Topswara.com -- Mabuk-mabukan adalah perilaku yang sudah biasa dilakukan dari zaman jahilia. Seiring berjalannya waktu banyak cara yang dapat menghantarkan pada aktifitas mabuk seperti meminum minuman keras, pil ekstasi, narkoba sampai pada miras oplos.
Namun saat ini makin gila karena mabuk juga bisa berasal dari pohon kecubung. Kecubung adalah tanaman beracun. Dimana daun serta bijinya terkadang digunakan sebagai bahan membuat obat anastesi dan menyebabkan halusinasi.
Secara ilmiah kecubung dapat menyebabkan amnesia, kebingungan, psikosis, dan halusinasi, mengubah suasana hati, dan ekspresi emosional.
Apa bila seseorang mengkonsumsi kecubung secara berlebihan efek yang akan timbukan cukup berbahaya bahkan sampai bisa merenggut nyawa. Karena dapat menyebabkan otot jantung menjadi tegang. Sehingga terkena serangan jantng secara tiba-tiba.
Namun apa bila di konsumsi dalam dosis yang relatif kecil maka dampak yang di timbulkan hanya seperti habis mengkonsumsi narkoba saja.
Mabuk kecubung menewaskan dua orang di Banjarmasim, Kalimantan Selatan (Kalsel). Kedua korban diketahui mengoplos kecubung dengan alkohol dan obat-obatan. (Kompas.com/10/07/2024 )
Kasus mabuk kecubung membuktikan kepada kita bahwa sudah sangat rusaknya generasi saat ini dalam menyelesaikan masalah dengan mencari pelampiasan, bukannya fokus pada penyelesaian akar masalahnya.
Sehingga mengalami kelemahan terhadap ketahan mental menghadipi kerasnya badai kehidupan. Mereka hanya menganggap bahwa kepuasan jasadia sebagai orientasi yang harus selalu di penuhi tanpa sadar bahwa segala sesuatu yang di lakukan akan di mintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat.
Kebebasan berperilaku menjadi dasar pemuda saat ini dalam bertindak. Sehingga setiap perbuatan yang di lakukan hanya menimbulkan hal mudaratnya saja.
Kondisi ini menggambarkan kegagalan sistem pendidikan saat ini dalam mencetak generasi mulia dengan ketahanan mental yang kuat seperti mental seorang kesatria yang terjun di medan peperangan.
Seperti yang di contohkan oleh Muhamad Al fatih di usianya yang baru genap 21 tahun sudah mampu menjadi seorang pemimpi yang disegani. Namun justru pendidikan saat ini menghasilkan generasi dengan perilaku liberal yang bebas tidak terkendali dalam memuaskan hawa nafsu sesatnya.
Semua kondisi ini adalah merupakan hasil dari penerapan sistem sekularisme kapitalisme yang berdampak negatif dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan.
Sungguh sangat berbeda dengan sistem Islam. Dimana sistem Islam memiliki mekanisme pendidikan berbasis aqkidah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis sehingga mampu mencetak generasi unggul dalam segala bidang serta memiliki ketaatan mutlak dalam menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya di mulai sejak dini.
Pendidikan Islam akan mampu menghasilkan pola pikir dan pola sikap islami yang di mulai dari lingkungan keluarga. Sehingga mampu menumbuhkan keimanan yang kuat pada diri setiap individu serta mengajarkan ataupun menuntun agar dapat menggunakan setiap bahan alami secara bijak dengan ketentuan syariat Islam. Bukan karena mengikuti hawa nafsu semata.
Islam juga memiliki sistem sanksi tegas dan mengikat yang di terapkan oleh seoran pemimpin. Setiap perkara yang terjadi akan di kembalikan pada Al-Qur’an dan hadis. Termasuk perkara mabuk-mabukan karena ketika seseorang mabuk maka ia akan mungkin untuk melakukan tindakan kezaliman dan kemaksiatan yang diakibatkan hilangnya akal atau kesadara.
Dimana pemimpin di dalam Islam adalah junnah atau pelindung dan rain atau pelayan bagi umatnya. Pemimpin di dalam Islam ini disebut dengan khalifah. Seorang khalifah akan diangkat melalui negara yang bernama daulah khilafah islamiah yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Wallahu’alam bisshawab.
Oleh : Siti Zylqori Ivlatia
Aktivis Muslimah
0 Komentar