Topswara.com -- Self reward kata yang tidak asing ditelinga kita. Kata ini sering digunakan untuk mengapresiasi diri sendiri yang selama ini telah bekerja keras, belajar dengan tekun dan lainnya.
Bentuk self reward beragam, mulai dari makan makanan yang enak dan mahal, berlibur keluar negeri, sampai membeli barang-barang branded, bahkan ada yang melakukan operasi plastik. Tentu saja besaran uang yang dikeluarkan nilainya fantastis, mulai dari jutaan sampai ratusan juta.
Mengapa influencer hari ini rela melakukan self reward hingga menghabiskan uang jutaan rupiah? Apakah hanya demi eksistensi diri sehingga mereka rela melakukan apa saja? Untuk apa mereka butuh pengakuan publik?
Artinya dia tidak memiliki standar kebahagiaan yang jelas, karena standar kebahagiaan ditentukan oleh komentar netizen.
Di zaman sekarang apalagi dengan kecanggihan teknologi, marak orang melakukan operasi plastik baik di bagian wajah maupun dibagian tubuh lainnya. Alasannya yang paling sering diucapkan adalah bentuk self reward, bentuk mencintai diri sendiri.
Ada juga yang karena faktor ekonomi dulu belum pernah merasakan nikmat memanjakan diri sendiri karena harus fokus mencari uang, kini setelah uang sudah ada saatnya mencintai diri dengan melakukan operasi, narasi-narasi yang selalu membenarkan perkara yang jelas diharamkan oleh Allah. Namun apakah harus selalu dengan operasi plastik?
Media sosial hari ini dibanjiri dengan artis dan influencer yang melakukan operasi plastik. Mereka dengan gamblang menjelaskan rincian biaya, tujuan melakukan, serta tempat dimana operasi plastik dilakukan, penginapan, bagaimana merawat luka pasca operasi dan lainnya.
Namun tidak jarang ada yang gagal, bahkan mereka tidak kapok untuk melakukan operasi lagi hingga mendapatkan hasil yang maksimal, bahkan mereka tidak segan ganti negara dan rumah sakit untuk bisa memperbaiki kegagalan operasi yang pertama, sungguh luar biasa effort mereka.
Jika dilihat dari kacamata Islam, perbuatan merubah bentuk tubuh adalah haram, dan jelas dalilnya.
وَلأَمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللهِ
Dan akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. (QS. An-Nisa: 119).
Namun di sistem hari ini sekularisme yakni memisahkan agama dari kehidupan, perbuatan merubah bentuk tubuh seakan wajar saja, yang penting tidak menggangu orang lain.
Lagian penampilan yang indah semua orang akan menerima daripada penampilan yang biasa saja. Bahkan ada yang namanya beauty previlage, artinya seseorang yang cantik dan ganteng akan mendapatkan perlakuan khusus daripada mereka yang biasa saja.
Inilah standar kecantikan ala kapitalisme, fisik yang pertama. Halal haram bukan lagi standar perbuatan. Asalkan ada uang mereka bebas melakukan apapun dengan tubuhnya. Mereka lupa siapa yang menciptakan tubuh ini, dan akan dimintai pertanggung jawabannya.
Dalam Islam manusia diciptakan sebaik-baiknya makhluk, yang membedakan dengan makhluk lainnya adalah akal dan pikiran. Jika pemikirannya diisi dengan pemikiran Islam maka dia tidak akan berani merubah ciptaan Allah, dia akan bersyukur menerima semua bentuk tubuh yang diberikan Allah, namun sebaliknya jika pemikirannya adalah asas manfaat maka berani menabrak perintah Allah.
Dalam Islam pun kita bisa merawat tubuh tanpa harus mengubahnya, seperti melakukan treatment baik wajah maupun tubuh, menjaga kesehatan dengan makan makanan yang halal dan thayib, olahraga secara berkala, serta rutin melakukan check up.
Bersyukur menerima bentuk tubuh ini adalah bentuk penghargaan, serta tidak membandingkan dengan orang lain. Allah sudah memilih kita dengan bentuk tubuh seperti ini, berarti Allah telah memilih kita untuk cantik dengan versi Allah bukan standar kapitalisme.
Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute
0 Komentar