Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Potret Generasi Kebablasan

Topswara.com -- Kasus tawuran makin meresahkan. Begitu banyak kelompok remaja terlibat tawuran hanya gara-gara masalah emosi atau dendam yang tidak tertuntaskan. 

Salah satunya sekelompok remaja yang terlibat tawuran di Cipinang Besar, Jakarta Timur. Tidak hanya meluapkan emosi, ternyata mereka juga diduga sengaja merekam live streaming video tawuran dengan tujuan mendapatkan cuan (detiknews.com, 30/6/2024).

Tawuran yang sering terjadi ini diakibatkan oleh banyaknya faktor. Pertama yaitu kurikulum pendidikan yang ada saat ini menimbulkan adanya pemahaman yang jauh dari agama sehingga menghasilkan generasi yang minim adab dan mudah tersulut emosi. Kedua, faktor ekonomi, sulitnya mendapatkan pekerjaan menjadikan para orang tua tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar keluarga. 

Sehingga anak-anak yang seharusnya bisa fokus belajar menuntut ilmu meraih cita-cita nya kini perlu beralih juga memikirkan kebutuhaan hidupnya untuk membantu kebutuhan dasar. 

Dan ketiga, faktor lingkungan pergaulan yang bebas tanpa aturan sehingga merokok sudah biasa ditingkat pelajar SMP bahkan menjangkiti anak SD jg. Miras dan narkoba yang diperjualbelikan bebas sehingga mudahnya memicu para pelajar bertindak kriminal.

Adegan kekerasan dipertontonkan secara luas di media sosial. Berbagai benda tajam pun tidak ketinggalan, mulai dari celurit, hingga pedang. Banyaknya followers yang dimiliki pun menjadi "modal" para pelaku untuk membidik viewers

Parahnya lagi, para viewers ternyata menyukai tayangan-tayangan beraroma kekerasan. Bukannya melaporkan, justru tontonan ini dijadikan "teladan". Pelakunyapun tidak lagi memperdulikan dampaknya jika mencelakai orang lain bahkan dirinya sendiri. 

Selama keuntungan diraihnya maka kebahagiaan dirasakannya. Sungguh ironis karena nalurinya semakin jauh dari fitrah yang seharusnya sebagai manusia.

Kegagalan Sistem

Betapa buruknya potret generasi saat ini. Adab yang minim ditambah perilaku yang rusak menjadi pemandangan yang dianggap wajar menempel pada pribadi generasi zaman sekarang. Semua ini menandakan adanya pemahaman yang salah kaprah pada orientasi nilai kebahagiaan. 

Saat ini, kebahagiaan selalu identik dengan banyaknya cuan dan ketenaran. Sehingga setiap individu berlomba meraih materi. Namun sayang, ada satu nilai yang diabaikan, yakni norma agama yang semestinya mampu menjaga. Konsep sekular inilah yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kesenangan dan keuntungan materi yang terus diburu. 

Jelaslah, penerapan konsep kapitalisme yang selalu menyandarkan materi dan kepuasan sebagai tolok ukur kebahagiaan ternyata menjadi paradigma yang keliru dan melahirkan generasi rusak. Buktinya, kini tawuran seolah menjadi budaya sekolah yang kental dengan pergaulan remaja. 

Sistem pendidikan rusak bergaya kapitalisme sekular pun memberikan dampak buruk yang terus mengancam generasi. Pola pendidikan yang hanya menyandarkan nilai secara kuantitatif menjadikan generasi hilang arah. Akhirnya mereka pun tidak mampu membedakan konsep benar salah yang mestinya dipahami sebagai pagar pembatas. 

Rusaknya sistem yang konsep pengaturannya jauh dari fitrah individu manusia. Wajar saja, saat kerusakan terus masif terjadi dan tidak mampu menggapai solusi. 

Islam Menjaga Generasi

Penerapan sistem Islam secara menyeluruh sangat dibutuhkan dalam pengurusan dan penjagaan kehidupan generasi. Terkait sistem pendidikan, Islam memiliki tujuan pendidikan yang luhur dan menjadikan generasi memiliki daya tahan yang tangguh dalam situasi apapun. Senantiasa terikat dengan hukum syariat yang Allah SWT. tetapkan untuk seluruh umat manusia.

Allah SWT. berfirman, yang artinya:
"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahuinya."
(QS Al Jatsiyah: 18)

Akidah Islam memberikan arahan dan tujuan hidup yang jelas bagi setiap muslim. Yaitu untuk ibadah dan senantiasa terikat dengan syariat Allah. Hanya mengejar materi bukanlah tolok ukur kebahagiaan hakiki. 

Seorang muslim senantiasa mengutamakan pencapaian rida Allah di atas segalanya. Sehingga pemahaman ini akan mencerminkan perbuatan dan lisan yang senantiasa terjaga sebagai bentuk ketundukan pada hukum Allah SWT. 

Sistem Islam pun menetapkan bahwa negara memiliki fungsi sebagai perisai, yang akan mencegah dan melindungi serta menetapkan sistem sanksi yang menciptakan efek jera. Strategi ini akan memutus mata rantai kasus tawuran yang hingga kini belum juga terhenti. Dengan mekanisme sistem Islam, keamanan akan dirasakan oleh seluruh umat. 

Generasi terjaga dalam lindungan sistem amanah yang sempurna. Demikianlah mekanisme Islam menjaga potensi dan kekuatan generasi. Hanya dengannya, generasi menjadi mulia dan mampu menghantarkan kehidupan pada gemilangnya peradaban.

Wallahua'lam bishawwab.


Oleh: Nurfillah Rahayu 
Forum Literasi Muslimah Bogor 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar