bertanggung jawab membentuk ketakwaan individu masyarakatnya dan membangun suasana takwa ada di setiap individu. Negara yang dimaksud adalah negara Islam (khilafah). 

Khilafah berkewajiban melindungi generasi dari paparan ideologi kapitalisme sekuler yang merusak kepribadian mereka. Hal ini diwujudkan negara melalui penerapan sistem pendidikan Islam yang memiliki tujuan luhur, yakni memahamkan tujuan hidup setiap Muslim untuk beribadah kepada Allah SWT dan membawa manfaat bagi umat. 

Selain itu, pendidikan Islam juga akan menjadikan anak dapat bertahan hidup dalam situasi apapun dengan tetap terikat aturan Allah dan Rasul-Nya.

Demi tercapainya visi dan misi pendidikan, maka negara juga wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai, mulai dari kurikulum berbasis akidah Islam, sarana dan prasarana, pembiayaan pendidikan, tenaga pengajar profesional hingga sistem gaji guru yang menyejahterakan. 

Dengan demikian, tidak ada satupun individu yang tidak mengenyam pendidikan karena terhalang biaya. Terbentuknya kepribadian Islam pun dilakukan secara menyeluruh atau kepada seluruh rakyat.

Selain itu, negara juga berkewajiban menyaring dan mencegah tontonan yang tidak mendidik dan menjerumuskan remaja pada krisis moral, seperti konten kekerasan, konten porno atau tayangan yang mengajarkan nilai-nilai liberal. Demikianlah mekanisme khilafah dalam upaya mencegah generasi dari perilaku buruk yang merusak dirinya dan masyarakat. []


Oleh: Nabila Zidane
Jurnalis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar