Topswara.com -- Zaman dulu hanya mendengar katanya saja sudah tabu, bahkan berpikir begitu konyol jika ada yang melakukannya, yaitu "bunuh diri". Namun saat ini, kata itu seolah menjadi sebuah "solusi" untuk mengakhiri penderitaan hidup.
Terngiang dalam ingatan, negara yang yang marak melakukan tindakan ini adalah penduduknya dominan orang yang tidak beragama. Tetapi sekarang sedang marak terjadi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama. Sangat miris.
Dilansir dari cnnindonesia.com pada tanggal 02 Juli 2024 Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menyebutkan bahwa kasus bunuh diri di Bali sepanjang tahun 2023 angkanya mencapai 3,07.
Angka ini dikatakan sebagai peringkat pertama suicide rate atau tingkat bunuh diri di Indonesia. Perhitungan suicide rate dihitung berdasarkan jumlah kasus bunuh diri dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Anak Ayu Sri Wahyuni yang menjabat sebagai Dokter Spesialis Kejiwaan (Psikiater RSUP Prof. Ngoerah) mengatakan bahwa penyebab utama kasus bunuh diri adalah faktor biologis dan psikososial.
Beliau menjelaskan bahwa faktor biologis terjadi karena adanya kelainan mental kemudian faktor psikososial terjadi seperti terlilit utang (pinjaman online) atau dikejar oleh debt kolektor.
Tidak kalah heran di Karimun, telah terjadi dua peristiwa bunuh diri dalam sehari, kemudian di awal tahun 2024 terjadi empat kasus bunuh diri dalam kurun waktu satu bulan.
Maka Polres Karimun menggelar rapat koordinasi bersama tokih agama dan instansi terkait. AKBP Fadli Agus selaku Kapolres Karimun mengatakan hal yang paling utama dalam pencegahan kasus ini adalah dilakukannya penyuluhan dan sosialisasi. (ulasan.co. 05/06/2024)
Kasus bunuh diri menjamur disetiap daerah menggambarkan bahwa kesehatan mental masyarakat saat ini sedang tidak baik-baik saja. Mental mereka mudah goyah saat menemui masalah dalam kehidupannya. Hal ini karena dpengaruhi oleh cara pandang tertentu.
Masyarakat saat ini menggunakan cara pandang sistem kapitalis. Yang mana sistem ini memicu stres karena standar hidup mereka adalah materialisme. Materi, harta, kekayaan, tahta, jabatan dan kedudukan tinggi menjadi acuan. Tidak jarang akhirnya segala cara dilakukan agar tujuan itu tercapai, walaupun ditempuh melalui jalan terlarang.
Berapa banyak saat ini masyarakat yang terlilit utang, melalui pinjaman online. Semua dilakoni untuk memenuhi kebutuhan hidup bahkan sampai untuk memuaskan gaya hidupnya. Ada pula yang mengadu peruntungan hidup dengan mengikuti judi online atau slot. Dengan tujuan supaya bisa menghasilkan uang yang banyak, bisa menikmati kesenangan.
Tidak dipungkiri, dengan pola hidup seperti ini, semua dilakukan dengan sesuka hati dan sesuai dengan hawa nafsu mereka, tanpa melihat aturan. Lagi-lagi ini terlahir dari sistem sekularisme. Yang mana masyarakat sudah sejak dini dijauhkan dari nilai-nilai agama.
Maka wajar jika menghasilkan masyarakat yang mempunyai lemah iman, mengedepankan hawa nafsu, emosi, stres dan putus asa. Jika terbentur dengan suatu masalah bukannya bersimpuh memohon jalan keluarnya kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta malah memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.
Begitu pun dengan sistem pendidikan yang ada, mau tidak mau mempunyai andil besar, karena yang sekarang dianut adalah sistem pendidikan kapitalisme, yang mana pendidikan saat ini hanya berorientasi pada nilai yang besar.
Belajar sekedar untuk menyiapkan agar bisa bekerja, tidak ada tujuan khusus membentuk kepribadian tangguh bagi peserta didiknya, maka pada akhirnya kesehatan mental menjadi mudah terganggu oleh masalah hidup yang dihadapi.
Selain itu, juga menunjukkan kegagalan negara dalam mengurus rakyat dan menjaga kesehatan mental rakyat. Kelemahan mental dipengaruhi banyak hak, salah satunya adalah pandangan hidup berdasarkan sekularisme kapitalisme.
Oleh karena itu dalam Islam, langkah pertama yang menjadi bekal agar bisa menjalani kehidupan yaitu penguatan aqidah. Segala sesuatu yang dilakukan akan dilihat oleh Allah, dicatat oleh malaikat, apakah perbuatan itu baik atau buruk.
Akan menjadikan individu yang bermental kuat, selalu bersyukur dan bersabar dalam menjalani kehidupan dan akan akan senantiasa berhati-hati dalam bertindak.
Adanya peran keluarga dan masyarakat yang senantiasa untuk saling perhatian, saling membantu jika ada yang kesusahan, peduli maka akan ada rasa kekeluargaan yang kuat.
Pada saat ada salah seorang anggota masyarakat akan melakukan tindakan berbahaya atau bahkan merugikan, maka ada kewajiban untuk saling mengingatkan tanpa adanya sekat hak asasi manusia.
Tidak akan menghasilkan masyarakat yang abai dan apatis. Tetapi menganggap mereka adalah keluarga, ibaratkan seperti satu tubuh sesuai dengan hadist Rasulullah.
Islam menjadikan negara sebagai pelayan yang akan mengurus rakyat dan memberikan kehidupan terbaik melalui terwujudnya sistem kesehatan masyarakat yang terbaik.
Penerapan syariat Islam kaffah oleh negara akan menjamin terwujudnya kesejahteraan dan ketemtraman, juga terpenuhinya jaminan untuk menjaga setiap rakyat memiliki jiwa dan raga yang sehat dan kuat. Tidak ada lagi kekhawatiran mengenai kesehatan mental.
Wallahu'alam bishawwab.
Oleh: Irma Legendasari
Aktivis Muslimah
0 Komentar